Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menyigi Nasib "Si Abang Pipi", Diburu hanya untuk Konsumsi

11 Januari 2019   14:57 Diperbarui: 25 Mei 2022   22:37 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Abang Pipi atau Sempidan Sumatra terpotret di sekitar TNKS. Sumber Foto: Arya Sadewa

Seperti bunyi tradisi lisan mereka, "...sado bakaraw-abang pipi, ayam tari gerugo utan...itulah pegangan  ninik kito di alam Kinci..." artinya semua hutan yang didalamnya hidup Burung Karau (Kuau-Kerdil Sumatra), Abang Pipi (Sempidan Sumatra), dan Ayam Hutan adalah pegangan leluhur kita di Alam Kerinci. Menurut kepercayaan mereka, kawasan hutan milik masyarakat adat lain di sekitar wilayah adat Kerinci tidak akan dijumpai ketiga jenis unggas tersebut.

Sayangnya, populasi Abang Pipi ini semakin berkurang dari tahun ke tahun. Hal ini akibat degradasi hutan yang menjadi habitat Abang Pipi serta perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. 

Masyarakat hingga kini masih menjadikan Abang Pipi sebagai target penembakan dan perburuan hanya untuk mencicipi dan mengobati rasa penasaran terhadap rasa daging  dari unggas ini. Tentu saja hal ini tidak dibenarkan. 

Abang Pipi yang ditembak Masyarakat. Sumber: Kebudayaan Kerinci fanpage
Abang Pipi yang ditembak Masyarakat. Sumber: Kebudayaan Kerinci fanpage
Tampaknya, pemerintah harus benar-benar harus serius melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka tahu bahwa Abang Pipi termasuk hewan yang dilindungi. Tak seperti yang mereka sangka selama ini. 

Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahwa Abang Pipi termasuk jenis spesies yang dilindungi. Baru-baru ini, halaman facebook Kebudayaan Kerinci menampilkan beberapa foto burung Abang Pipi yang mati karena ditembak oleh masyarakat. 

Di sisi lain, Pemda -terutama pemda Kerinci--seharusnya dapat memanfaatkan hewan endemik ini sebagai ikon daerah seperti halnya burung Maleo di Sulawesi dan Cendrawasih di Papua agar masyarakat semakin sadar untuk menjaga kelestariannya. Di samping itu pula, keberadaan hewan ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata alam yang unik bagi para penjelajah. Sayangnya potensi-potensi ini belum maksimal dikelola.

Masyarakat menunjukkan hasil buruannya. Sumber: Halaman Kebudayaan Kerinci
Masyarakat menunjukkan hasil buruannya. Sumber: Halaman Kebudayaan Kerinci
IUCN redlist memperkirakan hanya terdapat 7500 hingga 20000 ekor burung Abang Pipi/Sempidan Sumatra di sepanjang perbukitan Barisan dengan status hampir terancam punah (NT). Jikalau perambahan hutan dan perburuan semakin meningkat kemungkinan besar statusnya akan  berubah menjadi terancam hingga punah di kemudia hari. 

Mengapa kita harus mengkonsumsi Abang pipi di alam liar padahal daging ayam tersedia di mana-mana? Semoga kita bijak memperlakukan makhluk Tuhan yang satu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun