Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Kehangatan Senjakala di Candi Ijo, Kuil Hindu Era Mataram Kuno

4 November 2018   16:20 Diperbarui: 4 November 2018   18:14 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan candi Induk, candi perwara dan wisatawan di Candi Ijo (tampak dari sisi Utara). Dok. Pribadi

Berwisata ke Yogyakarta tidak afdol rasanya bila tidak berkunjung ke bangunan-bangunan purbakala. Misalnya ke Candi Prambanan, sebuah candi super  megah yang letaknya tidak jauh di pusat Kota Yogyakarta. 

Julangan kemuncak candi nun tampak dari jauh disertai keelokan relief Ramayana pada dindingnya menambah keanggunan sang candi.  Tak ayal Candi Prambanan masyhur namanya di dunia. Ia dikunjungi ratusan hingga ribuan wisatawan tiap harinya. Namun, kemasyhuran Prambanan itu pada akhirnya "menutupi" keelokan candi-candi lain di sekitarnya.

Sesuai julukannya sebagai kota seribu candi, keberadaan candi di Yogyakarta tidak hanya tentang Prambanan saja. Ada banyak sekali candi-candi kecil yang tersebar di seantero negerinya. Maklum saja, Yogyakarta adalah negeri yang menyimpan sejarah panjang peradaban bangsa.

Negeri ini menjadi salah satu tapak dan saksi bisu dari kejayaan sebuah kerajaan yang dinamakan sebagai Kerajaan Mataram Kuno di masa lalu. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-8 M hingga abad ke-11 M serta memiliki corak agama Hindu dan Budha. Candi Ijo adalah salah satu di antara candi-candi kecil yang merupakan tinggalan Kerajaan Mataram Kuno di wilayah Yogyakarta.

Sekelumit tentang Si Candi Ijo

Penamaan Candi Ijo sendiri, terkait dengan letak candi yang berada di atas bukit bernama Gumuk Ijo. Kata "Ijo" sebagai penamaan suatu tempat, telah disebutkan dalam teks prasasti Poh berangka tahun sekitar 906 M, berbunyi: "....anak wanua i wuang hijo ..." (anak desa, orang Ijo)". 

Berdasarkan teks prasasti itu serta "langgam" bangunan candi, para ahli menduga bahwa candi ini dibangun pada kurun waktu abad ke-10 hingga 11 M atau telah berumur sekitar 1100 tahun.

 Saat ini, Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Berjarak sekitar 28 Km ke arah Timur Kota Yogyakarta dan dapat ditempuh sekitar 45 menit menggunakan motor. Jalan menuju lokasi candi sangat mulus meskipun harus melewati beberapa  tanjakan tajam. 

Bangunan candi Induk, candi perwara dan wisatawan di Candi Ijo (tampak dari sisi Utara). Dok. Pribadi
Bangunan candi Induk, candi perwara dan wisatawan di Candi Ijo (tampak dari sisi Utara). Dok. Pribadi
Sama halnya dengan Candi Prambanan, Candi Ijo tampil dengan corak Hindu yang amat kentara. Hal ini terlihat dari keberadaan lingga-yoni berukuran besar di dalam candi induk. Lingga-yoni merupakan salah satu simbol pemujaan terhadap Dewa Syiwa dan sakti-Nya Dewi Parwati.

Secara keseluruhan, lingga-yoni menjadi simbol kesuburan dan penciptaan. Selain itu, terdapat pula arca Nandi pada candi perwara di bagian tengah. Nandi dalam mitologi Hindu merupakan wahana atau kendaraan dari Dewa Syiwa. Sebanyak tiga candi perwara terletak di halaman candi induk, tepat di depan pintu yang menghadap ke Barat. Candi-candi ini juga dihiasi oleh berbagai motif hias flora dan fauna, relief minimalis dan dinding-dinding terawang berbentuk belah ketupat.

Dilihat dari ciri-ciri tersebut di atas maka jelaslah bahwa Candi Ijo merupakan bangunan Kuil yang digunakan oleh penganut Hindu pada era Kerajaan Mataram Kuno.

Lingga-Yoni sebagai simbol pemujaan Dewa Syiwa merupakan penanda bahwa Candi Ijo merupakan candi bercorak Hindu. Dok. Pribadi
Lingga-Yoni sebagai simbol pemujaan Dewa Syiwa merupakan penanda bahwa Candi Ijo merupakan candi bercorak Hindu. Dok. Pribadi
Secara keseluruhan, candi-candi di dalam kompleks Candi Ijo dibangun pada teras berundak mengikuti kontur lereng bukit. Teras terbawah terdapat di sisi Barat.

Saat ini, candi-candi di teras terbawah masih dalam proses pemugaran dan ekskavasi. Teras tertinggi berada di sisi Timur, tempat dari candi induk dan tiga candi perwaranya. Antar teras dihubungkan oleh anak-anak tangga.

Salah satu motif hias pada dinding candi perwara. Dok. Pribadi
Salah satu motif hias pada dinding candi perwara. Dok. Pribadi
Memang benar bahwa kemasyhuran Candi Ijo masih berada di bawah Candi Prambanan. Akan tetapi, bukan berarti Candi Ijo tidak bagus, ada sisi menarik dari Candi Ijo yang mungkin tidak bisa ditemukan di Candi Prambanan atau candi lainnya di Yogyakarta.

Berada pada ketinggian sekitar 425 m di atas permukaan laut, menjadikan Candi Ijo dinobatkan sebagai candi dengan lokasi tertinggi di Yogyakarta. Posisinya ini sekaligus memberikan kesan dan pengalaman  menarik bagi para pengunjungnya. Panorama penjuru Yogyakarta, sepoi-sepoi angin gunung serta suasana senjakala menjadi daya pikat tersendiri untuk mengunjungi si candi.

Candi Ijo di Senjakala

Kala sang surya turun kembali ke peraduannya. Sebelum ia benar-benar tenggelam di cakrawala, seketika itu jua lembayung senja memancar rona di ufuk Barat. Tahap demi tahap tenggelamnya sang Surya menjadi pertunjukan mempesona bagi segenap peziarah candi.

Hembusan angin di senja layu menghadirkan romansa nan indah dalam pandangan setiap insan. Bagi insan kasmaran, niscaya bertambah cinta dan rasa sayang. Bagi insan kesepian niscaya akan berpikir ulang untuk mencari pasangan dan moga-moga tidak bimbang. Bagi historian adalah sebuah keunikan. Kesakralan kuil menyatu dalam keindahan panorama alam.

Menikmati romansa senja. Dok. Pribadi
Menikmati romansa senja. Dok. Pribadi
Senjakala menjadi ajang perburuan insan untuk menikmati kehangatan dan panorama terbenamnya sang surya. Rachel Roy pernah menuliskan "sunsets are my escape into the reality I want to continuously live (Sunset adalah pelarianku menuju kenyataan yang ingin terus kujalani)".   Sunset tampaknya menghadirkan kesan emosional  tersendiri bagi para penikmatnya dan pelataran Candi Ijo, menjadi tempat yang tepat untuk menikmati peristiwa tenggelamnya surya senja (sunset) itu.

Para peziarah yang berkunjung ke sini, tidak hanya melihat keelokan si candi tetapi juga menikmati kehangatan si surya di senja hari. Di depan Candi Ijo, wisatawan mengarahkan pandangan mereka ke ufuk Barat,  menikmati warna langit dari pancaran tenggelamnya matahari. Dari warna kuning menjadi lembayung, hingga benar-benar temaram dan hilang dari pandangan. Kesemuanya itu terlihat jelas di pelataran candi.

Candi Ijo dan sang surya senjakala (tampak dari sisi Timur). Dok. Pribadi
Candi Ijo dan sang surya senjakala (tampak dari sisi Timur). Dok. Pribadi
Saya menyebut suasana dan pengalaman mengunjungi Candi Ijo di senjakala ini sebagai sensasi ganda dalam satu lokasi wisata. Di samping berwisata sejarah, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan melihat keelokan arsitektur bangunan yang dibuat oleh para leluhur  pada era Kerajaan Mataram Kuna.

Kita juga dapat menikmati panorama alam yang memukau sebagai hasil karya Tuhan. Kesan emosional ini tentu tidak akan diperoleh di lain tempat. Oleh sebab itu, Candi Ijo ini menjadi salah satu lokasi wisata Indonesia yang sangat menarik dan patut dikunjungi.

Berpotret di Candi Ijo. Dok. Pribadi
Berpotret di Candi Ijo. Dok. Pribadi
Apalagi untuk menikmati sensansi ganda ini kita hanya dibebankan biaya yang sangat murah. Untuk masuk ke Candi Ijo wisatawan hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah) dengan biaya parkir sebesar Rp. 2000 (dua ribu rupiah).  Jauh lebih murah dibandingkan dengan mengunjungi Candi Prambanan atau Borobudur. 

Berkunjung ke Candi Ijo merupakan tempat wisata yang tepat untuk mengisi libur akhir tahun dan libur tahun baru sambil menikmati suasana Yogyakarta. Agar liburan lebih nyaman, berkualitas dan menyenangkan, kita dapat melihat traveling tips melalui  Pegipegi.com/travel (klik di sini). 

Website ini merupakan travel blog yang dimiliki dan dikelola oleh Pegipegi. Informasi yang tersedia di dalam travel blog ini sangat lengkap. Termasuk tips-tips  selama perjalanan dan lokasi-lokasi wisata menarik lainnya yang bisa dikunjungi di Yogyakarta. 

Di sepanjang jalan menuju Candi Ijo-pun sebenarnya terdapat lokasi wisata lainnya yang patut dikunjungi seperti Kraton Ratu Boko dan Tebing Breksi. Saya menyarankan untuk mengatur waktu sebaik mungkin ketika berwisata ke sini agar saat  sampai di Candi Ijo tepat pada waktu senja hari. Loket pembelian tiket masuk Candi Ijo sendiri masih terbuka hingga pukul 17.00 WIB. Tips-tips lainnya silakan dilihat pada blog travel yang dipaparkan di atas.

Yakin deh, berkunjung ke Candi Ijo takkan membuat anda kecewa, "double sensations in one destination". Di tunggu ya kedatangannya, Matur Nuwun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun