Dokter, jujur saja saya memiliki kekaguman dengan profesi yang satu ini. Dengan tampilan jas putihnya yang begitu rapi, mereka dengan senang dan tabah hati mengobati pasien-pasiennya. Melayani dengan senyuman, hilir-mudik di lorong-lorong RS (maksudnya Rumah Sakit bukan RS yang lain), berjaga siang dan malam untuk para pasiennya.Â
Saya tahu betul jikalau menghadapi manusia tak sama dengan menghadapi benda-benda arkeologis. Apalagi manusia yang sedang mengalami kesakitan. Ada memang tipe pasien yang sabar, ada lagi yang rewel dan lain sebagainya. Yang tentu saja tidak mudah dihadapi, dan memerlukan perlakuan khusus masing-masing.
Saya sendiri dua kali berhadapan secara intens dengan dokter. Ya tentu saja untuk pengobatan. Terkadang berhadapan dengan dokter adalah sesuatu yang tidak dikehendaki, karena memang tidak ada yang mau ditimpa sakit. Â Akan tetapi, harus dilakukan kalau mau memperoleh kesembuhan. Memang benar, kesembuhan itu dari Tuhan tetapi banyak diantaranya melalui tangan-tangan para dokter.
Bayangkan saja, seorang dokter harus memahami isi buku beratus-ratus halaman tebalnya serta dengan bahasa ilmiah yang susah dicerna. Ini tentu saja memerlukan IQ di atas rata-rata.Â
Kalau variabel cantik/ganteng yang diidentikkan kepada para dokter ini sangat relatif. Namun untungnya saya, selalu ketemu dengan dokter muda yang cantik saat ke rumah sakit. Apalagi RS di sekitar kampus saya. Rasanya sudah sembuh duluan sebelum diobati (hehe), seraya berharap bisa jadi jodoh di masa depan (aamiinn).Â
Salah satu tokoh di bidang ilmu kedokteran yang saya kagumi adalah Ibnu Sina. Tabib kenamaan, alim dan ahli filsafat di abad pertengahan. Ketika Barat masih mengandalkan ritual magic dalam pengobatan. Ibnu Sina telah melakukan tindakan bedah dalam mengobati pasiennya. Dia adalah salah satu peletak dasar-dasar ilmu kedokteran di dunia Barat.
Singkat kata, profesi dokter merupakan profesi yang sangat mulia dan tidak mudah, diperlukan kesabaran yang amat dan kecerdasan ditambah dengan beaya yang banyak untuk menjadi dan berprofesi sebagai dokter.Â
Dokter dan arkeolog tentu saja profesi yang sangat jauh berbeda. Jikalau dokter tampil dengan setelan jas putih yang rapi, maka arkeolog justru sebaliknya. Terkesan kurang rapi bahkan mendekati "nyentrik".
Menurut saya, banyak di antara arkeolog yang kurang suka dengan tampilan formal. Mungkin karena mereka ditempa oleh jiwa petualangan, menjelajahi alam seraya menemukan sisa-sisa peradaban kuna, seperti di film-film Indiana Jones.