Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tak Hanya Wisata Alam, Inilah Destinasi Wisata Budaya Kerinci yang Wajib Dikunjungi

29 Juli 2018   11:14 Diperbarui: 29 Juli 2018   12:55 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beduk kuno di desa Kemantan Kec. Air Hangat Timur (Dok. BPCB Jambi)

Kerinci juga menyimpan sisa-sisa peradaban kuno yang telah berusia ribuan tahun, salah satunya adalah tinggalan megalitik yang cukup khas dan tidak dijumpai di wilayah lain di Indonesia. Megalit di sini berbentuk silindrik yang diposisikan rebah. Pada permukaan megalitik terbuat hiasa-hiasan dengan motif manusia kangkang, lingkaran memusat dan sulur-suluran. Hingga saat ini telah ditemukan sekitar 23 situs megalitik yang tersebar di berbagai desa di Kerinci. Namun, beberapa situs sulit di akses karena berada jauh dari jalan raya dan berada di area perkebunan penduduk. Di antara situs-situs yang mudah diakses dan tidak jauh dari jalan umum adalah situs Batu Patah dan Batu Berelief di Muak, dan di situs megalitik di desa Benik, Jujun. 

Desa Muak dan desa Benik berada sekitar 35 Km ke arah Selatan Sungai Penuh (sekitar 1 jam perjalanan) atau 15 Km lagi dari desa Pulau Tengah. Sepanjang perjalanan ke sana anda akan disuguhi pemandangan Danau Kerinci, perahu nelayan, dan keramba ikan penduduk di pinggir danau. Situs Batu Patah Muak berada di sebelah kanan jalan sebelum anda memasuki desa Muak. Megalit silindrik berukuran 4,20 meter, lebar 1 meter dan Tinggi 1,17 meter ini dinamakan batu patah karena memang batu ini terbelah tepat di bagian tengah. Pada bagian ujung megalit terdapat hiasan lingkaran konsentris. Anda dapat meneruskan perjalanan hingga memasuki area permukiman, tepat di  pendakian dekat kantor kepala desa di sebelah kiri jalan anda akan menemukan plang situs cagar budaya, di belakangnya terdapat batu berelief dengan motif hias manusia menunggang gajah, kuda, dan anjing. Perjalanan dapat dilanjutkan ke desa Benik, anda akan menjumpai situs megalitik lain dengan motif manusia memegang gada yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya.

Situs Batu Patah, desa Muak (Dok. Pribadi)
Situs Batu Patah, desa Muak (Dok. Pribadi)
Batu berelief di desa Muak (Dok. Pribadi)
Batu berelief di desa Muak (Dok. Pribadi)
5.  Umah Laheik (Larik): Rumah Panjang Kerinci

Masyarakat Kerinci juga memiliki rumah tradisional yang disebut umah laheik. Umah laheik ini dibangun secara sambung menyambung mirip gerbong kereta api dengan pola memanjang. Umah Laheik dibuat dari material kayu dengan teknik pasak dan tumpuk kayu. Umah laheik juga dihiasi ornamen sulur-suluran khas Kerinci. Tiap dusun umumnya memiliki empat hingga belasan umah laheik  di masa lalu. Sayangnya hanya sedikit umah laheik yang tersisa sekarang dan itupun sudah sulit ditemui dengan pola memanjang sebagaimana aslinya karena sebagian telah diganti dengan bangunan permanen.

Beberapa tempat yang masih bisa dijumpai umah laheik di antaranya di desa Pondok Tinggi, dan Laheik Rio Jayo di sekitar Kota Sungai Penuh, di desa Pendung Talang Genting, desa Betung Kuning di Hiang serta di kecamatan Siulak dan Siulak Mukai. 

Pengalaman penulis sendiri pernah mengunjungi umah laheik di Mukai Mudik kecamatan Siulak Mukai dan desa Siulak Gedang, kecamatan Siulak. Ke-dua desa ini berjarak sekitar 13 km ke arah Utara Sungai Penuh (sekitar 30 menit perjalanan). Untuk menuju desa Siulak Mukai, setelah sampai di pasar Siulak Gedang tepat di tugu juang, anda harus mengambil jalan ke simpang kanan dan melewati jembatan, sekitar 500 meter dari jembatan anda akan menjumpai Masjid Jamik Siulak Mukai. kawasan umah laheik berada pada gang-gang tepat di sisi Selatan Masjid, masyarakat setempat menyebutya sebagai Laheik Kampung Dalam. Di belakang Masjid Jamik sendiri, terdapat situs menhir dan situs dolmen yang berada di dalam bangunan kayu dengan motif hias. Untuk menuju desa Siulak gedang, sebelum memasuki area pasar Siulak Gedang, anda harus mengambil jalan ke kiri, sekitar 200 meter dari simpang tersebut, anda akan menemukan mushalla di sisi kanan jalan, kawasan umah laheik berada di belakang Mushalla, masyarakat menyebutnya sebagai laheik Sirajo dan laheik Temenggung.

Umah laheik di Mukai Mudik, Siulak Mukai (Dok. Pribadi)
Umah laheik di Mukai Mudik, Siulak Mukai (Dok. Pribadi)
Bagian dalam umah laheik di Larik Temenggung, Siulak Gedang (Dok.Pribadi)
Bagian dalam umah laheik di Larik Temenggung, Siulak Gedang (Dok.Pribadi)
6. Bileik: Lumbung Padi

Bileik merupakan bangunan yang berfungsi untuk menyimpan padi (lumbung padi). Bileik dibangun dengan arsitektur khas Kerinci yang kaya akan ornamen sulur-suluran. Kekhasan dari bileik adalah pintu masuknya yang berada di atas, tepat di bawah atap. Dulunya, tiap dusun memiliki bileik yang dibangun di depan atau dibelakang umah laheik. Sayangnya sekarang, tidak banyak lagi yang tersisa. 

Salah satu deretan bileik yang masih tersisa ada di desa Lolo Gedang/Pasar Kerman kecamatan Bukit Kerman. Berjarak sekitar 40 km ke arah Selatan Sungai Penuh (sekitar 1, 5 jam perjalanan). Anda akan melewati desa ini sebelum memasuki wilayah Lempur. Lokasi Bileik tepat berada di depan masjid pasar Kerman, bileik ini berjajar di sepanjang irigasi desa. Ada baiknya, anda juga mengunjungi wisata agro berupa perkebunan jeruk dan situs megalitik yang ada di area perkebunan penduduk di belakang desa (jalan di samping masjid).

Bilik Padi di desa Pasar Kerman/Lolo Gedang (Dok. Pribadi)
Bilik Padi di desa Pasar Kerman/Lolo Gedang (Dok. Pribadi)
7. Upacara Tradisi dan Ritual

Masyarakat Kerinci pada umumnya menggelar upacara tertentu yang berkaitan dengan panen Padi. Desa-desa umumnya melakukan ritual kenduri sko sehabis masa panen, anda akan disuguhi makanan tradisional gratis yang disebut sebagai lemang b'rambu/lemang b'keh beserta nasi yang disebut nasi ibat. Ada lagi upacara Ritual Ngayun Luci yang digelar sewaktu tanaman padi mulai berbuah, tidak banyak lagi kampung-kampung yang masih melakukan ritual ini, hanya sebagian kecil saja di Kerinci seperti di sekitar Kecamatan Siulak Mukai (desa Mukai Tinggi, Mukai Hilir dan Mukai Pintu), Kecamatan Kayu Aro (desa Renah Kasah) dan Kecamatan Gunung Tujuh (desa Ulu Jernih). Anda juga bisa menikmati proses pemanenan kayu manis yang merupakan salah satu produk unggulan Kerinci, Panen Kopi tradisional di desa Lempur kecamatan Gunung Raya maupun di kecamatan Gunung Kerinci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun