Anies yang Dulu.....
Sosok muda, mantan rektor Paramadina dan juga alumnus UGM. Sewaktu kompetisi pilpres 2014 yang lalu, dengan lantang ia mendukung pasangan Jokowi-JK. Iapun ditunjuk menjadi juru bicara kampanye tim Jokowi-JK. Anies, membuat formula kampanye putih untuk menepis kampanye-kampanye negatif yang menerpa pasangan Jokowi-JK. Tak dinyana, hal tersebut membuahkan hasil kemenangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.Â
Segera setelah itu, Anies menerima balas jasa atas usaha yang ia lakukan, ia ditunjuk Jokowi sebagai menteri pendidikan dan Kebudayaan.
Selama ia menjadi jubir dalam kampanye pilpres hingga jadi menteri ia dipuja-puja oleh pendukung Jokowi. Ia dinilai sebagai salah satu anak emas dalam kabinet Jokowi, sosok muda yang berperan penting selama kampanye Jokowi.Â
Namun tiba-tiba, Anies dicopot sebagai menteri, tanpa keterangan yang jelas dari Jokowi, hingga publik menduga-duga penyebabnya dengan berbagai interpretasi.
Setelah itu, keadaan sungguh berubah, bak kata pepatah: panas setahun terhapus hujan sehari.
Anies yang kini.....
Setelah dicopot dari menteri, Anies ditawari menjadi calon Gubernur DKI, oleh sosok Probowo lawannya yang lalu ketika berkompetisi. Mulailah datang cercaan dari pemujanya yang dahulu, Ia dikatakan sebagai barisan sakit hati. Kalau dipikir dengan hati murni, apakah salah Anies menerima tawaran jadi cagub DKI?
Begitu pula selama kampanye pilkada DKI, ia dianggap sebagai penebar isu SARA dan melakukan politik-politik kotor lainnya, selama kompetisi. Padahal, tak satupun kata terlontar dari mulut Anies-Sandi yang menyebutkan masalah - masalah Suku, Ras dan Agama. Kalau tak percaya silakan ingat kembali tayangan di Televisi, bahkan gerakan2 demo itupun dia tak ikut menghadiri. Entah dari mana para pencerca yang dulu pemuja itu mendapat halusinasi? Pokoknya salah terlimpah pada Anies-Sandi....
Anies-Sandi keluar sebagai pemenang pilkada DKI, kini ia sedang menunaikan janji-janji. Tapi apa hendak dikata, benci itupun makin menjadi.Â
Pokoknya salah Anies-Sandi, gubernur diplintir jadi 'gabener'. Kalau ditelaah pula dengan hati suci, tentu saja kebijakan Anies-Sandi ada buruk, ada baiknya. Tak semua kebijakan baik semua, tentu ada dampak negatifnya, tak ada kebijakan buruk semua tentu ada baiknya, apalagi seorang manusia, adakah yang menghendaki suatu keburukan? Semua itu tergantung dari sudut pandang mana anda melihatnya.Â
Bak sebuah gelas tembus pandang, jikalau sudah tertutup debu yang bertumpuk, tak akan terlihat air suci yang ada di dalamnya, begitu pula hati manusia, kalaulah sudah tertutup hasad, dengki, benci yang membusuk tak akan lagi mampu membedakan baik dan buruknya.
Salam takzim dari pengarang..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H