Ketiga, budaya dan doktrin konfusionisme. Kuatnya pengaruh China di Korea sejak awal dinasti Joseon, telah menjadikan doktrin konfusionisme sebagai landasan moral dalam kehidupan sosial dan politik bangsa itu. Kehadiran konfusionisme yang dipegang teguh oleh penerus Dinasti Joseon membuat merosotnya pengaruh Budhisme yang berjaya pada era Goryeo serta menjadi penghalang masuk pengaruh Katolik dan agama lainnya ke negara ini.Â
Saking konservatifnya bahkan di abad ke 19 M, ada gerakan anti Katolik yang didukung oleh pihak kerajaan, di mana penduduk Korea baik dari strata rendah hingga kaum bangsawan (baca: Yangban) akan di hukum mati ketika ketahuan menganut Katolik atau bahkan hanya karena membaca dan mempelajari buku-buku yang berasal dari Barat.Â
Di sisi lain jikalau melihat dari kuliner orang Korea, terlihat miskinnya kandungan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, kayu manis, kemiri dan lain sebagainya. Makanan favorit mereka umumnya dibuat dengan cara fermentasi. Ketidakbutuhan mereka akan rempah sebagai bahan makanan untuk menghangatkan tubuh dan keberadaan tanaman ginseng sebagai  alternatif-- mereka punya cara mengolah makanan sendiri, untuk bertahan di musim dingin -- menjadikan mereka tidak perlu berlayar mengharungi bahari demi mencari butir rempah-rempah yang melimpah di Nusantara.
Di samping itu, perihal absennya orang Korea dalam catatan asing di Nusantara, barangkali jikalau kita melihat dari perspektif bangsa non Korea di masa lalu (penduduk lokal, Arab, Eropa, India), akan susah membedakan antara orang Tionghoa dan orang Korea secara fisik dan kultural, apalagi jika orang Korea mengatasnamakan dinasti Ming ketika kontak dengan pedagang asing.
Oleh sebab itu, walaupun kenyataannya orang Korea hadir dalam jalur dagang rempah Nusantara, tetapi catatan asing mungkin saja menyamakan mereka dengan orang-orang dari dinasti Ming (Tionghoa). Hal ini makin menyulitkan melacak hubungan sejarah Korea dan Nusantara di masa lalu.
***
Sebagai pengakhir kata, ada baiknya para arkeolog dan keramolog Indonesia  mulai mempelajari keramik dan tembikar yang diproduksi oleh bangsa Korea dari berbagai masa. Kajian ini sangat berguna untuk melacak hubungan sejarah dan kebudayaan ke dua bangsa ini, sehingga dapat memperkokoh jalinan kerja sama antarbangsa. Mana tahu, keramik-keramik yang awalnya diklaim keramik China, sesungguhnya merupakan keramik Korea yang memiliki persamaan ciri. Kajian keramologi  di Indonesia saat ini, terbatas pada objek keramik China, Eropa, Jepang dan keramik dari Asia Tenggara Daratan seperti Thailand dan Vietnam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H