Hal ini berbanding terbalik ketika kita berada atau berkunjung ke kota-kota yang dianggap suci oleh agama lain. Vatikan misalnya, mereka tidak mengganti bangunan2 kuno yang ada, walaupun sebenarnya mereka bisa membangun bangunan yang  modern di sana. Atau berbagai kuil suci yang ada di India, masih terasa kekunoan dan nuansa spritualnya. Atau dengan Masjidil Aqsa sendiri di Palestina, bagi saya nuansa romantis dan spritual lebih terasa di Masjid Al-Aqsa dibandingkan dengan Masjidil Haram, karena arsitektur Masjid Al-aqsa masih mempertahankan arsitektur bergaya seni masa Umayyah.Â
Tidak hanya sampai di situ, nilai kesucian Haramain pun baru-baru ini ternodai, ketika seorang Yahudi bernama Ben Tzion memasuki Masjid Nabawi, salah satu tempat yang terlarang dimasuki oleh nonmuslim. Sepatutnya, Tzion menghormati nilai kesucian Masjid ini karena pelarangan terhadap non muslim memasuki kawasan ini telah ada sejak masa 9 Hijriah (sembilan tahun setelah nabi hijrah ke Madinah).Â
Apa boleh dikata, setelah konstruksi modern merusak kedua kota kuno ini, sekarang nilai kesuciannya pun telah berani dinodai. Sekarang umat Islam, hanya bisa membaca sejarah awal-awal agama Islam dari bacaan buku, tanpa bisa dirasakan dan diresapi secara empiris dan mungkin suatu waktu nanti 'akan jadi dongeng belaka', karena tidak ada lagi bukti yang dapat ditunjukkan tentang sejarah awal Islam dan sejarah awal kehidupan Muhammad. Â Mekah dan Madinah sekarang menyandang gelar kota Suci termodern di dunia.