Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teruntuk Ustadz Felix Siauw

5 November 2017   23:53 Diperbarui: 6 November 2017   21:14 7224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan saya berikut janganlah dimaknai sebagai sebuah pandangan politis, tetapi hanya sekadar opini belaka yang lahir ketika nurani tergugah. 

Sebuah video yang muncul di linimasa akun media sosial saya, menampakkan sekelompok anggota salah satu ormas keagamaan masyhur  di Indonesia-yang katanya pengawal NKRI dan Pancasila- sedang rusuh di sebuah halaman masjid karena ada seorang Ustaz yang hendak menggelar pengajian. 

Ustadz itu bernama ustadz Felix Siauw seorang anggota HTI, di mana organisasi HTI ini baru-baru saja dibubarkan pemerintah karena dianggap anti-pancasila. Saya sangat menghormati keputusan pemerintah itu, karena sudah selayaknya pemerintah menjadi garda terdepan dalam menjaga ideologi bangsa ini demi keutuhan NKRI, walau diiringi oleh pro dan kontra. 

Di satu sisi, HTI dianggap anti-pancasila oleh kacamata pemerintah karena di dalam organisasi itu memiliki visi untuk mendirikan negara "khilafah". Di pihak lain, pemerintah dianggap menggunakan UU tentang ormas demi kepentingan lain seperti kepentingan politis. 

Salah satu implementasi dari sila pertama menurut saya ialah kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing, di mana Islam menjadi agama yang diakui oleh negara dan dianut oleh mayoritas warga negara Indonesia. Sebagai sebuah agama, Islam tentunya berisi ajaran-ajaran, doktrin-doktrin dari interpretasi ulama-ulama terhadap sumber utama ajaran Islam yakni Al-qur'an dan Assunnah. Konsekuensi dari munculnya berbagai penafsiran ini menyebabkan munculnya kelompok-kelompok di dalam Islam itu sendiri, termasuk pula HTI. 

Lahirnya HTI di Timur Tengah pada awal/pertengahan abad 20 M (?) berawal dari kondisi umat Islam saat itu yang menjadi korban amukan perang, akibat hagemoni Barat dan sekutunya di Timteng, ditambah lagi adanya doktrin berupa nubuwat atau ramalan mengenai berdirinya sebuah negara 'khilafah' di akhir zaman yang mampu memulihkan kondisi sosial umat Islam. 

Nubuwat atau ramalan tentang kebangkitan Islam melalui sebuah 'negara khilafah' tentunya sangat diyakini oleh HTI dan menjadi landasan utama berdirinya organisasi  ini. Karena merupakan perkara keyakinan-percaya atau tidak terhadap nubuwat tersebut- maka bagi saya sah-sah saja umat Islam meyakini ataupun tidak meyakini perkara itu. Bagi yang meyakini, cukuplah sebatas perkara hati dan ideologi dengan tidak mewujudkannya dalam tindakan-tindakan yang pada akhirnya menimbulkan banyak mudharat, seperti kerusuhan, konflik dsb yang justru bertentangan dengan hakikat Islam itu sendiri.

Sekarang, organisasi HTI telah dibubarkan dan dilarang oleh Pemerintah, sebagai warga negara yang baik, keputusan itu kita hormati, tetapi rasa hormat terhadap keputusan itu jangan pula menjadikan kita tidak lagi bijak.

Larangan terhadap pengajian Ustadz Felix Siauw adalah suatu sikap yang tidak bijak. Hanya karena sang Ustadz pernah bernaung di rumah berlabel HTI yang telah dirubuhkan itu, dia dibatasi hak azasinya untuk berbicara dan berpendapat. Apalagi para pencegatnya sama-sama berada di bawah panji agama Islam.  

'Sudi siasat' adalah suatu sikap yang diajarkan kepada saya sebagai bangsa ketimuran penutur Austronesia. Selidik, simak, dan dengar dahulu isi kajian sang ustadz, selama menyeru kepada kebaikan mengapa tidak kita dengarkan? hilangkanlah prasangka buruk. Bukan malah dicegat seolah-olah sedang maksiat. Dan yang keterlaluannya pencegatan itu berlangsung bahkan sebelum sang Ustadz sempat berceramah, dia tidak dihormati sebagai tamu, saudara seiman dan sebangsa. Terus dalam posisi ini siapakah yang tidak pancasilais?

Bagi saya keyakinan seseorang terhadap suatu doktrin ramalan atau nubuwat dalam agamanya tidaklah sekali-kali menjadikan seseorang menjadi anti pancasila, keyakinan itu letaknya di hati dan tiada kelihatan. Bagaimana anda tahu hati seseorang? Bak pantun berkata: buah berangan masaknya merah, kelekati dalam perahu, luka di tangan nampak berdarah, hati di dalam siapa tahu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun