Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Sebuah Kerajaan: Secuil Riwayat Mengenai Kesultanan Jambi

22 Oktober 2017   13:29 Diperbarui: 22 Maret 2018   13:23 6854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Sebuah Foto yang memperlihatkan Sultan Jambi dan Punggawanya menurut sumber tropenmuseum

Riwayat Jambi bisa dibilang sangat tragis, bila dibandingkan dengan Kesultanan-kesultanan lain di Nusantara. Kesultanan Deli, Siak dan Langkat misalnya, justru mencapai puncak kejayaan di masa-masa akhir kolonial setelah dibukanya perkebunan Tembakau dan Karet dengan perjanjian bahwa Kesultanan-Kesultanan itu berada di bawah Kerajaan Belanda, begitu pula dengan Kesultanan Yogyakarta, hubungan baik dengan Belanda yang terjalin setelah perang Jawa, telah membangun perekonomian Kesultanan. Tentu saja ada dampak positif dari hubungan baik Belanda dan Kesultanan di akhir-akhir masa Kolonial, para Sultan 'nyaman' duduk di tahtanya dengan bergelimpangan harta, istana-istana, pesanggrahan, sekolah-sekolah, sebuah kota bergaya Indisch dibangun di wilayah kekuasaannya. Dampak positifnya pun masih bisa dirasakan hingga sekarang, bangunan-bangunan ala indisch itu dijadikan cagar budaya dan tempat wisata yang secara aktif turut menyumbangkan PAD daerah. Sementara Jambi, namanya terus tenggelam, bahkan Makam-makam sultannya terus dihimpit oleh arus pembangunan modern.

Gambar 3. Makam Sultan Abdul Qahhar yang tidak terawat dan berada di tengah-tengah permukiman, sumber: Via Dicky
Gambar 3. Makam Sultan Abdul Qahhar yang tidak terawat dan berada di tengah-tengah permukiman, sumber: Via Dicky
Referensi Utama

Andaya, Barbara (2016). Hidup Bersaudara: Sumatra Tenggara pada abad ke 17-18 M. Yogyakarya, Penerbit Ombak

Usman Meng (1996). Ikhtisar Sejarah Sepucuk Jambi Sembilan lurah. Disparbud Jambi (tidak diterbitkan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun