Sebanyak 42 mahasiswa dari berbagai universitas dan politeknik turut ambil bagian dalam PMM 4 Inbound Politeknik Negeri Medan, termasuk Hafidzuddin, mahasiswa dari Universitas Negeri Malang. Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) telah menjadi inisiatif penting dalam memperluas wawasan mahasiswa Indonesia melalui pengalaman belajar lintas budaya. Program yang berlangsung di Sumatera Utara ini tidak hanya menawarkan pembelajaran akademis tetapi juga pengalaman lintas budaya melalui Modul Nusantara. Mata kuliah ini dirancang untuk memperkuat wawasan kebangsaan, menanamkan nilai-nilai persatuan dalam keberagaman, dan mempererat rasa cinta tanah air. Dari apa yang dialami Hafidzuddin, terlihat bahwa program ini memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kesadaran sosial dan toleransi, khususnya melalui kegiatan budaya dan refleksi yang dilakukan selama program.
Memahami Keberagaman melalui Kebhinekaan
Salah satu fokus utama Modul Nusantara adalah kegiatan kebhinekaan. Dalam kegiatan ini, mahasiswa diajak untuk mengenal dan merasakan langsung indahnya keberagaman budaya Indonesia. Contohnya, di Kota Binjai, Sumatera Utara, mahasiswa menggali cerita rakyat dan mempelajari toleransi beragama. Binjai yang dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia menunjukkan harmoni yang nyata. Masjid, gereja, vihara, klenteng, dan kuil hadir secara harmonis, mencerminkan kehidupan masyarakat yang rukun tanpa memandang perbedaan agama.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga mengunjungi kelompok minoritas di Perumahan Bumi Deang Permai, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Meski menjadi minoritas, umat Muslim di daerah tersebut hidup berdampingan secara harmonis dengan kelompok mayoritas. Anak-anak dari berbagai latar belakang agama bermain bersama tanpa diskriminasi. Dari kunjungan ini, mahasiswa belajar bahwa toleransi sejati adalah memanusiakan manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang.
Mempelajari Seni dan mencoba Kuliner
Selain mempelajari toleransi, mahasiswa juga berpartisipasi dalam pagelaran seni dan tarian tradisional. Dalam kegiatan ini, setiap peserta memperkenalkan budaya dari daerah asal mereka, termasuk pakaian adat, lagu daerah, hingga tarian tradisional. Kegiatan ini menjadi ajang untuk saling mengenal dan menghargai kekayaan budaya nusantara.
Di sisi lain, mahasiswa diajak mengenal ragam kuliner khas Sumatera Utara, seperti ombus-ombus, bubur pedas, ikan mas arsik, bika ambon, dan kue rasidah. Kegiatan ini melibatkan ibu-ibu PKK setempat dan dilakukan langsung di dusun-dusun. Mahasiswa tidak hanya mencicipi, tetapi juga belajar proses pembuatannya. Interaksi ini memperkuat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat lokal.
Kegiatan sosial ini menghadirkan narasumber dari MER-C serta seorang pembicara dari Counsellor of Politeknik Kota Bharu, Malaysia, untuk memberikan penyuluhan mengenai bullying, kesehatan diri dan lingkungan, bahaya penggunaan gadget, serta ancaman narkoba. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini melibatkan siswa sekolah dasar beserta para guru sebagai peserta. Selain itu, siswa sekolah dasar juga diajak untuk menghias tempat sampah dan menikmati makan siang Bersama.
 Modul Nusantara tidak hanya memperkenalkan budaya setempat kepada mahasiswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai persatuan dan kebangsaan. Dengan belajar menghargai perbedaan, mahasiswa diajak untuk memupuk rasa bangga terhadap kekayaan budaya Indonesia. Harapannya, pengalaman ini akan menjadi bekal berharga bagi mereka untuk terus menjunjung tinggi harmoni dalam keberagaman.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran lintas budaya di Sumatera Utara mampu menciptakan generasi muda yang toleran, peduli, dan berkontribusi untuk persatuan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H