Mohon tunggu...
hafidz NDP
hafidz NDP Mohon Tunggu... Buruh - untitle

Ciptaan tuhan untuk pelestarian dunia. Tidak perduli dengan ketenaran hanya berharap perubahan menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hilangnya Essensi dan Muculnya Sensasi dalam Perpolitikan

21 November 2018   07:50 Diperbarui: 21 November 2018   07:53 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye tanpa essensi bahkan tanpa ada nya promosi visi dan misi itu yang sering ditampilka oleh masing-masing kubu kemenangan. Tim Sukses nya pun lebih menyukai mengambil sisi negatif untuk menjatuhkan elektabilitas lawan politik nya dari pada mempromosikan progam kerja yang akan dikerjakan oleh tokoh yang didukungnya tersebut. Sehingga simbol kata negatif yang menjadi ikon perpolitikan kita saat ini seperti genderwo, sontoloyo maupun tampang boyolali.

entah masyarakat indonesia yang lebih suka mengkonsumsi hal-hal negatif sehingga para tim kemenangan menggunakan konten tersebut untuk menarik perhatian masyarakat. atau memang para politikusnya yang tidak mempunyai produk positif untuk didistribusikan kemasyarakat.

Setiap hari media selalu menampilan kegaduhan didalam perpolitikan. hal tersebut tentu menjadi dinamika yang secara tidak langsung akan menimbulkan api perpecahan. ketika api perpecahan itu berlahan menyala para politikus bukanya langsung memadamkan api tersebut. 

melainkan memanfaatkan api tersebut sebagai tambahan kekuatan untuk menyerang kubu lawan. hal seperti ini berkontradiksi dari tujuan perpolitikan yang sebenarnya. padahal tujuan politik menurut aristoteles yaitu untuk mengahatarkan manusia pada hidup yang baik. tentu menjadi tabu jika didalam prosesnya bertantangan dengan tujuanya.

mungkin para kubu kemenangan tidak mengetahui makna dasar dari tujuan berpolitik atau memang tidak mempunyai tujuan dalam berpolitik(?). yang mereka tau mungkin hanya lah politik sebagai jalan untuk memperoleh kekuasaan. sehingga tujuan mereka hanya lah kekuasaan. 

ketika mereka memperoleh tujuan tersebut, mereka tidak mengerti mengapa mereka harus berkuasa. walaupun mereka masih bingung dalam kaedah kekuasaan namun mereka terlena dalam kenikmatan kekuasaan. 

 kenikmatan syahwat sebagai penguasa membuat mereka nyaman dan tak rela melepaskanya. sehingga berbagai cara mereka lakukan untuk mempertahankan status quo nya tersebut.

padahal kekuasaan khususnya kepala negara adalah sebuah pekerjaan sosial. mereka yang layak menjadi pemimpin adalah mereka yang mempunyai progam sosial untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan masyarkat. 

bukan mereka yang mempunyai elektabilitas dan mempunyai dukungan banyak di masyarakat. karena kita bukan mencari artis/guest star untuk tampil didalam kontes, Melainkan mencari sosok pemimpin yang mempunyai pemikiran sosial dan akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang diharapkan akan berdampak positif bagi masyarakat luas.

 Andai para elit politik atau bahkan rakyat mengetahui makna politik tersebut. tentu bukan permainan sensasi yang akan tampil didalam  panggung perpolitikan melain gagasan-gagasan dan ide yang menjadi sorotan utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun