Indonesia dibentuk dari banyak akar yang Bersatu padu, berjanji menjadi satu. Indonesia di satukan oleh banyak perbedaan yang awalnya saling memisahkan. Di ilhami rasa korsa, satu rasa, satu sakit semua sakit. Rasa benci akan penindasan para penjajah yang semena mena merendahkan kerja dari pribumi.Â
Kitapun Bersatu, menjadi padu, berjanji untuk tetap utuh membagi rasa sakit kita kepada yang lainya. Bersatu menjadi asa untuk merdeka. Tak kurang seluruh pemuda bangsa Indonesia merasa muak akan rasa sakit yang sama. Mengambil langkah pertama untuk dapat bebas dan kembali berkuasa. "Kita pemilik tanah ini!" Seru seorang berucap.
Perjuangan mereka tak sia sia. Kemerdekaan hasil para pejuan bangsa diraih dengan darah merona. Rasa Lelah terbayar melihat semua orang di jalan berpesta Indonesia merdeka. Namun, kemerdekaan bangsa bukanlah titik akhir dari perjuangan bangsa Indonesia. Menjaga kemerdekaan tetap satu dan utuh merupakan tantangan yang jauh berbeda dari perjuangan meraih kemerdekaan itu sendiri.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi. Bandung menjadi lautan api, semarang berperang selama lima hari dan masih banyak lagi. Adu fisik pun terjadi. Para sekutu tak terima Indonesia merdeka. Mereka masih ingin menguasai tanah ini karena banyak keuntungan yang datang bersamanya. Sayang seribu sayang, rakyat Indonesia telah satu. Tekad bulat dengan mata penuh api membara muak akan penjajahan dan kolonialisme.Â
Tak ada satupun percobaan mereka yang ingin merebut kembali tanah ini berhasil di lakukan. Tak ada satupun ujung jari mereka yang berusaha menumbangkan negeri ini, berhasil menyentuh tiang tegak tempat sang merah putih berkibar. Sak ada satupun dari mereka, yang menggentarkan semangat para pemuda dan semua pejuang bangsa untuk mundur, menyerah tanpa perlawanan.Â
Pasukan merekalah yang akhirnya dipaksa mundur. Pasukan merekalah yang akhirnya dipaksa untuk pergi. Pasukan mereka lah yang akhirnya lari dari medan berapi. Terbirit birit menuju kapal mereka untuk kabur, untuk kembali ke tempat asal mereka masing masing.
Badai perjuangan fisik, perontok semangat juang bangsa, gagal membunuh asa kita untuk tetap merdeka. Mereka gagal dengan besar nya dan kita menang dengan megahnya. Tak ada satupun kekecewaan yang muncul dari hati para pemuda, golongan tua, dan mereka semua yang berjuang untuk Indonesia. Laun waktu berlalu. Perang yang berbeda pun dimulai kembali. Fisik bukan lagi kunci. Mental lah yang diuji. Ngeri! Rasa damai negeri ini seperti taka da masa tenang sedikit pun.
Pada zaman masa modern, apa masalah utama bangsa yang menjadi kekhawatiran paling serius untuk keberlangsungan bernegara. Satu jawaban pasti. PEMUDA. Masa yang telah berbeda, perasaan damai yang telah dimiliki mereka sejak mereka lahir mengurangi perasaan mereka untuk mencintai negeri ini dengan sepenuh hati.Â
Tak ada rasa perjuangan untuk merdeka karena kedamaian yang telah mereka rasakan sejak awal membuka mata mereka. Tak ada yang salah dengan kemerdekaan, tak ada yang salah dengan kedamaian. Namun, perjuangan bangsa untuk teteap merdeka berada di tangan generasi muda yang nantinya akan menggantikan generasi tua yang cepat atau lambat akan memudar satu persatu.
Mudah rasanya kami, pemuda pemudi Indonesia mengucap Aku Cinta Indonesia. Mudah rasanya kami mengucap bahwa kami merdeka. Sayang seribu sayang. Cinta tak dibalas dengan cinta, cinta dibalas dengan ucap kosong dalam mulut yang terderngar keren bagi sesamanya namun pedih bagi yang lain yang mendengarnya. Cintamu memang tak palsu, tapi cintamu masih belum sebanding dengan cintaku dulu semasa perjuangan 45.
Banyak sekali faktor yang diyakini mengurangi rasa cinta tanah air generasi baru bangsa Indonesia. Yang terbesar adalah sifat individualis yang semakin menutupi budaya bangsa Indonesia yang gotong royong pada sesame. Canggihnya teknologi , majunya sarana komunikasi menjadi kemudahan bagi para pemuda bangsa. Tak perlu dari mereka untuk melangkah kedepan maju untuk perlu bersosiali sasi satu sama lainya
Lambat laun, sikap untuk saling bertemu pun hilang antara satu sama lain. Pola pikir bahwa aku bisa sendiri kok! Menjamur bagai parasite yang tumbuh disetiap leher para pemuda bangsa. Menjijikan bukan? Ego yang besar, semangat yang tinggi, namun rasa cinta tanah air yang pudar merupakan halangan besar.Â
Andai para penjajah datang menyerang kembali bangsa Indonesia dan para pejuang yang berada di garda depan adalah pemuda individualis yang mementingkan diri mereka sendiri. Mereka akan berfikir apakah nyawa ini pantas untuk ditukar dengan kemerdekaan ku? Tentu tidak. Hancur sudah negeri ini. Budaya yang salah. Pemuda yang salah. Kita yang salah.
Tantangan kedua merupakan peran guru dan kurikulum Pendidikan bangsa. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ajaran bela negara, Pancasila, dan kewarganegaraan kurang tertanam dalam hati setiap pelajar bangsa. Efek psikologis yang menganggap bahwa pelajarn wajib ini tak berguna dan buang waktu saja.Â
Jam pelajaran yang terasa membosankan serta para pengajar yang tak mampu memberi contoh semangat perjuangan ketika penyampaian materi, gagal menyalurkan semangat perjuangan pada mereka. Jenuh, malas, ngantuk, bosen. Banyak kata yang terucap yang ''normalnya'' diucapkan para pemuda ini ketika pembelajaran berlangsung.Â
Kegagalan ini merupakan kegagalan semua orang yang ada pada system Pendidikan indoseia. Para murid dan orang tua, para guru, pengurus sekolah, dinas Pendidikan, para pembawa aspirasi rakyat, dan seluruh pemangku kebijakan yang harusnya mampu untuk menjadi roda perjuangan melanjutkan kekuatan Indonesia. Sayang seribu sayang gagalah mereka untuk memajukan bangsa Indonesia.
Dua faktor yang disebutkan merupakan kegagalan terbesar yang ada dalam roda perjuangan Indonesia. Jika ini terus berlanjut, maka akan makin rawan masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah harus mulai menumbuhkan rasa cinta tanah air bangsa Indonesia.Â
Dimulai dari perbaikan system Pendidikan yang perlu disesuaikan jika ingin benar benar menumbuhkan rasa cinta tanah air pada bangsa Indonesia. Selanjutnya orang tua harus menanamkan rasa cinta tanah air pada anak anak nya. Pendidikan moral anak sedari dini bahwa kebebasan yang mereka rasakan sekarang merupakan hasil jerii payah seseorang yang pada masanya berjuang bertukar nyawa untuk kebebasan kita sekarang.Â
Tanamkan rasa syukur pada hati mereka. Agar senantiasa mengingat orang orang yang tanpa pamrih mengerjar kebebasan Indonesia. Jangan rusak hati kecil yang murni mereka menggunakan gadget yang kalian serahkan pada mereka.
Ajarkan kepada mereka norma norma serta nilai nilai kepahlawanan yang mudah untuk mereka ingat. Mudah untuk mereka hafal, dan mudah untuk mereka laksanakan. Ceritakan kisah kisar besar yang dapat menggugah semangat mereka akan perjuangan bangsa. Tumbuhkan semangat mereka, hati kecilnya merupakan asset bangsa yang perlu dijaga.Â
Untuk para pemuda, tingkatkan lah rasa cinta tanah air kalian pada bangsa ini, kebebasan yang kalian nikmati masi merupakan buah keberhasilan para pejuang sebelum kalian. Simpan dalam hati dan maju untuk negeri. Sadarilah bahwa dalam diri kalian, kalian sadar bahwa kalian memang salah, benarkan diri kalian, demi kemajuan dan masa depan yang cerah dan pasti untuk bangsa dan negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H