Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ambisi Barcelona dalam Menulis Kembali "Kedigdayaan"

16 September 2024   22:25 Diperbarui: 17 September 2024   15:53 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AP PHOTO/JOAN MONFORT 

Barcelona tak bisa dimungkiri berhasil membalaskan dendam secara mutlak atas Girona setelah kemenangan telak 1-4 di Montilivi (15/09/2024). Pembalasan ini merupakan revans atas kekalahan 4-2 dan 2-4 musim lalu, dua pertemuan dengan dua kekalahan, belum terbalaskan semua, tetapi tak bisa dibantah tim ini menuju ke sana.

Pembalasan ini menampilkan kedigdayaan Barcelona dimulai. Pasalnya, mereka ini bukan cuma berhasil membalaskan dendam, tim ini juga telah menunjukkan konsistensi dalam menampilkan permainan ciamik sepanjang pertandingan.

Benar, mereka bukan cuman bermain luar biasa secara permainan, tetapi juga meraih hasil sempurna setiap pertandingan.

Barcelona belum terkalahkan dalam lima pertandingan pertama, juga belum ditahan imbang. Mereka berhasil memenangkan semua dengan menghasilkan 15 poin. Padahal, tim ini tak bisa dimungkiri sedikit bertemu dengan tim dasar klasemen, mereka telah berhadapan dengan Athletic Club, Valencia, dan Rayo Vallecano.

Tiga tim ini tak bisa dimungkiri masih kalah secara kualitas, tetapi mereka selalu bisa merepotkan tim besar untuk mengantarkan hasil sempurna. Sementara, Barca tak bisa dibantah telah mengambil kemenangan dengan mudah.

Lantas, mengapa Barca bisa begitu sempurna menampilkan "kedigdayaan". Formula macam apa digunakan Hansi Flick dalam "ketok magic" Barcelona?

Benar, menengok Barca musim ini tak bisa dimungkiri harus dari musim lalu, harus diperhatikan faktor macam apa membedakan dua tim ini. Terlebih, pakem permainan dua tim ini, dan cara pemain bergerak dengan dan tanpa bola di lapangan. 

Pertama, kita semua tahu peran Hansi Flick, telah dijabarkan di mana-mana. Terlebih, bagaimana master Jerman ini merevolusi kualitas tim. Flick bukan cuma meningkatkan level permainan setiap pemain, tetapi juga mengangkat mentalitas dalam melihat pertandingan.

Barca sekarang jauh lebih senang memegang bola, bukan cuma untuk dipompa ke depan, tetapi memastikan bola ini sampai tujuan. Flick berhasil membuat pemain-pemain ini memahami pola gerak bola seperti permainan diinginkan. Semua ini tak bisa dimungkiri hal sederhana, tetapi susah untuk diselesaikan sebagian besar pelatih.

Karena hal ini, menerangkan jasa Hansi Flick atas semua perubahan ini terasa tak akan pernah selesai. Sebab, master satu ini tak bisa dimungkiri aktor utama di sini.

Selain itu, jalan ditempuh dalam bermain tak terbantahkan berjalan luar biasa. Tim ini berhasil mengembalikan permainan tiki-taka dengan modernisasi, mereka bukan cuma memegang bola, tetapi juga menaruh sentuhan pragmatisme dalam menentukan hasil pertandingan. Sedikit sentuhan berbeda dalam membuat mereka ini kembali bergairah. 

Dengan susunan kesebelasan utama (4-2-3-1), menampilkan tiga bek muda seperti Alejandro Balde, Jules Kounde, dan Pau Cubarsi sebagai inti dalam membangun serangan. Mereka ini tak bisa dimungkiri sering berlarian sambil menaruh bola bola ke tengah lapangan, untuk melancarkan serangan. 

Sementara, Inigo Martinez sendiri lebih ke belakang menjadi pemain terakhir, bahkan kadang sejajar dengan kiper, karena kiper ini butuh bermain lebih ke depan untuk memaksa tim lawan memberikan tekanan. 

Benar, hal ini memungkinkan tim ini unggul jumlah pemain, berarti minimal ada satu pemain dalam keadaan bebas menerima umpan. 

AP PHOTO/JOAN MONFORT 
AP PHOTO/JOAN MONFORT 

Semua ini tak bisa dibantah teori sederhana, telah diterapkan oleh beberapa klub besar, tetapi perbedaan mencolok di sini adalah intensitas. Barcelona bersama Hansi Flick bisa memainkan intensitas terlalu tinggi. Bahkan, ketika berniat mencetak gol, mereka seolah hafal di celah-celah kosong ditinggalkan. 

Terlebih, dari dua pemain pivot dalam lini tengah, Pedri dan Marc Casado. Mereka berdua ini mungkin kurang pas menjadi pemain di posisi ini, tetapi karena hal ini tiga pemain depan mereka, Raphinha, Dani Olmo, dan Lamine Yamal secara teratur membantu memenangkan duel lini tengah. Baik soal kuantitas maupun kualitas dalam permainan. 

Secara total, tim ini tak bisa dimungkiri menaruh sampai DELAPAN pemain dalam lini tengah, untuk memastikan kemenangan dalam setiap aliran bola ke depan. Menariknya, transisi ini selalu terlampau cepat, sehingga dalam skema serangan, tim ini tak pernah kehabisan pemain di depan.

Diantara semua, kita harus mengapresiasi manajemen setelah menaruh "trust" penuh untuk Hansi Flick, terutama dengan sikap tegas mendatangkan Dani Olmo dari RB Leipzig. Mereka telah memungkinkan transfer ini dengan kondisi keuangan menderita.

Setelah semua, keberhasilan macam ini harus diteruskan, terlebih sinergi antara manajemen dengan tim kepelatihan. Mereka harus bisa menjaga hubungan baik ini lebih lama atau Real Madrid akan kembali tak bisa digapai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun