Selain itu, jalan ditempuh dalam bermain tak terbantahkan berjalan luar biasa. Tim ini berhasil mengembalikan permainan tiki-taka dengan modernisasi, mereka bukan cuma memegang bola, tetapi juga menaruh sentuhan pragmatisme dalam menentukan hasil pertandingan. Sedikit sentuhan berbeda dalam membuat mereka ini kembali bergairah.Â
Dengan susunan kesebelasan utama (4-2-3-1), menampilkan tiga bek muda seperti Alejandro Balde, Jules Kounde, dan Pau Cubarsi sebagai inti dalam membangun serangan. Mereka ini tak bisa dimungkiri sering berlarian sambil menaruh bola bola ke tengah lapangan, untuk melancarkan serangan.Â
Sementara, Inigo Martinez sendiri lebih ke belakang menjadi pemain terakhir, bahkan kadang sejajar dengan kiper, karena kiper ini butuh bermain lebih ke depan untuk memaksa tim lawan memberikan tekanan.Â
Benar, hal ini memungkinkan tim ini unggul jumlah pemain, berarti minimal ada satu pemain dalam keadaan bebas menerima umpan.Â
Semua ini tak bisa dibantah teori sederhana, telah diterapkan oleh beberapa klub besar, tetapi perbedaan mencolok di sini adalah intensitas. Barcelona bersama Hansi Flick bisa memainkan intensitas terlalu tinggi. Bahkan, ketika berniat mencetak gol, mereka seolah hafal di celah-celah kosong ditinggalkan.Â
Terlebih, dari dua pemain pivot dalam lini tengah, Pedri dan Marc Casado. Mereka berdua ini mungkin kurang pas menjadi pemain di posisi ini, tetapi karena hal ini tiga pemain depan mereka, Raphinha, Dani Olmo, dan Lamine Yamal secara teratur membantu memenangkan duel lini tengah. Baik soal kuantitas maupun kualitas dalam permainan.Â
Secara total, tim ini tak bisa dimungkiri menaruh sampai DELAPAN pemain dalam lini tengah, untuk memastikan kemenangan dalam setiap aliran bola ke depan. Menariknya, transisi ini selalu terlampau cepat, sehingga dalam skema serangan, tim ini tak pernah kehabisan pemain di depan.
Diantara semua, kita harus mengapresiasi manajemen setelah menaruh "trust" penuh untuk Hansi Flick, terutama dengan sikap tegas mendatangkan Dani Olmo dari RB Leipzig. Mereka telah memungkinkan transfer ini dengan kondisi keuangan menderita.
Setelah semua, keberhasilan macam ini harus diteruskan, terlebih sinergi antara manajemen dengan tim kepelatihan. Mereka harus bisa menjaga hubungan baik ini lebih lama atau Real Madrid akan kembali tak bisa digapai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H