Meskipun, tak terbantahkan terlampau banyak kesalahan telah dibuat oleh pasukan "Setan Merah", ini bukan cuma blunder dari individu tertentu, tetapi juga kesalahan tiap pemain dalam menjalankan tugas.
Disintegrasi dalam "Teater Mimpi"
Pertandingan dimulai dengan ancur oleh Manchester Merah, mereka secara mutlak didorong tim tamu untuk bermain pragmatis, tekanan keras dari pemain-pemain di atas lapangan. Meski, skema ini sempat terjual dengan baik, tetapi lambat laun kalah dengan intensitas deras "si Merah".
Manchester United sempat meraih beberapa peluang terbuka sebelum gol dari tim tamu, terutama Bruno Fernandes, kapten utama tim gagal baik dalam mengonversi peluang menjadi gol, atau membuat umpan ciamik di sepertiga akhir. Bukan seperti Maestro yang kita kenal.
Selain itu, di posisi paling depan, Joshua Zirkzee tampil buruk sepanjang pertandingan. Striker berkebangsaan Belanda ini tak bisa dipungkiri memperlihatkan kebingungan dalam memainkan rencana EtH, terlalu sering ke dalam hingga gagal ditemukan oleh rekan setim dalam melancarkan serangan.
Lebih parah, hal ini dialami oleh Marcus Rashford, terlihat tidak memahami arti bermain sebagai pemain "Manchester United". Bukan cuma malas dalam menekan, tetapi juga tidak menampilkan nilai tambah dalam lini serang, terlalu sering hilang bola. Dan, pemain satu ini tidak digantikan selama 90 menit penuh.
Lini tengah kita semua tak bisa dibantah telah melihat terang, baik Casemiro atau Kobbie Mainoo bermain buruk dengan blunder masing-masing. Mereka bukan cuma gagal mengalirkan bola, tetapi juga terlihat tidak memberikan perhatian penuh terhadap situasi di atas lapangan.Â
Lebih jauh lagi, gelandang muda menggantikan Casemiro pada paruh kedua, Toby Collyer, satu pemain dikatakan oleh EtH sebagai "the next Frenkie de Jong", tidak menampilkan permainan memuaskan, justru jauh dari harapan. Meski, harus diakui terasa tidak adil untuk menaruh beban terlalu besar kepada talenta muda ini.Â
Lini pertahanan, cuma satu nama tampil solid dalam barisan, Matthias de Ligt, mantan bek Ajax Amsterdam ini tak bisa dipungkiri telah menampilkan permainan memuaskan, berkali-kali menang duel krusial dalam sepertiga pertama.
Setelah semua, perasaan buruk dialami "Mancunian" bisa dipahami, mengingat tim ini memang tidak menampilkan permainan baik, sangat buruk harus dikatakan. Dengan hasil pertandingan besar, juga disintegrasi macam ini sulit dirasa melihat EtH masih di kursi jabatan hingga dua bulan ke depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H