Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Los Reyes de Europa, Generasi Penerus "La Furia Roja" Memimpin Eropa!

15 Juli 2024   08:29 Diperbarui: 15 Juli 2024   08:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Partai pamungkas Pesta Bola Eropa 2024 telah dimainkan. Pertandingan penentu kekuatan sepak bola paling elite di benua Biru ini mempertemukan Spanyol dan Inggris di Stadion Olimpiade, Berlin, Jerman, Senin (15/7/2024) dini hari WIB.

Berbicara soal perjalanan menuju final, tak bisa dibantah tak ada tim lebih pantas ketimbang "La Furia Roja" alias Spanyol dalam mengangkat trofi ini, mereka berhasil menaklukan dua favorit juara sebelum sampai ke sini, yakni Jerman, di perempat final dan Perancis di semifinal. Sementara, "the Three Lions" alias tim Inggris bisa dibilang tak pernah menang dengan hasil memuaskan. 

Meskipun, tak bisa dibantah kita semua tahu orang Inggris menganggap negaranya sebagai "kampung halaman sepak bola", terlebih setelah kekalahan memedihkan ketika dihancurkan Italia dalam drama adu penalti. Tentu, misi menuntaskan kerinduan mengantarkan trofi ke rumah tetap menjadi prioritas berat.

Secara permainan, La Furia Roja mengandalkan permainan tim, mendorong bola ke depan dengan umpan-umpan kombinasi tiga atau empat pemain dalam skema serangan. Mereka akan bergantung dengan skil dua sayap muda ketika mengalami kebuntuan.

 Sementara, tim Inggris masih belum menemukan permainan terang sampai sekarang, mereka cenderung menampilkan permainan luar biasa setelah ketinggalan, tanpa kebobolan lebih dulu, tim ini sulit bermain secara teratur atau bahkan bisa dibilang hancur.

Bagaimana pertandingan berjalan

Seperti biasa, tim Inggris memulai pertandingan dengan membingungkan, tim ini bisa menghadapi dominasi dengan memasang lini tengah solid, Declan Rice dan Kobbie Mainoo. Namun, kita semua tahu tidak ada kejelasan di sana, setelah bola didorong dari tengah, semua serangan dimaksudkan bisa dipatahkan dengan mudah.

Lebih jauh lagi, kesulitan dialami the Three Lions ini diperparah karena kekakuan dinamika dalam lapangan, Jude Bellingham dan Phil Foden misal, kedua pemain ini terbiasa bertukar posisi sepanjang pertandingan, tetapi dalam pertandingan ini Foden menetap dari no.10, sedangkan Bellingham memperkuat sisi kiri.

Hal ini tak bisa dipungkiri bukan pilihan paling bijak, mengingat Jude Bellingham mengalami kesulitan berhadapan salah satu bek kanan terbaik dunia. Terlebih, Phil Foden juga gagal memberikan nilai tambah dari posisi no.10.

Baca juga: Menerka "Vinni

Di lain sisi, tim Spanyol bermain kalem, membiarkan tim Inggris mendominasi, mereka seolah mengerti anak asuh Gareth Southgate tak akan menciptakan sesuatu berbeda dari menguasai permainan. Sepanjang paruh pertama ini, mereka cuma keluar beberapa kali, tetapi selalu krusial, meski cuma mencatatkan 1 tembakan on target, sama seperti Inggris.

Babak kedua, partai puncak ini menemukan kesenangan, serangan kilat anak asuh De la Fuente dari sisi kanan membuat lini pertahanan tim Inggris tertarik. Lamine Yamal cerdik mengantarkan bola tepat di Nico Williams yang kosong tanpa penjagaan, tendangan datar kaki kanan meluncur ke dalam gawang, 1-0.

Meski unggul cepat, La Roja tak melengah, mereka terus-terusan menekan, minimal Lima pemain bermain menekan ketika tim Inggris menguasai bola. Beruntung, menit 63' gerakan individu Jude Bellingham berhasil memecah kebuntuan, meski melenceng dari sasaran, tetapi peluang ini membuat tim Spanyol berhenti menekan secara penuh.

Menit 72', skema serangan balik cepat dari Inggris, bola dibawa oleh Bukayo Saka, tetap memberikan bola ke Jude Bellingham, kembalikan bola menuju Cole Palmer, tanpa penjagaan dengan tendangan keras dari luar kotak penalti memecah kebuntuan. The Three Lions sungguhan membalas ketertinggalan.

Memasuki menit ke-86, drama terjadi. Cucurella menusuk dari sisi kiri dan memberikan umpan silang mendatar ke kotak penalti. Oyarzabal dengan cerdik menerkam bola, mendorong bola hingga masuk ke gawang Pickford.

AFP/ODD ANDERSEN 
AFP/ODD ANDERSEN 

Tertinggal dua gol, Inggris tak menyerah. Di menit ke-89, mereka hampir memperkecil ketertinggalan melalui serangkaian sundulan. Sayangnya, sundulan Rice berhasil ditepis Unai Simon dan bola liar di garis gawang dibuang Olmo.

Hingga peluit akhir dibunyikan, skor 2-1 untuk Spanyol tak berubah. La Roja pun kembali menjadi juara Eropa untuk keempat kalinya, setelah terakhir kali meraih gelar ini di tahun 2012. Mereka tak terbantahkan menjadi tim terkuat dalam sejarah turnamen Piala Eropa.

Kemenangan ini menjadi bukti ketangguhan dan strategi cerdas Luis de la Fuente dalam meramu tim. Dominasi penguasaan bola dan permainan sayap Spanyol terbukti ampuh membungkam ambisi Inggris untuk meraih gelar juara pertama mereka di Euro.

kesebelasan utama

Spain XI: Unai Simn; Carvajal, Le Normand, Laporte, Cucurella; Rodri, Fabin Ruiz, Dani Olmo; Lamine Yamal, Morata, Nico Williams.

England XI: Pickford, Walker, Guhi, Stones, Shaw; Kobbie, Rice; Bellingham, Saka, Foden; Kane.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun