Kisah Berggruen ini mengajarkan kita pelajaran berharga terkait investasi, juga konsep "black swan events" dalam dunia perekonomian. Tentu, kita boleh gagal dalam berbagai kesempatan, tetapi satu keberhasilan nanti bisa saja menembus semua.Â
Keberadaan dua elemen eksternal
Pada tahun 1968, secara kasar terdapat 300 juta anak menempuh pendidikan SMA di dunia. Dari 300 juta tersebut, 300 pelajar bersekolah di sekolah kecil di Seattle bernama Lakeside. Kebetulan, Lakeside pada saat itu merupakan satu-satunya SMA di dunia yang memiliki seorang guru dengan visi jauh ke depan, beliau menyewa komputer, Teletype Model 30.
Ini bukan sembarang komputer, ini merupakan komputer canggih pada masa tersebut, bahkan mahasiswa Pascasarjana sangat jarang ditemukan bisa mengakses komputer semacam ini. Namun, terdapat tiga genius dalam sekolah kecil ini bisa menjelajah komputer Teletype Model 30 itu secara mendalam, mereka adalah Bill Gates dan teman-teman.
Benar, dari 300 juta menjadi 300, peluang menjadi pelajar sekolah ini atau akses ke komputer kira-kira satu banding satu juta.
Berlandaskan pengetahuan di sekolah ini, Bill Gates bersama teman sekolahnya Paul Allen membangun Microsoft. Memang benar sejak muda Bill Gates sudah menampilkan kecerdasan, kerja keras, dan visi dalam bidang ini, tetapi bersekolah di Lakeside bisa dikatakan sudah memberikan keunggulan kompetitif dari hari pertama, bukan cuma tentang ilmu pengetahuan komputer, tetapi juga lingkungan pendukung di sana.
Meski begitu, masih ada satu hal belum disebutkan, genius ketiga dalam sekolah kecil ini. Kent Evans, sama cerdas dan visioner di sekolah seperti Bill dan Allen, berkemungkinan besar menjadi salah satu pendiri Microsoft, tetapi ini semua tak akan pernah tercapai.Â
Kent Evans meninggal dunia sebelum lulus SMA, meninggal karena kecelakaan saat mendaki gunung. Dan, kita semua tahu kemungkinan kecelakaan saat pendakian kira-kira satu banding satu juta.Â
Sama seperti keberuntungan langka mendorong Bill Gates dan Paul Allen dalam kesejahteraan, Kent Evans juga mengalami peristiwa sangat langka. Hal semacam ini disebut Housel sebagai ikatan dua saudara, antara keberuntungan dan risiko. Mereka berdua sama seperti angin dan ombak dalam menentukan arah perahu layar.
Pelayar bisa mengendalikan kemudi dan layar, tetapi di akhir arah dan kecepatan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Penitian akan kesejahteraan tentu penuh dengan lika-liku, dan peran dimainkan oleh keberuntungan dan risiko ini harus dijaga hati-hati.Â
Kunci kebahagiaan
Orang sering berpikir kekayaan sama dengan kebahagiaan, semakin kaya berkorelasi dengan semakin bahagia. Namun, Housel berkata lain, "kunci kebahagiaan adalah kemampuan melakukan apa yang kamu mau, kapan pun kamu mau, bersama siapa pun, selama ini semua berdasarkan kemauan kita."
Mengejar harta materiil justru di atas kertas akan membuat sebagian besar orang bekerja lebih keras, kehilangan kontrol atas waktu mereka, meskipun akan menjadi sedikit lebih kaya ketimbang sebelumnya. Benar, pertukaran antara uang dan waktu, siklus semacam ini tak bisa dipungkiri bukan kegiatan sehat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!