Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Undang-undang Keuangan, Literasi Finansial (1/2)

18 Juni 2024   10:58 Diperbarui: 18 Juni 2024   11:01 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antigone and Polynices, by Lytras Nikephoros, 1865. Source: National Gallery 

Undang-undang keuangan, sebuah pedoman dibutuhkan di mana ketika terpenuhi akan membuat siapa pun bisa menikmati kebebasan finansial. Bagaimana kalau aturan ini benaran ada? Bagaimana kalau selama ini kita cuma belum mengetahui aturan ini?

Sebelum lebih jauh, kita harus mengingat kembali tidak ada batasan hari ini, semua hal bisa dicari melalui mesin pencarian Google. Benar, bahkan ketika semua hal bisa diakses dengan jari lebih dari 50% warga Indonesia belum terliterasi secara finansial. 

Sebagai contoh, Budi merupakan seorang pegawai BUMN, menghasilkan kurang lebih 15 juta per bulan, tepat pada momen gaji turun, malam tersebut Budi tegak lurus langsung berkunjung ke Zoo, SCBD.

Budi memutuskan membeli minuman bersama teman-teman, dan sejumlah pengeluaran tidak diperlukan. Lantas, apakah kalian termasuk ke dalam golongan Budi? Bagaimanapun, berlimpahan sekali jumlah orang-orang tidak terliterasi semacam ini, kita akan dengan senang melimpahkan literasi finansial di sini.

Perlu digarisbawahi,  tidak ada orang berkecukupan tanpa menempuh jalan literasi finansial, kecuali kalau mereka adalah pemenang lottery. Meskipun, statistik mengatakan lebih dari 70% pemenang lottery kembali jatuh miskin setelah 5 tahun, toh bisnis lottery juga ilegal di negeri ini.

Bahkan, ketika hari ini kalian mendapatkan segambreng uang satu milyar, maksimal 3 tahun juga tetap akan kembali miskin, karena tidak mengerti akan ditaruh di mana uang tersebut.

Buang mindset kuno

Sebelum menjatuhkan diri dalam literasi keuangan, akan jauh lebih baik untuk kita membuang terlebih dulu mindset tidak penting. Bagaimanapun, sebelum bertindak pikiran selalu berbicara lebih jauh, karena hal ini akan sangat tepat pertama-tama untuk menata ulang cara berpikir paling tepat.

Berbicara soal mindset kuno, kita bisa memulai dengan anggapan berkecukupan sama dengan jahat, ini sangat salah. Harus diingat uang tidak akan pernah membuat kita menjadi jahat, justru kekurangan uang mungkin mengubah seseorang menjadi jahat.

Benar, kemiskinan bisa memicu tindakan kriminal, dan daerah rawan kejahatan cenderung berada di kawasan tertinggal, bukan di kompleks atau perumahan.

Lebih jauh lagi, seseorang berkecukupan memiliki jaminan keamanan lebih tinggi ketimbang orang miskin, bukan cuma keamanan dalam arti literal, tetapi juga keamanan dalam artian keuangan, kesehatan, dan keinginan. Semua keinginan mereka bisa dibilang "aman" tercukupi.

Satu lagi soal mindset kuno, tentang hutang selalu berakhir buruk, ini juga tidak kalah salah. Harus diingat betul hutang merupakan salah satu alat pembayaran, bukan alat memulai kejahatan, meski tak bisa dipungkiri kita sendiri tak senang berada dalam posisi piutang.

Akan tetapi, hutang diiringi ilmu pengetahuan layak dengan kemampuan membayar selalu bisa menjadi salah satu pilihan. Bahkan, beberapa kasus hutang bisa menjadi keharusan. 

Sebagai contoh belanja dengan kartu kredit, membeli barang murah boleh jadi tidak akan terasa, tetapi ketika memborong barang mahal di suatu pusat perbelanjaan. Maka, tidak menggunakan kartu kredit bisa dibilang kerugian fatal, terdapat ribuan miles terbuang kala tidak memanfaatkan hutang. 

Miles merupakan nilai poin reward setiap pembelanjaan menggunakan kartu kredit, bisa ditukarkan berbagai hiburan semacam tiket penerbangan, lounge, dan lain-lain.

Bukan berarti kartu kredit merupakan keharusan, tetapi ketika mendapatkan kesempatan untuk meraup keuntungan, tak pernah menjadi kesalahan untuk tersedia di sana dan melebarkan tangan. 

Menanamkan mindset baru

Sama mendesak seperti membuang mindset kuno, menanamkan mindset baru harus diprioritaskan dalam perjalanan menjadi manusia berkecukupan. Salah satu terpenting adalah confidence, kalian harus menghargai diri sendiri tinggi.

Pikirkan ini semacam self-fulling prophecy, kalian harus menghargai diri terlebih dulu sebelum minta dihargai orang lain. Karisma semacam ini, visi melihat diri sendiri hebat secara tidak langsung membantu keluar dari zona aman. 

Benar, keluar dari zona aman ini juga mindset tak kalah penting untuk ditanamkan.

Sebagai contoh ketika kalian berniat memulai bisnis pertama, tetapi tidak memiliki cukup uang sebagai modal usaha, secara praktis kalian bisa mengambil risiko dengan meminjam sejumlah uang dari bank, menaruh diri sendiri dalam jutaan rupiah cicilan, yang mana merupakan di luar zona aman sebagian besar orang.

Secara keseluruhan, ketika gagal dalam meraih rasa optimis dalam diri, kalian tidak akan pernah menjadi seseorang berkecukupan secara material. Edukasi pertama dalam undang-undang keuangan adalah berbicara dengan diri sendiri dan pikiran kita, sebelum bicara tentang risiko dan kegagalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun