Won Ju-eun  (45+1, 50', 61', dan 86'), Han Guk-hee (34'), Beom Ye-ju (39'), Park Ji-yu (41'), Kim Yee-un (59'), Baek Ji-eun (80', 82'), dan Seo Min-jeong (90+2').
12 angka di sini adalah menit di mana Garuda Putri U17 kebobolan menghadapi Korea Selatan dalam Piala Asia Putri U-17 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali (9/5/2024). Benar, tim ini kalah dengan selisih 12 angka.
Ini merupakan laga kedua dari pertandingan babak grup A, setelah kekalahan laga pertama atas Filipina (6-1). Secara angka tak bisa dibantah terlihat memburuk, tetapi justru di pertandingan kedua ini tempat di mana Garuda Muda sudah menunjukkan semangat juang tinggi.Â
Dengan kekalahan dua kali di babak grup, bisa dipastikan perjalanan Garuda Putri U17 sudah dicukupkan. Sebagai penggemar sejujurnya kami tak merasa kandas, semenjak tidak menaruh ekspektasi sama sekali, justru dari permainan babak kedua (Korea Selatan) kami senang, mereka menunjukkan masih memiliki masa depan panjang menekuni olahraga ini.
Bagaimanapun, turnamen kelompok usia bukan soal menang atau kalah, tetapi juga soal pembentukan karakter pemain dalam menerima bencana, seberapa jauh setiap individu bisa bertekad untuk bisa bangkit membalas kekalahan di tingkat senior nanti.
Maka dari itu, suatu keharusan untuk Garuda Putri bersikap lebih cepat menerima kekalahan dan segera kembali  mendatangi tempat latihan.
Sekarang, ketika setiap pemain memiliki kesadaran terhadap diri sendiri, bekerja jauh lebih keras untuk turnamen berikutnya, giliran pemangku kebijakan untuk menggelar liga sebagai salah satu pilihan tempat untuk membina talenta dalam negeri.
Membangun liga tak perlu diskusi terlalu lama, kita bisa langsung menerapkan tindakan FA Inggris beberapa tahun belakang dalam mendongkrak konsumen liga wanita. Mungkin tidak akan bisa menerapkan semua kebijakan secara "plek-ketiplek", tetapi minimal dari sana kita memiliki titik mulai.Â
Mengambil dari laman resmi The FA, mereka buka-bukaan terkait strategi meningkatkan liga profesional wanita di Inggris. Terdapat tiga kunci harus diperhatikan, mulai dari menumbuhkan dan menarik talenta kelas dunia, memaksimalkan penonton, dan meningkatkan pendapatan untuk keberlanjutan liga.
Aspek pertama, menumbuhkan dan menarik talenta kelas dunia, mungkin masih membutuhkan waktu lebih lama, semenjak harus berkorelasi dengan perkembangan liga pria, tetapi dua aspek lain sangat bisa dimulai sekarang.
Menarik perhatian penggemar
Sama seperti liga 1, liga putri juga harus memulai pertandingan di lapangan besar, mereka harus dianjurkan untuk menggunakan stadion besar. Semakin besar kapasitas stadion berarti akan semakin ramai tempat untuk penonton.
Menurut The FA, tidak perlu menggunakan strategi macam-macam, cukup turunkan harga tiket 90% lebih murah dari pertandingan EPL, maka penonton akan naik secara drastis. Ini mungkin agak ekstrem, karena itu urusan harga PSSI jauh lebih mengerti, tetapi tak bisa dibantah harus lebih murah
Ketika harga tiket sepakbola ini murah, orang akan mulai berpikir liga ini sebagai hiburan umum, bukan lagi untuk penggemar sepakbola, semenjak tak ada pengorbanan terlalu besar (biaya) harus ditunaikan untuk menonton langsung.
Poin fundamental dari ini semua adalah promosi. Sekarang, tergantung para pemangku kebijakan akan dipromosikan seperti apa liga ini, kemudahan akses seperti yang sudah diberikan federasi Inggris tak bisa dipungkiri merupakan salah satu pilihan aman dan bisa diterapkan untuk liga domestik.
Selain itu, pembatasan penerbangan mungkin juga diperlukan, semenjak industri liga belum terlalu besar, bepergian jauh cuma akan membuang banyak waktu dan tenaga pemain.Â
Mungkin dengan membatasi pertandingan untuk Jawa dan Bali bisa jadi satu pilihan untuk beberapa tahun ke depan, semenjak kedua pulau ini paling ramai manusia.
Memang akan ada kesenjangan, tetapi diperlukan fokus penuh untuk membangun liga baru, eksistensi liga 1 jelas membuktikan federasi tak bisa mengakselerasi liga dalam satu negara sebesar ini, terlalu luas untuk diperhatikan. Karena itu, kita harus berani bersama mengambil pendekatan baru untuk liga pro wanita.
Membangun keberlanjutan liga
The FA sendiri memasang layanan gratis untuk menonton setiap pertandingan diadakan, selama penonton sudah memiliki akun di aplikasi resmi mereka. Ini juga dilakukan oleh DANZ, pemilik hak siar Liga Champions Wanita (UWCL) menggratiskan akses menonton melalui Youtube resmi mereka.Â
Dua kasus di lapangan ini perlu dijadikan contoh, federasi tak perlu menggandeng OTT untuk mulai membangun liga, memberikan akses untuk semua juga merupakan salah satu strategi promosi tersendiri. Benar, pemberian akses jelas akan lebih menarik minat dibandingkan dengan harus membayar bulanan.
Selain itu, pemberian akses untuk semua juga merupakan suatu cara paling efektif menghentikan pembajakan, terlebih federasi berani menggandeng Youtube sebagai partner, akses dari Youtube jelas akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan aplikasi resmi seperti The FA.
Dengan kerja sama federasi bisa meminta untuk menampilkan rekomendasi lebih banyak di halaman utama Youtube, ini juga bisa dikatakan promosi gratis.
Satu lagi, federasi harus lebih menaruh perhatian terkait iklan, memasang iklan sangat boleh, tetapi jangan sampai mengambil setengah layar, ini sangat mengganggu penggemar dan memperlihatkan kemurahan kualitas suatu liga.Â
Liga wanita ini produk baru, biarkan liga ini mendapatkan iklan pantas, jangan rusak persona brand dari liga pro wanita ini dengan iklan se-gede gaban.Â
Secara keseluruhan, memberikan akses untuk semua bisa dikatakan cara yang menggiurkan, tetapi tidak boleh berhenti di sana. Stadion tetap harus ramai, tampilan secara langsung harus menarik, sehingga penonton dari Youtube ini nanti juga memiliki keinginan untuk menonton langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H