Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

"Inception", Berdamai dengan Keterbatasan

20 April 2024   16:25 Diperbarui: 29 April 2024   14:30 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa harus berdamai dengan keterbatasan? Apakah berarti membiarkan diri kita dalam sana? Bagaimana konsep 'keterbatasan' di sini bisa membantu hidup kita? Apakah cara berdamai dengan 'keterbatasan' masih relevan untuk hari ini dan nanti?

Semua ini merupakan sejumlah pertanyaan yang akan berusaha dijawab dengan pendekatan yang sederhana melalui artikel ini.

Dengan penjelasan yang diperoleh, diharapkan pembaca yang belum mengenal filsafat ini akan mengetahui sekilas tentang 'inception', bahkan -- siapa tahu, bisa terinspirasi untuk mempelajari aliran filsafat ini secara lebih mendalam.

Cerita dari Inception

Pertama, kita tidak boleh mengambil sesuatu dari permukaan, kita harus lebih bersedia untuk menerima sesuatu lebih besar depan mata. Sebab, bagaimanapun kebenaran terlihat hari ini, boleh jadi tidak akan terlalu benar sama sekali.

Merenungkan apa yang sungguhan benar, bisa jadi berkebalikan dengan semua yang ada dalam pikiran kita selama ini, juga bagaimana kita bisa mengetahui perbedaan dari semua ini. Beruntung, terdapat beberapa pedoman untuk menghadapi semua "keterbatasan" di sini.

Salah satu pedoman terdapat pada 'Inception', sebuah film disutradarai oleh Christopher Nolan, salah satu film dengan cerita paling rumit sejauh ini, di mana Leonardo di Caprio dan geng beraksi untuk memasang ide baru dalam pikiran bawah sadar melalui mimpi mereka.

Kemampuan super tak bisa dibantah, mencuri rahasia dari CEO, juga rencana militer dari mimpi seorang presiden. Namun, setelah cukup lama, menjadi sangat sulit untuk anggota dalam tim Leonardo membedakan antara mimpi dengan realitas, atau bahkan beberapa sudah menerima mimpi sebagai realitas.

Keseluruhan film berisi oleh orang-orang hidup dalam dunia mimpi, meyakinkan mereka bahwa mimpi di sini sama dengan dunia nyata, sebab semua keinginan mereka bisa tercapai di sana. 

Namun, ini jelas berbeda dengan orang-orang di dunia nyata, mereka cuma melihat tubuh tertidur di sana, melihat orang-orang yang mengejar realitas yang salah.

Seperti apa Inception?

Tak kurang dari 2400 tahun lalu, Plato menulis The Republic, di mana merupakan salah satu penceritaan terlengkap tentang 'Inception', realita dari alam. 

Dia menceritakan tentang tiga orang tawanan yang sejak lahir terkurung dalam gua, menghadap dinding kosong. Sementara, setiap hari terdapat beberapa orang, juga objek melalui belakang gua, tak bisa dibantah bayangan mereka terlihat dari sana.

Semua bayang ini merupakan satu-satunya yang pernah dilihat tiga orang tawanan, mereka memahami bayangan di dinding sebagai realita. 

Jadi Komisaris EdTech Cakap, Gita Wirjawan: Kemampuan Bahasa Inggris Tingkatkan Kesejahteraan (Dok. cakap via kompas.com) 
Jadi Komisaris EdTech Cakap, Gita Wirjawan: Kemampuan Bahasa Inggris Tingkatkan Kesejahteraan (Dok. cakap via kompas.com) 

Bayangkan, semua yang pernah kamu lihat, laptop, atau bahkan rumah merupakan bayangan, kamu tak pernah tahu hal lain, 3D bahkan bukan konsep yang kamu ketahui.

Setelah menghabiskan waktu sangat lama dalam gua, salah satu tahanan berhasil kabur dari sana, merangkak menghadapi kehidupan luar, menerima sinar matahari yang menyilaukan. Setelah beberapa lama orang ini berada di luar gua, dia mulai melihat objek yang selama ini dilihat jauh lebih nyata.

Bayangan hitam ini memiliki bentuk, juga mempunyai extra dimensi. Tak terbantahkan merasakan semua kepercayaan runtuh cuma dalam beberapa menit merupakan pengalaman menyakitkan, ini semua dirasakan oleh orang ini, dia tidak akan bisa melihat dunia dengan cara yang sama.

Tentu, orang ini juga senang dengan semua yang ia temukan. Bergegas kembali ke dalam gua, menemui dua temannya, menceritakan dengan semangat tentang semua yang ditemukan. Namun, percakapan tidak berjalan sebaik yang dia kira, justru sebaliknya.

Dua teman ini menganggap dia gila, mengoceh tentang realita yang tidak pernah mereka semua lihat atau dengar sebelum ini. Terlebih, orang ini juga mengalami ke-tidaknyamanan dalam gua, tentu ini membuat dua teman berpikir dunia luar sudah merusaknya.

Setelah pengetahuan berkembang, kita tak perlu lagi menjadi Plato atau Christopher Nolan untuk memimpikan sesuatu di dalam pikiran kita, lalu terkejut dengan kenyataan luar biasa.

Tidakkah ingat dengan boneka beruang kalian, boneka beruang ini secara filosofi merupakan beruang yang pernah berinteraksi langsung, juga satu-satunya referensi untuk kalian memahami konsep bentuk dari seekor beruang.

Suatu hari, kalian pergi ke kebun binatang, penakaran hewan liar, atau taman nasional, dan melihat langsung beruang sungguhan. Tentu, secara langsung pemahaman kalian dengan beruang akan hilang, ternyata beruang tidak lucu sepenuhnya.

Perasaan seperti ini juga dirasakan oleh protagonis dalam cerita Plato dengan konsep keterkejutan yang lebih parah. Plato betulan sudah menunjukkan bahwa kebenaran hari ini boleh jadi bukan kebenaran, tak bisa dibantah kita semua merupakan tawanan di dalam gua.

Semua hal dalam dunia merupakan bayangan dari realita yang lebih tinggi.

Konsep ini selalu berulang seiring perkembangan zaman. Ide dari bumi sebagai pusat tata surya, juga tentang heroin, tobacco, dan lobotomies baik untuk kesehatan. Semua cerita ini berakhir dipatahkan, jauh dari kebenaran.

Menerima terlalu banyak sesuatu yang mungkin akan menjadi palsu bisa membuatmu tak nyaman, atau bahkan merasa buta sementara. Meski, jauh dalam sana, kamu sudah menemukan kepercayaan lamamu tidak lagi bisa diandalkan.

Semua ini hanya semacam waktu untuk tahu, dan Plato juga berpikir tentang filosofi seperti ini. Berangkat dari kegelapan menuju cahaya terang yang entah akan mengganggu penglihatan atau memberikan hadiah kebermanfaatan.

Setelah semua, kita sudah belajar tentang berdamai dengan keterbatasan, membiarkan waktu menjawab semua pertanyaan tersisa, juga mengetahui tentang salah satu cerita terkenal dari Plato tentang manusia-manusia gua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun