Atletico Madrid boleh jadi bukan tim yang selalu disorot, terakhir kali kita mengamati secara rutin musim 2020/21 di mana mereka berhasil menjuarai liga, di musim yang sama Lionel Messi meninggalkan la liga. Selain musim itu, sudah lebih dari 10 tahun los Rojiblancos selalu menjadi nomor tiga, bahkan untuk musim ini lebih dekat menuju klasemen lima dari pada tiga.
Semua ini tentu sudah terlihat dari awal musim, tetapi kembali lagi tim ini bukan Barcelona maupun Real Madrid, tidak ada orang yang akan mengkritik keras ketika mengalami kekalahan hanya dalam satu pertandingan. Tidak ada tekanan terlalu berat untuk bermain di sana.
Kalau tidak ada tekanan berat, lantas apa saja yang membuat tim ini terjatuh keras musim ini. Berikut beberapa faktor signifikan yang membuat semua ini bisa terjadi.
Kejenuhan dalam tim
Diego Simeone mulai menukangi tim pada Desember 2011, yang mana bisa dibilang salah satu kontrak terlama dalam sepakbola modern. Kalau kita membandingkan dengan Pepp, maupun Klopp yang sudah menjadi ikon klub, Simeone jauh lebih lama dari keduanya.Â
Tercatat jelas bahwa Simeone sudah membawa tim ini yang semula tak dikenal menjadi klub nomor tiga, setelah el Barca dan el Real, bukan hanya itu di bawah arahan-nya tim ini juga sempat dua kali juara liga, juga dua kali masuk final liga Champions. Belum pernah terjadi sebelumnya.
Setiap orang selalu ada masanya, setiap masa ada orangnya. Masalahnya, Â Diego Simeone belum menyadari masanya sudah habis, sebuah peluang mengakhiri kisah dengan manis beberapa tahun lalu disia-siakan hilang,
Beberapa hari terakhir, kita semua melihat bagaimana susahnya tim ini berkembang baik dalam liga, maupun kompetisi Eropa. Beberapa waktu lalu melawan Inter Milan, terlihat cukup menunjukkan kejenuhan pemain dengan sepakbola yang dimainkan.
Dengan masuknya beberapa pemain muda dalam tim, tentu mereka bisa mencoba bermain menyerang. Namun, kebiasaan pemain lama bermain bertahan, momen di mana tim menyerang selalu banyak ruang yang belum terisi, yang ujungnya memberikan lawan celah untuk melakukan serangan balik cepat.
Tentu, tidak ada keraguan bermain seperti ini sangat melelahkan. Memulai ulang permainan baru dengan pelatih lama, terlihat bukan sebuah opsi yang ideal, belum ada satu tim yang bisa melakukannya. Selain itu, progres dalam tim juga jarang sekali terlihat, itu juga terlihat turun.
.
Minim investasi dari klub
Dalam beberapa jendela transfer, kita semua tahu betapa buruknya manajemen dalam melakukan pekerjaannya. Jendela transfer musim ini misalnya, dari empat penandatanganan hanya satu yang masih berada dalam skuad hanya Horatiu Moldova. Bahkan, dia juga hanya berada dalam cadangan.
Di samping itu, klub juga terlalu sering mendatangkan pemain afkiran, terlalu banyak nama di sana. Mulai dari Azpilicueta, Witsel, dan Soyuncu. Bahkan, Soyuncu sudah pergi dari klub belum menyelesaikan satu musim.
Di lain sisi, beberapa pemain senior juga masih belum dibersihkan, pemain seperti Koke, Hermoso, maupun Depay jelas sekali terlihat seperti menua di sana. Selain sudah tidak berdampak, mereka hanya memakan ruang gaji yang lumayan. Tim ini perlu regenerasi, tidak ada keraguan di sana.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H