Beberapa tahun lalu, hampir semua klub sepakbola memiliki satu pemain yang berperan sebagai nomor 10, di mana semua bola menuju sana, satu-satunya pusat dari penyerangan dalam skema bermain tim. Begitupun juga dengan Palembang, dalam perkembangannya kota ini masih bisa dibilang nomor 10-nya Sumatera Selatan dalam segala lini.
Semua ini bukan semata Palembang merupakan ibu kota provinsi, tetapi dalam kota ini tersimpan terlampau banyak potensi dalam sana. Mulai dari geografi, ekonomi, bahkan demografi dalam beberapa tahun ke depan. Meski demikian, besarnya potensial tentu beriringan dengan berbagai tantangan di depan mata. Setelah semuanya, tidak ada kota yang sempurna.
Generasi emas Palembang, sekarang?
Sudah bukan rahasia negeri ini akan mendapatkan bonus demografi, bukan hanya dari berita, itu juga berkali-kali disebutkan calon-calon pemerintah. Berkorelasi lurus dengan negeri ini, Palembang juga akan mengalami bonus demografi, yang membuat kota Pempek ini memiliki tenaga kerja dalam usia produktif jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Mudahnya, kita semua melihat potensi besar ada dalam sana.
Masalahnya, menurut data BPS pada 2013 memaparkan bahwa angka partisipasi pendidikan menengah sangat rendah 54,30% untuk laki-laki dan 63,50% untuk perempuan. Suatu peluang nyata di sana, di mana orang-orang ini termasuk dalam bonus demografi. Tak berhenti di sana, orang-orang ini juga akan mengajarkan anak-anak mereka dalam rumah.
Tidak ada maksud kami untuk menyudutkan, kami juga sangat setuju kalau sekolah bukan satu-satunya alat untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Namun, tak bisa dibantah ada rasa optimisme di sana, ketika angka itu bisa menjadi sedikit lebih baik.
Setelah semuanya, untuk kasus tertentu, di mana beberapa orang ini memang tidak punya kemampuan untuk menghidupi dirinya, tentu akan menjadi tanggung jawab besar untuk pemerintah dalam mengarahkan mereka. Bukan tugas mudah, tetapi jelas sudah dibicarakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2025 (RPJPD).
Pertumbuhan ekonomi hijau
Bukan sebuah berita bohong di mana masyarakat hari ini mulai memperhatikan ekonomi hijau, mereka mulai menumbuhkan lebih banyak cinta dengan lingkungan. Topik ini juga beberapa kali disinggung oleh pemerintah bahwa memang penting, Indonesia harus ikut berpartisipasi di sana.
Tegak lurus dengan pemerintahan pusat, melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2025-45 Sumatera Selatan, mereka akan mulai fokus dengan ekonomi hijau. Sebuah momen di mana masyarakat bisa memajukan tata ruang lahan menjadi lebih agroforestri untuk menunjang perwujudan wilayah berkelanjutan.
Lebih lanjut lagi, dalam praktik di lapangan terdapat empat lapisan tantangan untuk mewujudkan ekonomi hijau berkelanjutan daerah. Mulai dari pembangunan menyeluruh, integrasi dalam pembangunan, perhatian dengan isu terkini, dan beberapa situasi khusus dalam setiap daerah.
Bukan tantangan yang mudah, terutama perhatian dengan isu terkini, karena kita semua tahu semua hal masih bisa terjadi dalam dunia nyata. Bagaimanapun, tugas ini harus ditunaikan, kepercayaan rakyat tidak bisa diabaikan, tentu tantangan ini akan diselesaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI