Liga Champions kembali bergulir, satu-satunya trofi yang belum bisa diraih oleh PSG dalam beberapa tahun terakhir, meski usaha yang ditaruh untuk memenangkannya sudah terlampau besar. Jalanan tidak akan lupa bagaimana Messi pernah sepakat untuk bermain di Paris, kalau pemain sekelas Messi berhasil didatangkan dan masih gagal, harus melakukan apa lagi PSG.
Meskipun demikian, tak bisa dibantah sepakbola itu sangat berbeda dengan matematika, masih ada kemungkinan untuk juara di sana. Seumpama tidak untuk tahun ini, tetapi dengan gencarnya manajemen klub dalam melakukan perbaikan, rasanya hanya soal waktu tim dengan Mbappe sebagai pusat akan memenangkan trofi tersebut.
Setelah semuanya, kita tahu Mbappe masih seorang putra daerah Paris, tentu ingin memberikan yang terbaik untuk tim ini, apalagi dia bisa melakukannya. Boleh jadi ini juga yang membuatnya bertahan terus-terusan menolak lamaran klub impiannya, ada intensi baik di sana untuk memberi kado perpisahan yang selalu bisa dikenang, yang tak lain trofi Eropa pertama.
Luis Enrique sebagai nahkoda
Kita semua tahu bagaimana PSG gagal dengan mengumpulkan semua pemain bintang tersedia, di mana ruang ganti tak bisa menahan ego-ego tinggi. Sekarang, bersama dengan Enrique semua ego tinggi sudah pergi, kestabilan mulai terlihat dalam ruang ganti, meski kita semua tahu sangat sulit untuk memenangkan segalanya dengan materi pemain musim ini.
Secara taktik, permainan tim bersama Enrique ini sebenarnya tidak ada satu hal spesial di sana, semua lini masih bergerak sama, bek sayap bermain melebar, diakhiri dengan skill individu dari tiga pemain depan. Meski biasa, tetapi permainan ini masih bisa dinikmati, apalagi momen di mana Zairy-emery mengontrol lini tengah, talenta muda yang bertenaga.
Selain itu, dua penyerang sayap PSG juga bisa dibilang yang terbaik di dunia, dengan Mbappe di kiri dan Dembele di kanan, tidak ada alasan untuk kalah dalam membuat peluang.
Masalahnya, semua pemain ini tetap manusia, kita tidak pernah tahu kapan semua pemain ini akan bermain jelek, dan ketika itu terjadi masih belum ada jawaban di sana.
Kondisi PSG musim ini
Harus diakui tim belum memainkan sepakbola terbaik mereka di level Eropa, masih jauh di bawah ekspektasi penggemar. Terlepas dari bermain dalam grup neraka, tetapi kita juga tahu secara kualitas tim ini harusnya bisa menampilkan sepakbola lebih baik. Dari berbagai lini, tidak ada alasan untuk mengatakan Dortmund lebih baik.
Meski demikian, hasil ini sangat berbeda dengan kompetisi domestik di mana tim baru kalah satu kali sepanjang musim, sebuah fundamental kokoh untuk membangun tim kuat dalam beberapa tahun ke depan. Terlebih, tim ini tidak memiliki ketergantungan dengan satu atau dua pemain, secara kualitas semua hampir merata.
Terlepas dari semua, kompetisi liga Champions bisa dibilang hanya soal keberuntungan bertemu dengan siapa selanjutnya, selama tim ini tidak bertemu dengan Real Madrid, Arsenal, maupun Manchester City dalam undian delapan besar, ada kemungkinan lebih besar untuk memenangkan trofi di sana, karena dengan banyak pertandingan dialami tentu mengubah tim menjadi jauh lebih dewasa dan berkembang dibandingkan tim yang sekarang.
Bagaimana dia akan berkontribusi
Tentu, dengan mencetak gol. Tiga kata paling dekat dengan Mbappe, sebagai superstar yang bermain di depan sudah sebuah kewajiban untuknya membawa tim memenangkan pertandingan.
Meski begitu, Mbappe sebenarnya sudah berkontribusi lebih selama ini, dengan hadirnya dia dalam lapangan tanpa melakukan apa-apa saja, pasti sudah dikawal oleh dua pemain, dianggap sebagai ancaman. Itu lah kontribusi yang tak tersedia dalam data, tetapi nyata adanya.
Di samping itu, tak jarang juga Mbappe memberikan umpan silang untuk temannya, atau umpan geser tinggal tap-in, setelah berlari puluhan meter, juga menggocek beberapa pemain untuk mendapatkan sebuah momen. Masalahnya, Kolo Moani bukan stiker yang gampang untuk mencetak gol, kita tahu akan hal itu.Â
Setelah semuanya, kita seharusnya tidak meragukan kontribusinya untuk tim. Meski sempat gagal dalam proyek mengumpulkan pemain bintang, bukan berarti PSG melakukan kesalahan sama dengan menghargainya sebagai pemain termahal di daratan Eropa. Semua itu sangat layak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI