Mohon tunggu...
Lastito Hafid
Lastito Hafid Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sekedar sedikit belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tradisiodern (Tradisional atau Modern) 2

14 September 2016   08:47 Diperbarui: 14 September 2016   09:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Melihat fenomena beberapa retail modern yang dulu sempat saya ulas pada Tradisiodern(Tradisional atau Modern), seperti kita tahu lahirnya pasar modern di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi.Ada beberapa jenis  pasar modern seperti minimarket, supermarket,hipermarket, ataupun mal-mal perbelanjaan begitu melekat keberadaannya dan tentu saja dikhawatirkan akan terus menggeser eksistensi pasar-pasar tradisional. Untuk sebagian masyarakat kita, terlebih yang tinggal di daerah perkotaan akan cenderung lebih memilih retail modern sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dengan alasan bahwa pasar modern menawarkan berbagai aspek yang lebih terjangkau seperti  lengkap, bersih,nyaman, dan juga masyarakat tidak perlu melakukan tawar-menawar dengan hargabarang yang akan dibeli.

Dengan semakin eksis dan menjamurnya pertumbuhan pasar modern bertambah pula rasa kekhwatiran para pelaku retail tradisional seperti toko, warung ataupun semakin terusiknya keberadaan pasar tradisional. Padahal kita tahu pasar tradisional memiliki peran penting dalam jalur distribusi kita. Konsep yang sudah dilakukan di kabupaten Kulon progo adalah dengan konsep kemitraan antara retail modern dan koperasi. Dengan konsep itu akan sangat memungkinkan produk lokal yag saat ini masih sangat jarang ditemui pada retail modern bisa masuk tapi dengan kemasan yang lebih menjual. Seiring dengan fenomena yang terjadi dengan bergesernya berbagai aspek masyarakat pedesaan menjadi urban ( perkotaan )termasuk juga terkait dengan gaya hidup dan kebutuhan. Dengan dua kondisi diatas maka diperlukan suatu konsep yang dapat mengintregasikan keduanya.

Konsep kemitraan mungkin menjadi solusi yang tepat akan keberadaan toko modern yang saatini sudah masuk hingga pelosok desa terlebih berdekatan dengan pasar tradisional. Kepemilikan sudah menjadi milik koperasi walaupun manajemen ritel masih dilakukan pendampingan oleh pihak toko modern yang tentu saja lebih pengalaman dalam sisi pengelolaan ritel. Dari kondisi diatas diharapkan dengan standarisasi tertentu produk lokal bisa masuk ke ritel modern dan tentu saja akan lebih dikenal masyarakat. Sedang menurut saya dengan bergantinya nama menjadi Toko Milik rakyat terlihat semakin memperkokoh pondasi ekonomi masyarakat karena seperti kita tahu sebagai pemiliknya adalah koperasi yang notabene adalah "soko guru" perekonomian kita.

Beberapa toko modern di beberapa kabupaten di DIY pun saat ini juga sudah mulai berintregasi dengan konsep diatas, "walaupun" masih banyak yang memiliki lokasi yang sangat berdekatan dengan pasar tradisional. Sedang kalau menurut saya pribadi peran pasar  tradisional sebagai pondasi perekonomian rakyat harus terus dilestarikan.Kita merindukan gerakan-gerakan seperti tahun 2014, saat itu Imral Guzman saat mencanangkan "Gerakanbelanja ke pasar tradisional"  dan itu tentu saja memperkokoh posisi pasar tradisional pada jalur distribusi kita. Pada acara Dialog "Forum Senator untuk Rakyat"hari Minggu, 17 Mei 2015 di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta, dengan tema "EkonomiKerakyatan Dalam Bingkai Nawacita" juga semakin menguatkan perandan posisi pasar tradisional pada jalur distribusi nasional. Untuk dapat menghidupkan kembali pasar sebagai aspek vital perdagangan, maka diperlukan sebuah penataan dan manajemen yang baik. Pasar harus mampu menjadi area transaksi perdagangan dengan manajemen yang jauh lebih lebih baik dari sekarang.Mulai dari manajemen suplai barang agar lebih lengkap, kebersihan dan kenyamanan, dan pasar dijadikan sebagai area yang mampu membuat masyarakat tertarik untuk datang berkunjung. Sedang menurut Rahmat Gobel, Peran pasar sebenarnya menjadi sangat vital bagi tatanan perekonomian nasional.Selain menjadi pondasi dasar perekonomian, pasar tradisional juga mampu digunakan untuk memaksimalkan hasil bumi yang dikelola para petani dengan sistem distribusi supply yang tepat. Tentunya saat ini keberadaan pasar harus benar-benar diperhatikan, terutama mengenai kesiapan dalam menyambut datangnya era globalisasi. Jika tidak, maka kedepannya pasar akan kalah dengan keberadaan pasar modern.

Sebagai penutup ureg-ureg ini, mari kita berusaha ciptakan posisi pasar tradisional sebagai jantung perekonomian masyarakat. Sebagai konsumen dan penjual di pasar serta tentu saja pemerintah mesti bersinergi dengan mulai menciptakan kondisi pasar tradisional yang bersih, aman, nyaman sehingga akan semakin menarik bagi masyarakat untuk datang berkunjung ke pasar tradisional. Padahal kalau saya melihat, pasar tradisional memiliki keunggulan yang lebih dari sisi fleksibilitas harga karena ada tawar menawar antara pembeli dan penjual serta keberagaman produk ap saja bisa kita temui di pasar tradisional. Mari kita berkunjung ke pasar tradisional, kalau saya sih lebih memerankan peran sebagai "suami siaga" yang selalu siap mengantar istri berbelanja sayuran ke pasar tradisional setiap hari minggu pagi, hehehehe... :D

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun