Mohon tunggu...
muhammad hafid bahtiar
muhammad hafid bahtiar Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cara Mengantisipasi Berita Hoax

17 November 2015   19:08 Diperbarui: 17 November 2015   19:18 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin canggihnya teknologi informasi dan media massa memudahkan manusia untuk melihat informasi maupun berita yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Namun sebelum kita lebih mendalami tentang sebuah informasi maupun berita yang telah kita baca, setidaknya kita cari dulu kebenaranya atau sumber yang valid apakah berita tersebut fakta dengan kejadinya yang ada di TKP atau hanya sebuah karangan orang yang iseng yang suka menyebarkan sebuah berita yang tidak sesuai dengan fakta ( hoax ). Semua itu sulit untuk kita sadari dan membedakan apakah itu berita fakta ataupun hoax, untuk itu kita harus mencermati terlebih dahulu sebelum membacanya.

Berita hoax sekarang sudah mendarah daging di dalam media massa kita, buktinya banyak anak-anak remaja, penjabat negara, maupun mahasiswa sekalipun masih belum mengetahui berita itu hoak atau fakta, sangat sulit sekali untuk membedakan baik berita,informasi,maupun gambar-gambar hoax karena semakin canggihnya teknologi untuk membuat semua tentang berita hoax tersebut. Sehingga masyarakat awam lah dengan mudahnya menjadi sasaran untuk wadah berita-berita hoax, karena masyarakat awam tidak mengerti apa-apa oleh karena itu kognitif dan psikomotorik masyarakat awam lebih mudah di pengaruhi oleh adanya berita-berita hoax tersebut.

Jadi tidak heran jika berita hoax sering tersebar luas di bandingkan oleh berita-berita aktual yang berupa fakta atau kebenaran, kembali kepada pemikiran manusianya perlu adanya kontruksi mental di dalamnya karena sulitnya manusia untuk berfikir kritis dan mencermati suatu hal yang di anggap itu penting. Oleh karena itu jika ada berita-berita atau informasi yang berada di media massa maupun di media sosial jangan kita share terlebih dulu baca dan cermati kembali kalau perlu cari informasi yang lebih akurat dan lebih mendalam lagi tentang berita yang kita anggap itu menarik dan penting.

Bagaimana cara untuk membedakan secara komprehensif antara berita hoax dan fakta, (1). Sumbernya jelas, bukan hanya sekedar opini, tapi dapat di konfirmasi langsung dari latar belakang sumbernya. Misalnya tentang beras plastik, seseorang tersebut harus bisa memberikan bukti yang logis bahwa berita beras plastik itu benar-benar ada. Misalnya dari sumber: detik.com, dan dari uji laboratorium menteri pertanian, perdagangan dan BPOM. Jika berita tersebut di sampaikan oleh lembaga-lembaga tersebut maka beritanya dapat di percaya dan pantas untuk di publikasikan.

(2). Sistematis, Rasional, logis dan tidak emosional, jadi berita tersebut di sampaikan secara sistematis ( beruntun ) jelas, sesuai fakta, logis dan dapat di tangkap oleh nalar sehingga bisa di pertanggung jawabkan. Misalnya berita mengenai kasus korupsi yang di lakukan oleh Ratu Atut gubernur banten jadi secara kronologis jelas dan dapat di terima oleh nalar kita. (3). Bukan lagi di buktikan dengan gambar atau foto kita bisa langsung menganggap bahwa berita itu benar, karena dengan kecanggihan teknologi beberapa orang bisa mengedit gambar tersebut hingga nampak nyata.

Ironisnya lagi, berita hoax dapat merugikan berbagai pihak, seperti pencemaran nama baik, menimbulkan fitnah dan dapat mempengaruhi pola fikir yang negatif sehingga kita refleksikan dengan lisan maupun tulisan secara otomatis. Dan mengapa berita hoax lebih banyak di sukai dan di minati oleh masyarakat maupun pembaca, karena berita hoax telah di desain dan di beri cita rasa karangan belaka yang bersifat kebohongan dan kemunafikan si penulis maupun si penyebar hoax.

Untuk itu perlunya kewaspadaan terhadap berita dan informasi hoax karena bisa mempengaruhi perilaku dan tindakan kita sangat di pengaruhi oleh informasi yang bisa masuk ke dalam pikiran dan hati kita. Karena informasi yang sifatnya hoax lebih panjang dari rel kereta api kalau sudah menyebar luas di dalam kehidupan masyarakat maka informasi tersebut dengan mudahnya tersebar layaknya sepeti air mengalir, apalagi sekarang banyaknya pengguna media sosial, seperti Facebook, Twiter, BBM, Instagram, DLL, sehingga dengan mudahnya mereka megakses informasi dan meyebarkan informasi yang telah mereka akses.

Oleh karena itu kementrian informasi dan komunikasi harus memberikan sanksi yang tegas terhadap si pelaku pembuat berita hoax, sebagai mana yang di jelaskan di dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik supaya mereka jera atas perbuatan yang selama ini sudah membuat informasi berupa kebohongan yang bisa menimbulkan konflik sosial antar suku, agama, ras dan antar gololongan (SARA).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun