Mohon tunggu...
hafid khairudin
hafid khairudin Mohon Tunggu... Guru - Saya merupakan salah satu staff pengajar di SMK di Jogjakarta

Saya merupakan staff pengajar di sekolah menengah kejuruan di wilayah sleman utara yang sedang menempuh Diklat Guru yaitu PPG Dalam Jabatan di Tahun 2022 ini. semoga dengan bergabungnya di kompasiana dapat menjadi lebih bisa mengoptimalkan Dunia Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimalisasi Pendidikan Keluarga sebagai Pendidikan Pertama dan Utama

21 Oktober 2022   11:00 Diperbarui: 21 Oktober 2022   11:02 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur pada sebuah negara maupun bangsa yang merupakan perwujudan dari kemajuan bangsa itu sendiri. Sering terpikirkan bahwa menjadi seorang yang kaya raya, seorang yang tergolong mapan di masa sekarang adalah bukti pernah melewati alur Pendidikan yang tinggi. Meskipun tolak ukur kekayaan bukan dari Pendidikan yang tinggi. Karena menurut penulis salah satu hal yang menjadi syarat akan majunya suatu negara adalah karena bagaimana tingkat optimalisasi Pendidikan itu sendiri berkembang dan menjadi salah satu prioritas utama guna membangun peradaban.

Menurut Emha ainun najib yang akrab di sapa dengan sebutan Cak Nun yaitu sosok yang memiliki peran dan kecakapan multidimensi yang sering kali memberikan win-win solution dalam setiap permasalahan yang menimpa negeri ini.

Menurutnya, Pendidikan merupakan salah satu solusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga membentuk moral seluruh warga negara Indonesia. Dalam pemaparan beliau juga menimbulkan pertanyaan besar, apakah Pendidikan di Indonesia ini sudah melahirkan bibit-bibit unggul yang sudah mencetak generasi yang bermanfaat atau justru hanya tampil sebagai sebuah institusi pencetak gelar saja?

Menurut hemat penulis, Pendidikan di belahan dunia manapun akan bermuara dari Keluarga yang merupakan sebuah sekolah dini dimana modal dalam sekolah keluarga adalah cinta. Dimana orang tua merupakan pendidik pertama dan pendidik yang utama yang ada disepanjang perjalanan keluarga bersama anak, meskipun tidak pernah ada sekolahnya untuk menjadi orang tua dan tidak banyak yang belajar tentang bagaimana pola pengasuhan yang sesuai untuk anak-anak kita untuk keluarga kita dan untuk zaman kita.

Memasuki zaman di era globalisasi dan zaman penuh dengan kecanggihan teknologi ini memaksa adanya keterlibatan aktif masyarakat dalam memasukkan gadget dan teman-temannya dalam kiprah kehidupan sehari-hari. Sehingga segala upaya dan daya untuk bisa mengontrol informasi yang masuk ke dalam hp yang saat ini untuk kalangan usia balita pun sudah sangat pandai dalam mengoperasikan gadget terutama smartphone.

Banyak sekali manfaat yang terbilang membuat sarana belajar maupun bermain dan bekerja menjadi lebih praktis dan hemat waktu bahkan tenaga, dimana akses informasi yang jauh bisa menjadi lebih dekat, akses waktu yang lama bisa menjadi lebih singkat bahkan dapat mewujudkan sesuatu apapun yang diinginkan tanpa harus dengan uang cash bahkan tidak memiliki biaya sekalipun.

Ibarat kata, jawa “nandur jagung sik tukul suket teki” yaitu biarpun menanam jagung yang tumbuh tidak hanya jagung tetapi juga rumput akan tumbuh disekitarnya. Artinya kebaikan yang sudah ditanam dan dibiasakan sejak dini pun dapat berpotensi melahirkan keburukan. Sama dengan dampak buruk akibat dari penyalahgunaan gadget atau smartphone dimana dewasa ini tidak kurang lebih 25 persen pasien di poli kedokteran anak di salah satu rumah sakit di bogor jawa barat tahun 2019 silam banyak yang kecanduan gadget. Mengapa sebegitu bahanyakah pengaruh gadget kepada anak anak? Karena Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan gadget dianggap bisa mengganggu aktivitas otak anak sehingga berdampak buruk terhadap kemampuan belajarnya dan berpotensi menyebabkan gangguan perilaku. Jika perilaku baik perilaku kepada keluarga, masyarakat dan bahkan sekolah maka akan berpengaruh pada prestasi perkembangan belajar anak dan masih banyak dampak buruk dari ketidak sesuaian dalam penggunaan gadget.

Rumah yang ramah adalah sekolah bagi anak, orang tua dalam keluarga berfungsi membentuk individu agar ia memiliki karakter dan sifat yang ideal, serta menyiapkan individu agar dapat hidup di masyarakat (Simamora, 1988). Bagi orang tua yang mempunyai anak di rumah, menciptakan rumah yang ramah adalah hal yang perlu dilakukan, agar perkembangan psikologis anak menjadi tidak terhambat. Salah satu cara jitu untuk menciptakan rumah yang ramah yakni dengan menerapkan prinsip negoisasi dan diskusi, sehingga keputusan yang diambil dalam keluarga nantinya bisa membuat semua anggota keluarga nyaman dan akan tercipta suasana yang hangat di rumah (Sukmasari, 2017).

Prinsip diskusi dan negoisasi sangatlah tepat untuk diterapkan dalam menentukan peraturan dalam keluarga. Mendengarkan apa yang diinginkan oleh semua anggota keluarga, termasuk anak-anak. Setelah semua menyampaikan keinginannya, baru diarahkan kira-kira mana yang perlu direalisasikan dan mana yang sekiranya perlu dipertimbnagkan lagi. Dengan diskusi dan negoisasi menjadikan semua anggota keluarga bersifat terbuka, sehingga akan menimbulkan rasa pengertian antar anggota keluarga tersebut. Dalam hal kebutuhan pendidikan anak, orang tua seharusnya jangan sungkan untuk menanyakan kepada anak-anak mereka tentang apa kesukaannya, hobi apa yang anaknya miliki, serta apa yang membuat anak-anak bisa betah di rumah. Misalkan saja anak ingin menonton TV, biarkan saja mereka menonton TV tapi juga harus ditemani, jangan dibiarkan nonton sendiri. Selama menonton TV, orang tua bisa berinteraksi dan komunikasi langsung dengan anak-anak mereka. Sekedar menanyakan apa saja yang anak lakukan di sekolah, bagaimana teman-teman mereka di sekolah, bermain apa saja dia di sekolah, ada tugas sekolah tidak.

Karena banyak sekali factor penentu kepribadian anak yang dibentuk dari lingkungan sosial dan keluarga, maka penusi menawarkan solusi agar bisa mencapai kesuksesan dalam penyelenggaraan Pendidikan di era modern ini adalah optimalisasi peran keluarga atau melakukan konservasi peran fungsi keluarga. Karena konservasi ini berarti sebagai sebuah perlindungan dan pelestarian hubungan antara orang tua dengan anak, dan begitu sebaliknya hubungan antara anak dengan orang tua.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Konservasi memiliki fungsi dan peran dalam keluarga yang merupakan suatu usaha untuk melestarikan peran dan fungsi dari keluarga agar tetap eksis meski dalam kehidupan modern saat ini, yang cenderung merubah semua tatanan masyarakat. Semoga dengan adanya tatanan dan struktur Pendidikan yang tertata di tingkat keluarga, dapat mampu mendongkrak prestasi dan akhlaq generasi modern yang penuh dengan berbagai iming-iming dan rekayasa.(hafid_khairudin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun