"Pare Jahat" Salah satu kata yang sering terdengar di telingaku. Di desa dimana terdapat manusia dengan berbagai latar belakang, usia, dan tujuan yang katanya untuk belajar bahasa inggris.Â
Desa ini disebut kampung inggris pare, dan aku adalah salah satu dari manusia-manusia itu. Aku (Haffina Salsabila) adalah seorang gab year (mengambil jeda sebelum masuk dunia perkuliahan). Pare bagiku tidak cukup dijelaskan dengan kata "hanya", banyak hal baru yang kudapat di tempat ini, itu tidak bisa kulupakan.Â
Hari sabtu, 25 November 2023 adalah pertama kalinya aku menjejakkan kakiku di pare. Kedua orang tua, kedua kakak, dan om membersamaiku waktu itu. Kami menggunakan mobil pribadi dari Yogyakarta tempat omku tinggal. Awalnya berat yang terasa saat menyadari bahwa aku akan tinggal di perantauan tanpa kenalan, apalagi aku adalah orang yang pendiam.Â
Overthinking bermunculan, hati gelisah dan cemas. Terpikir dalam hati "Bagaimana jika aku tidak punya teman? ", "Bagaimana nanti jika aku kesepian?". Tapi, kukuatkan tekadku untuk keluar dari zona nyaman, untuk belajar dunia luar walau tidak seberapa. Aku harus bisa.Â
Jadilah selama 2 bulan kuhabiskan waktuku di pare bersama Kresna Institute, salah satu tempat kursus bahasa Inggris di Pare. Hal yang mengejutkan bagiku adalah lebih banyak member yang umurnya lebih diatasku bahkan ada yang 7 tahun diatasku. Wow, aku benar-benar terkejut kala itu. "Entah nanti seperti apa nasibku" pikirku dalam hati. Setelah beberapa hari berjalan, ternyata dugaanku salah.Â
Yang kukira akan membosankan seperti kelas-kelas pada umumnya ternyata justru sebaliknya. Aku merasa ini kelas yang paling menyenangkan yang kurasakan. Banyak bercanda tapi tidak lupa tujuan utama. Mereka yang tua mengayomi yang muda, menyayangi, tidak menguasai. Aku yang pendiam ini nyatanya bisa memiliki teman, itu suatu hal yang membahagiakan.Â
Program yang kuambil di kresna pada saat itu adalah planet english yang berfokus pada pembelajaran gramar. Jadwalnya lumayan padat dengan kelas di jam 05.30-08.30 {grammar} - 10.00 {speaking} - 16.00-17.30 {grammar} - 19.00-21.00 {tutorial}.Â
Saat-saat paling menyenangkan adalah selepas kelas sore. Di sambut oleh langit senja pare yang indah dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, rasanya hati tenang dan strespun hilang. Hari sabtu diisi ujian sebelum liburan. Terkadang, kami pergi bersama-sama untuk sekedar makan, bercengkrama untuk melepas jenuh. Itu salah satu hal baru yang kurasakan di sini.Â
Tidak hanya kegiatan di kelas, kresna juga mengadakan kegiatan lain seperti malam tahun baru, bazar, dan lain-lain. Begitu pula di camp kresna, di sana aku menemukan keluarga baru. Kami sering bersepeda, makan dan foto bersama untuk mengabadikan momen. Aku merindukan mereka semua.Â
Tidak hanya itu, aku akhirnya memutuskan untuk tetap di pare selama 2 bulan lagi untuk belajar UTBK di salah satu bimble di sana yaitu Bias Education. Salah satu bimble dengan progam asrama yang jadwalnya lumayan padat seperti jadwal kresna saat itu.Â
Aku ditemani Zhia, salah satu temanku di Kresna. Karena memang kami sama-sama gab year dan memeutuskan ingin melanjutkan jenjang perkuliahan.Â
Di Bias Education lagi-lagi aku bertemu dengan orang-orang baru. Seperti biasa, awalnya semua terlihat biasa saja, tapi setelah waktu berlalu, canda dan tawa selalu ada di sela-sela kesibukan kita dalam memperjuangkan cita-cita. Kami dengan tujuan yang sama saling mendukung walau banyak lika-liku yang dihadapi.Â
Kegiatan di Bias ini tidak hanya belajar saja, ada kegiatan mengaji bersama, outbond, visit kampus, dan kegiatan menyenangkan lainnya. Di hari sabtu setiap 2 minggu sekali diadakan Try out untuk menguji seberapa paham dan mampu kita dalam mengerjakan soal-soal seperti UTBK. Setelah itu, ada namanya deep evaluation sebuah kegiatan evaluasi atau memperdalam materi yang diujikan di hari sabtu tersebut. Tak terasa 2 bulan pun berlalu, hingga mendekati hari raya idul fitri.Â
Program telah usai, maka itu pertanda aku akan meningkalkan Pare dan seisinya. Sedih yang terasa. Rasanya sudah terbiasa bersama mereka tiba-tiba harus mengungkapkan sampai jumpa. Namanya hidup tentu diisi dengan pertemuan dan perpisahan, kita tetap harus menerimanya.Â
Malam sebelum aku pulang masuk notif di Hp-ku " Fina, tolong keluar sebentar. Aku ada di depan". Itu adalah bunyi pesan yang dikirim oleh seorang lelaki yang merupakan teman kelasku di Bias. Aku keluar pergi menemuinya. Dia berkata " Aku suka sama kamu". Dalam hati "Siapa sangka" Hingga aku tidak bisa berkata-kata.Â
Itu adalah singkatnya pengalaman hidupku selama kurang lebih 4 bulan tinggal di Pare, Kampung Inggris.
*sebutan pare jahat berasal dari kisah-kisah asmara yang mulai atau berawal karena mendapati program kursus yang sama, tapi juga akan usai setelah program usai dan kembali ke kehidupan masing-masing. Mungkin memang tidak semua. Namun, itu juga bisa dalam hal pertemanan. Ketika kita sudah merasa nyaman dengan teman kita di pare tapi karena program usai dan kita harus pulang ke tempat masing-masing sehingga harus berpisah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H