Mohon tunggu...
Hafadza Haqa
Hafadza Haqa Mohon Tunggu... -

betul_betul_betul??\r\n^_^

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengakuan Anak Seorang Kader PKS

12 Mei 2013   23:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40 4046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku seorang mahasiswi yang memiliki teman, dia seorang anak kader PKS.
Malam itu, setelah kami belajar kelompok, kami menghabiskan malam dengan bercerita, mulai dari cerita aktiftas kami sampai kepada privasi kami. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kehidupannya, sampai akhirnya akupun punya keberanian untuk menanyakan temanku itu tentang kehidupannya, salah satunya yang sangat membekas adalah,..bagaimana orangtuanya mendidik dia dengan kesibukan orangtuanya yang luar biasa.

Matanya saat itu membulat, ktika dia mulai menceritakan orangtuanya. Dia bercerita denganku tentang bagaimana kerasnya watak orangtuanya, kebiasaan orangtuanya yang sering membentak, bahkan tidak segan-segan orangtuanya memukul kepalanya walau dengan kesalahan yang remeh temeh. Itulah pengakuannya saat itu denganku, pengakuan sikap orangtuanya ketika belum mengenal PKS.

Dia melanjutkan ceritanya tentang bagaimana orangtuanya setelah mengenal PKS. Kali ini, ia menceritakan dengan rona wajah keras seperti menahan amarah yang sangat besar. Dia bercerita bagaimana dia dan adiknya harus mengurus keperluan sekolah sendiri karena pagi-pagi orangtuanya sudah pamit untuk pergi, pulang sekolah dia makan sendiri karena orangtua belum ada di rumah, dan saat malam terkadang,...orangtuanya datang ketika mereka hendak beristirahat. kesal semakin nampak dirona wajahnya ketika menceritakan bagian di mana orangtuanya hampir setiap akhir pekan selalu punya kegiatan sendiri di luar, bahkan ibunya yang hamil juga tidak kalah sibuk dengan ayahnya.

Sampai suatu hari ketika dia sedang libur sekolah (saat itu kelas 2 SMP), dia di ajak ibunya untuk ikut kegiatan ibunya. Dari pagi jam 08 sampai jam 21.00 malam. ia diajak ibunya untuk menyusuri kampung demi kampung di kabupaten yang bukan kabupaten tempat tinggalnya, hanya untuk memberikan pembekalan keterampilan dan agama untuk ibu-ibu dikampung itu. Dia mengakui, saking lelahnya dia mengikuti ibunya, dia tidur beberapa kali saat ibunya sedang memberikan pembekalan keterampilan kepada ibu-ibu disetiap kampung yang mereka sambangi.

Malam sesampainya di rumah, seperti biasa,sebelum tidur..ibu dengan perut besarnya mengantarkan dia dan adik-adiknya untuk berwudhu,cuci muka dan gosok gigi. Setelah ibunya mw meninggalkan kamar tidur anak-anaknya, dia bertanya, "Pasti ibu dapat uang banyak ya?" Ibunya menjawab "Bekerja itu harus ikhlas", dia kembali bertanya "Ibu ga capek?" Ibunya menjawab "Kalau ikhlas kita bekerja, capek itu ga kerasa,.",..kemudian...ibu meninggalkan kamar tidur anak-anaknya...

Dari saat itulah rupanya temanku ini berproses memahami apa yang sedang dilakukan orangtuanya, kebencian yang tadinya ada hilang,semuanya berubah menjadi kekaguman dengan apa yang dilakukan orangtuanya. Dan mulai saat itu, dia bertekad untuk membantu orangtuanya mendidik adik-adiknya, dan bertekad besar untuk menjadi seperti orangtuanya.

Itu pengakuannya, dan sampai saat aku menuliskan ini, aku melihat Kedewasaan yang sangat mengagumkan menjadi identitas dirinya, di tengah komunitas kami seusianya yang masih labil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun