Mohon tunggu...
Haerun Nisa
Haerun Nisa Mohon Tunggu... -

nama saya nisa saya lahir di mataram dan sekarang kuliah di universitas mataram prodi ppkn

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuks Kita Berantas Kemiskinan Ddi Negeri Pertiwi dengan Berwirausaha

10 Mei 2016   21:14 Diperbarui: 10 Mei 2016   21:43 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Potensi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Melalui hierarki yang diajukan oleh Jalaludin potensi, inderawi yang lebih dikenal itu berupa indera penciuman, perabaan, pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dengan memanfaatkan indera lain yang sudah siap (Jaluludin, 2001). 

Oleh Toto Tasmara dikaitkan dengan fuad yang merupakan potensi qalbu yang berfungsi untuk mengelolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia (fungsi, rasio, kognitif). Fuad mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya (Toto Tasmara, 2001). Menurut Al gazali fuad atau qolb merupakan alat dan wadah guna memperoleh ilmu pengetahuan (Shihab,M. Q, 1996).

Potensi sumber daya manusia di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perihal potensi, yang mana Indonesia sendiri memiliki garis pantai terpanjang, ke empat di dunia, cadangan gas alam tertinggi ke dua di Asia dan ke empat belas di dunia. Data BPS tahun 2014 menunjukkan cadangan gas alam Indonesia mencapai 103,3 triliun kaki kubik (1 kaki sama denan 30,48 cm). Negara Indonesia juga berada di daerah tropis yang menjadikannya sebagai negara yang sangat subur. Kekayaan alam tersebut ditambah dengan keindahan alam yang menakjubkan. Hasil survei WorldEconomi Forum(WEF) tahun 2012 menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling indah keenam di dunia.

Seharusnya dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia tersebut rakyat Indonesia bisa mendapatkan kesejahteraan. Tetapi fakta menunjukkan sebaliknya, rakyat Indonesia jauh dari sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Data BPS (2014) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,25 persen. Demikian juga dengan jumlah pengangguran yang mencapai 7,24 juta jiwa. Kondisi yang mencengangkan dari data tersebut adalah bahwa pengangguran tidak hanya berasal dari masyarakat awam namun sebagiannya adalah golongan lulusan SMA dan Perguruan Tinggi.

Kondisi ini tentunya membuat Indonesia semakin terpuruk, negara Indonesia kaya namun rakyatnya tidak sejahtera. Dan tentunya kemiskinan ini disebabkan oleh potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat rendah dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang ada. Hal ini dibuktikan dengan temuan BPK tahun 2013 dimana 70 persen sektor migas, 75 persen nikel, bauksit, batu bara, dan timah, serta 85 persen emas dan tembaga dikuasai oleh negara asing.

Di sinilah peran entrepreneur sangat dibutuhkan. Sumber daya alam membutuhkan entrepreneur yang mampu mengelolanya untuk kesejahteraan rakyat. Entrepreneur sendiri merupakan seorang yang memutuskan untuk memulai suatu bisnis, sebagai pewarabala (flanchisor) menjadi terwaralaba (franchisor) memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang sudah ada atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu produk baru, atau menawarkan suatu jasa baru, serta menjadi manajer dan penyandang risiko (Sunarya, S. 2011). Esensi seorang entrepreneuradalah meningkatkan nilai barang atau jasa dari barang

yang tidak bernilai menjadi produk yang bernilai tinggi. Kehadiran entrepreneurdiharapkan mampu mengelola kekayaan alam Indonesia sehingga rakyat tidak hanya menjadi penonton dan budak di negeri sendiri.

Bekerja keras merupakan salah satu hal yang memang menjadi kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja dalam Islam bukan hanya sekedar mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga tetapi, mencangkup segala bentuk pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat serta negara. Kerja bukan bukan hanya sekedar profit oriented tetapi juga benefit oriented.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah lama menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti bidang entrepreneurship. Bahkan Rasullulah SAW merupakan contoh sempurna seorang pengusaha yang handal dan religius. Rasullulah SAW terkenal sebagai wirasusaha yang jujur, adil, tidak pernah membuat pelanggan kecewa, tidak pernah ada keluhan pelanggan terhadapnya, selalu menepati janji dan selalu menawarkan produk yang berkualitas serta transparan dalam memberikan informasi terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Hermawan dan Syakir (2006) ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam berwirausaha sebagaimana tercantum dalam hadis-hadis sebagai berikut:

“Tidak ada satu pun makanan yang baik daripada yang dimakan dari hasil keringat sendiri”(HR Bukhari).

“Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli, dan membuat suatu pernyataan” (HR Bukhari)

Berdasarkan hadits-hadits dan kajian ayat-ayat al-Qur’an di atas dapat di pahami bahwa dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, seorang wirausaha di tuntut harus jujur, adil, transparan dan tidak menzalimi serta menghindari hal-hal yang di haramkan dan juga menjauhi hal-hal yang meragukan ketika berbisnis.

Untuk menyukseskan gerakan entrepreneurship, diperlukan langkah strategis untuk memasukan gerakan entrepreneurship ke dalam tema ekonomi Indonesia. Dan langkah penanggulangan yang paling utama adalah dengan memberdayakan kewajiban setiap individu berupa kerja dan usaha keras tanpa kenal lelah. Menurut Hendro (2011) setelah itu ada bebarapa langkah yang harus di lakukan oleh seorang entrepreneur dalam memulai dan menjalankan sebuah usaha yaitu dengan memperhatikan trend yang sedang berkembang di Indonesia yakni (1) munculnya digitalpreneur.Digitalpreneur merupakan wirausahawan yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi seperti smartphone dalam memunculkan peluang-peluang baru dalam bisnisnya, (2) munculnya socialpreneur yakni wirausahawan yang mampu memanfaatkan media sosial seperti twitter dalam menjaring konsumen yang lebih luas, (3) munculnya creativepreneur merupakan wirausahawan yang mampu melakukan pemanfaatan teknologi dalam mengembangkan produknya secara kreatif. Kreatif tanpa batas merupakan kunci sukses dalam bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat, (4) munculnya ecopreneurmerupakan wirausahawan yang bisa melihat perubahan ekonomi sebagai tolak ukur usahanya, (5) munculnya technopreneur adalah wirausahawan yang menggunakan basis teknologi sebagai dasar pjiakan bisnisnya. Semakin tinggi teknologi yang digunakan dalam operasional bisnisnya, maka akan semakin mampu menghadapi persaingan bisnis. Hal ini merupakan upaya cerdas yang dapat diterima oleh kalangan luas dalam memberikan kesempatan kepada para pengusaha atau rakyat yang ingin mengembangkan usaha atau hobinya di zaman modern ini.

DAFTRA PUSTAKA

  • Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahawan: Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal,Memahami dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Airlangga
  • Jalaludin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  • Shihab, M. Q. 2000. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan
  • Toto Tasmara. 2001. Kecerdasan Rohaniah: Transcendental Intelligence. Jakarta: Gema Insani press
  • Hermawan, Syakir. 2006. Syariat manajemen. Bandung: Mizan
  • Sunaryo, Sudaryono. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun