Pemulung, pekerjaan yang seringkali diabaikan oleh banyak orang, ternyata memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama di kota-kota besar. Bagi Siti Salamah, pemulung adalah pahlawan tak terlihat yang patut dihormati.Â
"Mereka yang mengangkut sampah di jalanan, bahkan hanya satu botol atau dua botol, mereka adalah para pemulung," ujarnya dengan penuh penghargaan.
Keberadaan pemulung tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga secara tidak langsung membantu menjaga lingkungan. Mereka mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang, mengurangi pencemaran lingkungan. Dengan kontribusi mereka, beban lingkungan akibat sampah dapat berkurang.
Namun, sangat disayangkan bahwa banyak orang yang masih menganggap sepele atau bahkan menganggap pemulung sebagai masalah. Padahal, mereka memiliki hak yang sama untuk hidup layak dan sejahtera. Selain itu, keberadaan mereka juga bisa menjadi salah satu solusi dalam penanganan masalah sampah jika diberi kesempatan dan dukungan yang baik.Â
"Kalau ada pemulung jangan dianggap sebelah mata, justru harus berterima kasih atau mengucapkan salam. Mereka juga harus dihargai," tegasnya.
Inilah yang mendorong Siti Salamah untuk memulai upaya pemberdayaan kampung pemulung di Tangerang Selatan sejak tahun 2015. Melalui program pemberdayaan kampung pemulung, Ia bertekad untuk membantu pemulung hidup lebih baik dan mandiri. Programnya ini mencakup aspek ekonomi, sosial, pendidikan, dan bahkan keagamaan.
Hingga sekarang, dengan penuh ketulusan Siti terus memberikan pendampingan kepada para pemulung, mengajari mereka untuk menghasilkan kreasi dari sampah, membantu memperluas jaringan pemasaran sampah yang dikumpulkan, memberikan pendidikan agama kepada anak-anak pemulung, bahkan memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak kampung pemulung yang putus sekolah.
Berkat upaya kerasnya, taraf hidup para pemulung binaannya terus meningkat. Mereka tidak hanya mengumpulkan dan menjual sampah, tetapi juga mulai menciptakan nilai tambah dari sampah yang mereka temukan. Selain itu,lebih dari 100 anak putus sekolah telah kembali ke bangku sekolah, dan terjadi peningkatan signifikan dalam perekonomian mereka.
Program yang digagas oleh Siti tidak hanya mendorong para pemulung untuk berdaya, namun juga melibatkan mereka untuk memberdayakan orang lain. Tak sedikit dari para pemulung tersebut ia jadikan sebagai  pembicara dan mentor bagi para relawan komunitas yang ingin memahami cara pemilahan sampah. Selain itu, mereka juga sering dilibatkan dalam berbagai event, dan mereka dibayar secara profesional.
Dalam perjalanannya memberdayakan para pemulung, Â Siti bertemu dengan seorang pegiat lingkungan bernama Ranitya Nurlita atau biasa dipanggil dengan Lita. Pertemuan ini terjadi pada tahun 2018 dalam sebuah acara pertemuan para pegiat lingkungan. Mereka berdua pun bertukar cerita dan merasa memiliki visi yang sama. Hingga akhirnya Siti dan Lita memutuskan untuk melakukan kolaborasi.
Siti yang saat itu konsen memberdayakan pemulung, dan Lita yang sedang menekuni pengelolaan lingkungan dan sampah, akhirnya bersepakat untuk menciptakan sebuah platform bernama Waste Solution Hub. Melalui platform ini, mereka berusaha menciptakan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi. Menghubungkan produsen sampah dengan bank sampah, serta meningkatkan taraf hidup pemulung.
Sejumlah aktivitas di Waste Solution Hub ini dilakukan oleh pemulung yang dibina oleh Siti. Mereka tidak hanya mengumpulkan, tetapi juga memilah dan menghasilkan karya kreatif dari sampah, meningkatkan nilai sampah tersebut.
Dalam menjalankan program Waste Solution Hub, Siti tidak bekerja sendiri. Ia bekerjasama dengan komunitas lingkungan, pemerintah setempat, seperti RT dan RW, serta sekolah untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah untuk melindungi bumi dan menjaga lingkungan.
Dengan sabar mengajarkan ibu-ibu rumah tangga dan siswa sekolah untuk mulai memilah sampah, menyediakan tempat pemilahan, dan mendistribusikan sampah yang telah dipilah. Ia pun secara rutin memberikan laporan tentang hasil pengelolaan sampah dan manfaat yang diperoleh dari sampah yang telah dikelola.
Siti pun menceritakan betapa banyak orang  yang hatinya tergerak dan merasakan indahnya  berbagi meskipun hanya  dengan sampah. Hal yang menurut mereka tidak ada harganya, ternyata bagi anak-anak pemulung pemulung binaannya begitu berharga.
Keberhasilan Siti dalam memberdayakan para pemulung dan menciptakan sistem pengelolaan sampah terintegrasi tidak datang tanpa tantangan. Menurutnya, tidak mudah untuk mengajak orang lain ikut melestarikan lingkungan. Banyak diantara mereka berpikir bahwa mengurusi sampah adalah hal yang ribet dan membuang waktu. Â Namun ia tidak padarah arang, Baginya menjaga lingkungan dengan mengelola sampah adalah tugas setiap orang. Dan tugasnya hanyalah berusaha untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk terlibat dalam programnya.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H