Mohon tunggu...
haerul said
haerul said Mohon Tunggu... Guru - Membaca dan menulis sudah menjadi candu.

Menulis melengkapi bacaan...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Analogi Pembayaran Digital dan Persatuan Kemanusiaan

26 Agustus 2020   12:47 Diperbarui: 26 Agustus 2020   12:37 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin dengan banyaknya metode pembayaran digital seperti OVO, Gopay, Link Aja, Dana, dan lain-lain, bisa menjadi analogi tentang agama dan keyakinan. 

Mungkin ya...

Karena tulisan ini menggunakan analogi keseharian, maka saya memasukkannya ke dalam kategori filsafat. Sebenarnya sih kesannya ini terlalu pede kalau saya kategorikan dengan filsafat, khawatir terlalu dianggap sok filosofis. Cuma karena memang filsafat itu adalah keseharian kita, atau logika adalah alat yang wajib kita gunakan sebagai manusia, maka logika dan filsafat sulit menjauh dari kehidupan manusia. Bahkan bisa dikatakan bahwa Filsafat itu adalah bapak ilmu pengetahuan. 

Kata seorang guru filsafat yang pernah saya kenal, bahwa filsafat itu tidak sulit, terkesan sulit karena banyak istilah-istilah yang bagi awam atau baru mendengarkan begitu njilmet. Maka bisa saja gairah orang awam seperti saya bisa kendor dalam usaha mempelajari filsafat kalau istilah-istilahnya sangat meninggi, padahal kalau bisa merendah dulu kenapa mesti meninggi ya?

Tidak bisa dipungkiri, ada oknum yang tertarik filsafat supaya terkesan keren dan intelek, heuhueu. Padahal filsafat itu bukan gaya-gayaan, tapi memang inilah jalan untuk bagaimana cara memahami hidup ini. Kan lucu kalau hidup ini tidak ubahnya dengan hewan melata lain, padahal ada alat berpikir atau akal yang bisa digunakan. 

Nah, dengan ini saya pun membuat analogi kecil-kecilan saja, seperti berikut ini :

Semua pembayaran digital yang ada di negeri ini, siapa pun perusahaannya dan bagaimana pun perbedaan modelnya, tetap mengacu pada nilai tukarnya atau rupiahnya. Kalau di Amrik tentu mata uangnya dollar.

Jadi, pembayaran digital satu sama lain berbeda merek dan pengelolanya, tapi semua mengacu pada duit atau fulus. Sehingga bisa dikatakan mereka ini disatukan oleh Nilai Rupiah.

Nah, kalau hal ini diambil sebagai analogi dari berkeyakinan, maka bisa dikatakan bahwa agama dan keyakinan acuan pokoknya pada kemanusiaan. Kemanusiaan adalah nilai yang ada pada agama-agama dan keyakinan. Tanpa kemanusiaan, sangat sulit itu dikatakan agama, justru malah horor.

Maka boleh saja berbeda agama dan keyakinan, tapi toh semua penganutnya adalah manusia, sehingga seharusnya kemanusiaan itu sangat diperhatikan dengan sangat bijak, tidak terjadi kezaliman atau hal-hal yang bersifat aniaya atau pun merusak kemanusiaan.  

Merusak kemanusiaan, melakukan kezoliman, seperti yang terjadi pada cucu Nabi Muhammad SAW di masa lalu, bukankah itu merusak agama???

Itu fakta sejarah, yang ketika ada arogansi pada seseorang, bisa menjadikannya sebagai bahan perdebatan saja. Perdebatan bukan tujuan, tapi kebenaran yang mengantarkan diri pada ke-tauhid-an sejati.

Mmmhh.....catatan ini terlalu berteori aja.

Jadi,

Kalau duit atau fulus bisa mempersatukan manusia, kenapa tidak dengan kemanusiaan? bersatu karena kemanusiaan yang berada pada satu bumi.

Demikian analogi saya yang mungkin keliru. Siapa tahu saja, dengan menulis ini, Presiden atau menteri elit yang parlente itu membacanya dan kemudian japri saya menanyakan "Berapa nomor gopay atau ovo ente? ane mau transfer nih, karena sudah menjadi warga negara yang ngak rewel soal keyakinan." Heuheuheu...

Ituhhh!! Super Berkali-berkali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun