"Don... kamu tahu kan? Abahku itu orang yang taat beragama, sering ke mesjid, dan orangnya keras. Ummi juga demikian, meski sebenarnya masih bisa lunak jika melihat aku terluka. Dan...." Belum selesai melanjutkan kalimatnya, Dony memotong..Â
"Ohh...aku mengerti, kamu meminta aku masuk Islam, atau kalau aku tak mau, kedua orang tuamu tak akan merestui, begitu kan?" Kembali Salmah menundukkan wajahnya, nyaris ada sebutir bening air yang akan keluar. Sungguh berat.Â
Dalam hati ia berkata dengan berat "Duh...Gusti, kok aku harus mengalami hal ini. Kenapa aku harus jatuh cinta pada orang yang berbeda agama. Apa maksud semua ini yaa...Rabb.... "Â
"Yang...." hampir begitu berat mengucapkan kata ini lagi. Tapi Dony memberanikan diri lagi.Â
"Salmah, mau tidak mau kamu harus ikut aku, kamu ikut sesuai dengan keyakinan yang aku anut. Atau kalau kamu mau, kita menjalankan agama masing-masing, namun pasti berat kan?" ucap Dony.Â
Salmah sangat bingung, makin bingung. Lama terdiam, setelah  menarik nafas panjang, Salmah pun berkata lagi,Â
"Don.. sungguh ini berat. Aku tidak mau mengecewakan Abah dan Ummi, Tapi aku juga mencintaimu.."Â
Diskusi yang alot tak membuahkan hasil, mau tak mau Dony harus menemui orang tua Salmah. dan ini juga ingin membuktikan kesungguhan Dony, apakah berani menghadapi kenyataan atau sebaliknya?Â
Betapa kagetnya kedua orang tua Salmah. Perbedaan agama membuat mereka pusing.Â
"Hei anak muda, apa kata keluarga besarku, apa kata tetangga dan orang-orang, aku akan dituduh mendidik anak hanya menjadi murtad. Pikirkan baik-baik itu anak muda. " Abah Salmah bicara dengan tegas.Â
*****