Mohon tunggu...
haerul said
haerul said Mohon Tunggu... Guru - Membaca dan menulis sudah menjadi candu.

Menulis melengkapi bacaan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Gelisah Orang Lain Pindah Agama

29 Januari 2019   07:00 Diperbarui: 29 Januari 2019   07:47 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayangku, apakah kamu mau menuruti keinginanku? bukankah kau mencintaiku?" Berkata Dony pada Salmah. 

"Apa itu?, iya Aku mencintaimu... " Bisik Salmah meyakinkan Dony. 

"Kalau gitu, mari kita menikah, Aku tak ingin berjalan tanpa ada tujuan yang jelas" Salmah begitu kaget. Gerangan apa sampai begitu terburu-buru  Dony mengajak menikah, bisik Salmah dalam hati. 

"Bukankah itu terlalu cepat Yang?" Salmah memberanikan diri mengucapkan isi hatinya. 

"Bukankah semua wanita mengingingkan untuk dinikahi kan?, sehingga jelas semuanya?" mantap Dony kepada Salmah. 

"Tapi... aku harus bicara dulu dengan keluargaku, dan ini tidak mudah" Salmah menundukkan wajahnya ke tanah. Dony menerka-nerka, apa yang menghalangi Salmah sehingga tidak merasakan gembira saat diajak menikah. 

"Baiklah aku akan datang ke keluargamu, melamarmu" Tanpa ragu Dony menyampaikannya. 

"Yannggg... tapi...." Salmah ragu, lalu dibalas segera

"Tapi apa?...apalagi yang menghalangi?" Dony penasaran. 

Desahan angin menampar daun-daun yang berguguran, langit mendung masih setia bersama angin sepoi-sepoi, bisa dibilang ini cuaca yang sejuk, namun mengkhawatirkan jikalau hujan akan turun deras. Tapi mereka yakin, Hujan atau pun tetap mendung, kalau komunikasi mereka berdua belum tuntas, mereka tak akan meninggalkan taman itu. 

Taman itu sudah nampak sepi. Sebagian besar pemuda-pemudi meninggalkan taman itu khawatir hujan deras turun. Tapi bagi Dony dan Salmah, apapun yang terjadi, mereka akan terima. Itulah konsekuensi dari hubungan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun