Mohon tunggu...
Haeril Halim
Haeril Halim Mohon Tunggu... -

Pikiran kita memang bukan pikiran orang lain. Tapi semakin tumbuh pribadi kita, semakin pikiran kita mewakili pikiran banyak orang......\r\n\r\n\r\n\r\nLAHIR DAN BESAR DI POLEWALI, SULAWESI BARAT.......\r\n\r\nALUMNI SASTRA INGGRIS UNHAS, FOKUS LINGUISTIK.......\r\n\r\nALUMNI INTERNATIONAL ENGLISH LANGUAGE STUDY PROGRAM (IELSP) 2009 OHIO UNIVERSITY, ATHENS, OHIO, AMERIKA SERIKAT....\r\n\r\nSEKARANG (2011-2012) MENNGIKUTI COMMUNITY COLLEGE INITIATIVE PROGRAM (CCIP) DI PIERCE COLLEGE, WASHINGTON STATE, AMERIKA SERIKAT, FOKOS STUDI MEDIA DAN KOMUNIKASI....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia dan Topeng-Topeng yang Berinteraksi dalam Masyarakat

4 Maret 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:31 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah saat kuliah dosenku mengatakan bahwa arti kata "person" itu adalah "topeng". Untuk mengecek pendapat tersebut saya membuktikannya dengan membuka kamus online dan segera mengetik entri "person". Seperti yang kita keteahui bersama adalah makna bersama yang kita pahami mengenai "person" adalah "orang" (singular). Makna itulah yang kita ambil dan gunakan selama ini tanpa pernah melihat asal usul katanya.

Terlepas dari makna umum itu, saya menemukan fakta mengenai asal dari kata "person", berikut kutipan yang saya ambil dari website kamus online, www.dictionary.com:

Origin: 1175–1225; Middle English persone < Latin persōna role (in life, a play, or a tale) ( Late Latin: member of the Trinity), orig. actor's mask < Etruscan phersu (< Greek prósōpa face, mask) + -na a suffix

Mari kita menelusuk asal kata "person" dari bahasa Yunani (Greek). Dalam bahasa Yunani artinya "mask" atau "face". Dalam bahasa Indonesia bisa kita terjemahkan "topeng" atau "wajah". Saya lebih memilih menerjemahkannya "topeng". Mengapa?

Merujuk ke realita sosial, dalam berinteraksi kepada sesama manusia kita sangat jarang memperlihatkan siapa diri kita sendiri. Kita membutuhkan "topeng" untuk membuat citra diri atau kita berusaha membuat orang mengambil kesimpulan mengenai diri kita sendiri berdasarkan gambaran yang kita mau. Contohnya seseorang yang dikenal suka senyum maka dalam kondisi apapun baik sedih maupun stress sekalipun untuk menjaga citra "suka senyum" itu maka dia akan berusaha untuk tetap menebarkan senyuman agar orang lain tidak merubah persepsi dirinya tersebut.

Perubahan persepsi dari orang lain mengenai diri kita sangat mungkin terjadi jika kita lupa memakai topeng diri tersebut. Bahkan setiap orang besar kemungkinan untuk memakai topeng lebih dari satu dengan berbagai justifikasi. Contohnya seorang dosen yang dikampus nampak baik dan ramah tapi ternyata dilingkungan rumah dia adalah seorang yang tempramen terhadap anak-anak atau keluarganya.

Dari pembahasan ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan sesama cenderung menggunakan topeng untuk membuat diri kepada orang lain. Jika ingin memetaporakannya, manusia adalah topeng-topeng yang berinteraksi dengan topeng-topeng lainnya di masyarakat.

Salam,

Haeril Halim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun