Pernah saat kuliah dosenku mengatakan bahwa arti kata "person" itu adalah "topeng". Untuk mengecek pendapat tersebut saya membuktikannya dengan membuka kamus online dan segera mengetik entri "person". Seperti yang kita keteahui bersama adalah makna bersama yang kita pahami mengenai "person" adalah "orang" (singular). Makna itulah yang kita ambil dan gunakan selama ini tanpa pernah melihat asal usul katanya.
Terlepas dari makna umum itu, saya menemukan fakta mengenai asal dari kata "person", berikut kutipan yang saya ambil dari website kamus online, www.dictionary.com:
Origin: 1175–1225; Middle English persone < Latin persōna role (in life, a play, or a tale) ( Late Latin: member of the Trinity), orig. actor's mask < Etruscan phersu (< Greek prósōpa face, mask) + -na a suffix
Mari kita menelusuk asal kata "person" dari bahasa Yunani (Greek). Dalam bahasa Yunani artinya "mask" atau "face". Dalam bahasa Indonesia bisa kita terjemahkan "topeng" atau "wajah". Saya lebih memilih menerjemahkannya "topeng". Mengapa?
Merujuk ke realita sosial, dalam berinteraksi kepada sesama manusia kita sangat jarang memperlihatkan siapa diri kita sendiri. Kita membutuhkan "topeng" untuk membuat citra diri atau kita berusaha membuat orang mengambil kesimpulan mengenai diri kita sendiri berdasarkan gambaran yang kita mau. Contohnya seseorang yang dikenal suka senyum maka dalam kondisi apapun baik sedih maupun stress sekalipun untuk menjaga citra "suka senyum" itu maka dia akan berusaha untuk tetap menebarkan senyuman agar orang lain tidak merubah persepsi dirinya tersebut.
Perubahan persepsi dari orang lain mengenai diri kita sangat mungkin terjadi jika kita lupa memakai topeng diri tersebut. Bahkan setiap orang besar kemungkinan untuk memakai topeng lebih dari satu dengan berbagai justifikasi. Contohnya seorang dosen yang dikampus nampak baik dan ramah tapi ternyata dilingkungan rumah dia adalah seorang yang tempramen terhadap anak-anak atau keluarganya.
Dari pembahasan ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan sesama cenderung menggunakan topeng untuk membuat diri kepada orang lain. Jika ingin memetaporakannya, manusia adalah topeng-topeng yang berinteraksi dengan topeng-topeng lainnya di masyarakat.
Haeril Halim