[caption id="attachment_379011" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok. pribadi"][/caption]
Sabtu, 22 November 2014.
Sejak pagi buta saya sudah bangun, mruput dengan backpack dari Anyer menuju Jakarta untuk mengikuti acara Kompasianival. Setibanya di sana waktu masih pukul 09.30. Langsung saja saya masuk ke bagian dalam gedung, menanti kedatangan Bapak Ignasius Jonan.
Perubahan ala Bapak Ignasius Jonan
Kedatangan Bapak Ignasius Jonan disambut oleh para kompasianer yang pagi itu belum terlalu ramai namun cukup padat di dalam ruangan. Bapak Ignasius Jonan pun memulai speech nya dengan menceritakan gebrakan yang ia lakukan terutama saat menjadi Dirut KAI. Beliau menceritakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku-perilaku buruk para penumpang kereta. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah kalimat-kalimat terakhir beliau yang mengatakan “Berbuat hal baik sekali saja dalam sehari, dalam 365 hari, dalam setahun Anda akan menjadi manusia yang lebih baik”.
Di pertengahan hari saya kembali ke ruangan. Semula hanya ingin menunggu kedatangan Bapak Ahok dan Ridwan Kamil. Tapi ternyata yang saya dapatkan adalah ilmu yang selama ini belum pernah saya dapatkan.
Mengenal Etika dan Hukum di Dunia Maya
Ini adalah kali pertama saya mengikuti Blogshop mengenai Netiket dan Cyberlaw. Pembicara blogshop ini adalah Megi Margiyono (Pemerhati Media Sosial & Pakar Cyber Crime) dan Heru Margianto (Wakil Redaktur Pelaksana KOMPAS.com). Kedua topik tersebut bukanlah hal baru namun ada poin-poin yang menjadi perhatian penting. Hal uang perlu diingat adalah bahwa dunia nyata itu sama dengan dunia maya. Di dunia maya pun kita berhubungan dengan manusia, bedanya adalah di dunia maya yang dilihat adalah tulisan. Kita punya kesempatan untuk membaca ulang apa yang akan kita publikasikan. Tidak seperti di dunia nyata yang segala sesuatunya bersifat spontan. Sedangkan untuk cyberlaw sendiri, hal yang harus dicamkan oleh para penulis adalah menulislah seperti gaya menulis surat pembaca untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan, yang paling utama adalah jangan membuat kesalahan di internet. Sekali saja membuat kesalahan hukumannya tidak hanya di dunia maya, tetapi juga ada di dunia nyata (detailnya akan saya buat dalam artikel terpisah)
Belajar Menjadi Penulis Opini bersama Budiarto Shambazy
Blogshop yang ini sangatlah menarik sebab bagi saya ini adalah kali pertama mendapatkan ilmu jurnalistik. Bapak Budiarto Shambazy atau yang disapa mas Bas menyampaikan dasar-dasar dalam menulis opini, bagaimana opini itu dibuat, apa saja yang seharusnya dicantumkan di dalamnya. Hal yang harus dicatat bagi penulis opini adalah “Jangan sekali-kali berpihak”, “Berikanlah ide-ide yang seksi”, “Rajin-rajinlah mengikuti perkembangan”, serta “Jeli melihat berita penting namun tidak menonjol”. Dalam penulisan opini yang paling utama menurut mas Bas adalah “Showing not Telling”, berikan pula kesimpulan dan solusi dari permasalahan yang diangkat tidak hanya memberikan kritik semata (detailnya akan saya buat dalam artikel terpisah)
Tiga Tokoh, Tiga Perubahan
Jelang sore kompasianival kedatangan dua tamu agung yang sudah dinanti-nantikan yakni, Gubernur DKI Jakarta, Bapak Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih sering disapa Ahok dan Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil atau Kang Emil. Keduanya mengupas habis visi mereka kepada daerah yang dipimpinnya. Jika Ahok ingin Jakarta seperti Chicago maka Kang Emil ingin Bandung seperti New York. Keduanya juga sama-sama ingin melakukan reformasi birokrasi di pemerintahan. Masing-masing memiliki cara-cara tersendiri untuk mewujudkan programnya tersebut. Jika Ahok ingin mengubah seluruh fasilitas di Jakarta berbasis e-layanan, maka Kang Emil akan memberikan fasilitas yang serba gratis dan hemat pada masyarakat dengan “fun day”nya. Duet di atas panggung ini menarik untuk ditonton. Apalagi ketika Ahok berkelakar ingin mengganti separuh dari kerugian pasca kemenangan PERSIB. Oh ya, dari sini saya juga tahu kalau Kang Emil ini sebelum menjadi Walikota adalah salah seorang yang membantu Jokowi untuk mendesain kota Jakarta sewaktu masih menjabat sebagai Gubernur. Tokoh yang terakhir adalah Bapak Ganjar Pranowo. Bapak yang satu ini memang pada saat pemilihan gubernur kurang diperhitungkan, namun nyatanya beliau berhasil menjadi orang nomer satu di Jawa Tengah. Beliau berusaha memajukan provinsi yang dipimpinnya ini dengan berbagai gebrakan. Dimulai dari mereformasi birokrasi tanpa gratifikasi hingga niatnya untuk memajukan pariwisata (detailnya saya buat di artikel terpisah)
[caption id="attachment_379027" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok. pribadi"]
Tarian Malinau Memukau
Di sela-sela menunggu kedatangan Pak Ganjar, panggung kompasianival diramaikan dengan kehadiran para penari Malinau dari Kalimantan Utara. 18 orang penari yang masih mudah ini membawakan tarian yang sangat memukau. Berbalut pakaian khas dari Kalimantan mereka membius penonton dengan gerakan kaki yang lincah diantara hentakan suara bambu. Saya, bahkan mungkin kebanyakan kompasianer baru kali ini melihat penampilan mereka. Tarian yang betul-betul indah. Sorot lampu berwarna-warni serta narasi yang dibacakan menambah keindahan dari tarian yang dibawakan dengan manis ini.
[caption id="attachment_379028" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok. pribadi"]
Pada akhirnya kompasianival berakhir dengan adanya pemberian award. Selama satu hari saya berada di Gedung Sasono menikmati berbagai acara di Kompasianival. Saya juga sempat berkeliling ke berbagai booth, mulai dari western union, Kispray, TDA, Indonesia mengajar, BKKBN, KemenPU, Good day, Indosat, juga komunitas dari kompasiana seperti fiksiana, KPK, desa rangkat, dll. Tiap-tiap booth memiliki keunikan masing-masing. Saya juga sempat membawa souvenir dan hadiah yang ditawarkan oleh tiap-tiap booth. Saran saja untuk kedepannya jika membuat dua panggung sebaiknya dibuat di hari yang berbeda. Jujur selam acara kompasianival kemarin saya hanya berfokus di gedung bagian dalam. Saya sebenarnya ingin sekali mengikuti kompasiana nangkring di panggung depan namun saya tak ingin galau, sehingga saya putuskan untuk mengikuti acara di panggung dalam. Yang pasti saya ucapkan terima kasih untuk Kompasiana yang telah membuat acara yang bagi saya sangat bermanfaat dan menghibur. Rasanya sehari kompasianival itu kurang, mungkin tahun depan bisa di senayan, JCC, atau malah GBK, hehe... Terima kasih kompasiana^^
[caption id="attachment_379029" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok. pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H