Mohon tunggu...
parameswari
parameswari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kalau kamu malas kuliah, ingatlah ibu dirumah | mahasiswi tanpa KTP | #ForzaSleman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Agama Menjadi Pemisah Antar Manusia ??

14 Desember 2013   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, saya di sini berbicara sebagai orang biasa, awam, bukan seorang ahli atau teolog dan tanpa bermaksud menjelek-jelekkan agama lain atau membanggakan agama saya. Di sini saya hanya menyampaikan opini saya saja.

Sudah terdengar sampai manakah kabar tentang "hukum mengucapkan selamat natal" ?? Saya harap, anda yang membaca artikel saya ini sudah mendengar/membacanya dari suatu media.

Beberapa saat yang lalu, saya sudah mendengar hal ini di radio, di mana ada acara tanya jawab dengan seorang Ustadz dan ada yang bertanya, "apakah boleh mengucapkan Selamat Natal kepada saudara yang beragama Kristen ?" dan sang Ustadz menjawab dengan penjelasan panjang lebar dan intinya tidak memperbolehkan, boleh mengirim ucapan, tetapi hanya bertulis "selamat", sebab 'katanya' kalau menggunakan istilah tersebut atau menggunakan barang-barang dengan nuansa itu dianggap sama seperti mereka yang merayakan. Saat mendengarkan itu, betapa terkejutnya saya, bagaimana bisa ??

Kemudian akhir-akhir ini tersiar di media bahwa Ulama Aceh mengharamkan ucapan selamat Natal, dengan alasan dan dalil-dalil yang sama diucapkan oleh Ustadz yang saya dengarkan acaranya di radio.

Saya tidak mau menjelek-jelekkan atau semacamnya, tetapi ini suatu kenyataan yang aneh bukan ?? Di mana di negara kita ini segalanya mulai menjadi irrasional, semakin tidak jelas arah pikir manusia-manusianya, entah dalam politik, dalam ekonomi, dalam budaya, dalam SEPAK BOLA dan sekarang dalam agama, agama yang seharusnya menjadi dasar dalam menjalankan hidup sehari-hari dan berdinamika bersama malah membuat 'hidup sehari-hari' itu terkunci dan terbatas. Terkotak-kotak.

Semua agama, pada dasarnya mengajarkan hal yang sama, dan (menurut saya) sesungguhnya Allah kita sama, tapi karena setiap agama memiliki cerita yang berbeda-beda citra Allah dan ajaranNya di masing-masing agama terlihat berbeda, dan hal itulah yang membuat perbedaan pendapat antar agama sering terjadi, padahal Allah kita semua sama, Allah yang akan menyelamatkan, Allah yang Maha Segalanya. Perbedaan pendapat itu tidak salah,karena memang sewajarnya ada, tetapi perbedaan pendapat yang berujung dengan permusuhan ?? Yang memunculkan dengki dan membuat menutup diri ?? Bisa disebutkan Allah siapa yang mengizinkan menutup diri pada agama lain ?? Apakah ada ?? Allah itu adalah sumber dari segala hal yang baik, dan menutup diri bukanlah hal yang baik, jadi menurut saya, Allah tak pernah mengajarkan untuk menutup diri, Ia ingin umatNya saling menghargai dan terbuka, meski berbeda.

Berhubung saya bukan Teolog, saya tidak ingin berbicara lebih mengenai hal tersebut melalui kaca mata agama, baiklah kita meninjau dari sisi Indonesia sendiri. Menurut sejarah, saling terbuka dan menghargai antar agama sudah terjadi sejak dulu, pada masa kerajaan, antara Buddha, Hindu dan agama asli bangsa Indonesia hidup saling berdampingan, tidak pernah ada kerusuhan antar agama atau semacamnya, saat itu semuanya berdinamika bersama. Kemudian seperti yang kita tahu, sila pertama pada Pancasila diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa", kenapa ? Karena agar terbuka, para pendiri bangsa tidak merancang suatu negara Theokrasi, tetapi negara Demokrasi Pancasila, dan sila - sila Pancasila itulah yang akan menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama,  "Ketuhanan Yang Maha Esa" adalah sila yang mendasari sila-sila berikutnya, sebab paling luas jangkauannya, dan dapat dikhususkan menjadi sila kedua, ketiga, keempat yang memiliki tujuan akhir sila ke lima.

Nilai utama dari sila ini sendiri adalah Tuhan, Tuhan adalah yang utama, sumber dan tujuan akhir dari segalanya, Ia adalah causa-prima sekaligus sangkan paraning Dumadi. Dan semua agama mengakui hal ini bukan ?? Jadi, masihkah ada yang bilang Allah setiap agama berbeda dan memiliki ajaran sendiri ?? Masihkah ada pengkotak-kotakan ?? Masih adakah penutupan diri ??

Allah pasti sekarang bersedih ketika melihat Indonesia, dengan awalnya yang bahagia dengan semuanya yang bisa berdinamika bersama, bisa saling menghargai, kini ?? Menutup diri dengan alasan ajaranNya. Allah sedih, Ia seperti seseorang yang menimbulkan salah paham, Ia seperti sumber masalah padahal bukan Ia yang melakukannya, Ia sedih karena umatNya malah saling menutup diri dan mengatasnamakan diriNya, Ia sedih kini manusia yang Ia ciptakan, seperti bukan manusia lagi...

"Segala sesuatu yang baik berasal dari Allah"

Kemudian, siapa yang menciptakan pengkotak-kotakan itu ?? Manusia ?? Atau manusia yang bukan manusia lagi ??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun