Sudut pandang dan narasi adalah penentu dalam melihat tragedi wiranto. Jika anda banyak terpapar narasi anti pemerintah dan melihat dalam sudut video yang terhalang.
Aura framing settingan bisa muncul, tapi dalam video terbaru dari sudut berbeda yang berasal dari unggahan di facebook, terlihat bagaimana pak Wiranto diserang secara brutal nan kejam oleh pelaku, dalam gerakan sangat cepat dengan lebih dari satu tusukan, pelaku yang ternyata adalah teroris, berhasil melumpuhkan pak Wir sepersekian detik.Â
Pelaku sendiri terkait dengan jaringan teroris JAD dengan nama alias abu Rara yang selama ini menebar teror didalam negeri. Pelaku benar-benar mempertontonkan kenekatan aksinya didepan banyak orang dan anak-anak.Â
Serangan yang cepat itu juga mengindikasikan bahwa pelaku memang sangat terlatih dalam pertempuran jarak dekat. Aksi nekat disiang hari bolong  tersebut bak film-film action dimana pelaku diliputi amarah membara dan kebencian yang sangat mendalam pada tokoh protagonis.
Tragedi yang dialami oleh pak Wiranto adalah sebuah kekalahan negara dalam 'pertempuran' jarak dekat, bayangkan seorang pejabat negara, Menkopolhukam, diserang di siang hari bolong tanpa ada antisipasi berarti dari segi keamanan dan intelijen, pertanyaan berikutnya bagaimana keamanan masyarakat umum yang tak mendapat pengawalan seperti Menkpolhukam dan ini adalah slah satu pekerjaan rumah besar bagi pemerintahan presiden Jokowi jilid II.Â
Namun ada yang lebih parah dari itu semua saat ini yakni adanya  beberapa framing yang mengatakan kejadian wiranto diserang adalah settingan. Framing tersebut  menyebabkan sebagian masyarakat cendrung untuk tak langsung percaya dan terbelah menjadi 2 paradigma untuk percaya kabar ini. Â
Video yang diunggah di Facebook ini baru baru ini secara otomatis mematahkan semua framing settingan terhadap apa yang menimpa pak Wiranto, dan untuk influencer media sosial, yang menjadi figur publik harus bisa menahan diri dari segala macam isu yang menyesatkan dan reaksi yang cendrung berlebihan.Â
Framing Hoax
Sangat disayangkan beberapa influencer sempat meragukan kabar tersebut, Hanum Rais contohnya, mantan penyiar disalah satu tv swasta tersebut yang juga anggota DPRD DIY dari partai PAN menjadi sorotan terkait komentarnya tentang kejadian yang dialami Wiranto. Tanpa menyebutkan nama Wiranto, Hanum Rais pun mengunggah kalimat berikut:
"Setingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper. Karena tidak bakal dipakai lagi. Play victim. Mudah dibaca sebagai plot. Di atas berbagai opini yang beredar terkait hits siang ini. Tidak banyak yang benar-benar serius menanggapi. Mungkin karena terlalu banyak hoax-framing yang selama ini terjadi,"
Tweet yang langsung dihapus dan kemudian Hanum mengunci akun twitternya, tapi tak mampu menghapus jejak digitalnya. Hanum pun punya riwayat yang tergesa-gesa dalam menanggapi kabar yang beredar seperti kabar Ratna Sarumpaet yang operasi plastik tapi namun diframing seperti abis dikeroyok.Â
Hanum sempat memposting Ratna Sarumpaet, walau akhirnya terungkap kebeneran yang ada, Hanum benar-benar tidak menjadikan ini sebagai pelajaran. Karena unggahan yang terburu-buru perempuan juga dikenal sebagai penulis Novel jadi pusat perhatian di media sosial.
Ada juga @JRX_SID dan akun Facebook  Gilang Kazuma Shiumura, mereka berdua mengunggah kalimat dalam nada satir, namun usai unggahan tersbut keduanya terpantau hilang dari twitter dan facebook. Akun @JRX_SID tercatat telah tersuspend akibat report massal di Twitter.Â
Sedangkan Gilang  Kazuma Shiumura tidak diketahui, walau sebelumnya Gilang sudah coba minta maaf, namun tak lama kemudian akunnya pun hilang begitu saja dari Facebook.
Sungguh disayangkan kejadian yang harus membuat masyakat bersatu menangkal terorisme malah saling hujat dan terbelah akibat ketidaksabaran.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H