Jangan bertanya nyali pada majalah Tempo, mereka sudah terbiasa dengan perkara dalam hal jurnalistik sejak zaman orde baru, pembredelan pun bukan baru, jadi untuk sekedar kritisi dan 'menguliti' semua hal tentang kebijakan pemerintah, jemari para kuli tintanya siap bergerak menuntun menuju arah kebenaran. Sejak dahulu Tempo selalu 'panas' untuk kritis terhadap kebijakan pemerintah, kalau rata-rata media mencari aman agar memiliki keberlangsungan yang lama, tempo berbeda, mereka menentang arus, padahal mencari perkara di zaman orde baru berujung nyawa taruhannya. Â Karena itu itulah apabila sekarang Tempo dengan majalahnya begitu kritis ya itu karena masa lalu mereka sudah begitu.
Perasaan kecewa yang dirasakan pendukung presiden Jokowi melalui komunitasnya Jokowi Mania akibat karikatur Pinokio membuat mereka melapor ke dewan pers. Cover majalah tempo yang dianggap menghina presiden sebenarnya sudah diantisipasi dengan memakai bayangan tapi tetap saja kritis lewat karikatur Tempo memang menusuk sedalam-dalamnya. Majalah Tempo pun  coba memberitakan tentang bagaiman pemerintahan Jokowi yang setuju revisi uu KPK.
Perwakilan Jokowi mania saat melapor ke dewan pers, Imannuel Ebenezer yakni ketua umum Jokowi mania, saat diwawancarai beberapa media, mengatakan sampul Majalah Tempo edisi 16-22 September tak lagi menganut kaidah jurnalistik, melainkan cenderung menjadi alat propaganda. Ia menuding sampul majalah seperti itu tidak mendidik bagi masyarakat.
Bredel
Untuk masalah kritik, majalah tempo bukanlah anak kemarin sore, tempo sudah 2 kali mendapat pembredelan ketika zaman orde baru. Perlu diketahui tak gampang melawan arus daripada kebjakan pemerintah orde baru. Simbol orde baru dengan presiden Soehartonya sedang berada dipuncak karir yang ternyata mengokupasi semua lawan politiknya. Pembredelan pertama majalh Tempo terjadi tahun 1982 ketika Tempo yang baru terbit dan berstatus anak bawang berani secara terbuka mengkritik orde baru dan partai Golkar, setelah dibredel majalah Tempo dapat terbit lagi setelah ada perjanjian dengan menteri penerangan saat itu Ali Moertopo.
Tempo tentu merasa gatal untuk tidak 'menguliti' pemerintahan dan membongkar kezaliman, 12 tahun kemudian, tepatnya tahun 1994,Tempo kembali mengkritik pemerintah karena pembelian kapal perang yang penuh kecuranagan, anggaran pun dilipat gandakan sebesar 60 kali lipat dari harga aslinya, korupsi yang massif dizamannya Kemudian melalui Menteri Penerangan saat itu Harmoko, majalah Tempo resmi bersemayam sampai orde baru tumbang.
Setelah orde baru tumbang dan lahirnya undang-undang pers oleh Almarhum presiden Habibie, Tempo bangkit dan lahir kembali, kini setelah kenyang akan pengalaman tentang kritik pemerintahan, Tempo berusaha kembali pada fitrah sebagaimana harusnya media kepada pemerintah, demokrasi.
Masa Kini
Dimasa sekarang tempo grup melalui majalah Tempo sering mengeritik pemerintah dengan format karikatur yang menjadi sampul majalahnya. Di sampul depan biasanya akan berformat 'menyerang' dengan sindiran, sebuah sarkasme dari karya. Ternyata bukan hanya Jokowi, banyak pihak yang sebelumnya sudah gerah lewat karikatur cover majalah Tempo seperti  Majalah Tempo edisi 10 Februari 2008, yang berjudul "Setelah Dia Pergi", cover ini menuai polemeik karena Presiden ke 2 RI Soeharto bersama anak-anaknya digambarkan di meja makan, dan dianggap mirip dengan format lukisan perjamuan terkahir "The Last Supper" karya Leonardo Da Vinci. Cover ini diprotes karena terindikasi menyinggung perasaan umat kristiani, akhirnya Tempo melalui pemimpin redaksinya meminta maaf.
Kemudian majalah Tempo edisi 17 November 2008 edisi "siapa peduli bakrie " juga menndapat protes dari Bakrie karena dalam cover terlihat angka "666 di bagian kepala gambar Ical, angka 666 ini sangat terkenal sebagai simbol iblis,", Bakrie memilih menyelesaikan polemic lewat jalur hukm daripada lewat jalur dewan pers. Pada majalah Tempo edisi 28 Juni 2010 yang berjudul "Rekening Gendut Perwira Polisi" memuat gambar karikatur seorang perwira yang sedang menggiring tiga celengan babi. Sontak saja gambar sampul itu menuai protes dari kalangan kepolisian. Gambar sampul majalah Tempo itu dipandang telah menghina Polri secara kelembagaan dan mePOLRI melayangkan protes ke dewan pers. Tempo edisi 17 desember 2012 dengan judul "tiga malarangeng" , cover tempo memuat foto Mallarangeng bersaudara berdiri sambil memeluk uang, tiga Mallarangeng bersaudara berdiri selayaknya sedang memancing. Andi dan Rizal digambarkan sedang memeluk "ikan" yang bergambar gulungan uang pecahan 100 dollar Amerika, sedangkan Choel digambarkan tengah mengangkat karung berlambang Euro. Ketiganya, pada sampul tersebut, memperlihatkan senyum yang sumringah. Hal ini juga langsunh diprotes oleh Mallarangeng, namun sayang beberapa saat kemudian Rizal Malllareanggeng manjadi tersngka KPK akibat kasus wisma atlet.
ahok", Tempo pun merilis adanya dugaan aliran dana dari pengembang sebesar Rp 30 miliar kepada Teman Ahok melalui Cyrus Network (CN) dan Sunny Tanuwidjaja, sontak membuat beberapa orang disekitar lingkaran Ahok melayangkan protes ke dewa pers.
Majalah Tempo edisi 20-26 Juni 2016 dengan judul "Duit reklamasi untuk teman-temanBegitulah majalah Tempo membuat independisi dan garis lurusnya melalui karikatur sampul depan majalahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H