Bersiap-siap, hal itulah yang harus dilakoni oleh para pegawai startup unicorn dari Indonesia, Bukalapak, karena badai PHK mulai datang dan akan menerpa berbagai divisi di Bukalapak.Â
Dari wawancara yang dihimpun oleh beberapa media online, ternyata isu PHK bukan isapan jempol belaka, lalu mengapa startup  yang didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky beserta dua orang temannya semasa berkuliah di Institut Teknologi Bandung, Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono seperti diterpa badai krisis.
Dari data dari iPrice jumlah karryawan Bukalapak adalah 2.696 karyawan pada kuartal II 2019. Di sektor e-commerce Indonesia, mereka hanya kalah dari Shopee yang punya 3.017 karyawan dan Tokopedia di tempat pertama dengan 3.144 pada periode yang sama, bisa dibayangkan beberapa banyak karyawan yang di PHK.Â
Isu PHK ini berbarengan dengan turunnya jumlah pengunjung web pada Bukalapak yakni 89.765.800 pada kuartal I 2019.Â
Pada kuartal ini, kunjungan web bulanan Bukalapak menurun sebanyak 22% dari kuartal sebelumnya, menyebabkan Bukapalak turun satu peringkat ke peringkat ketiga. Posisi Bukalapak direbut oleh Shopee ID yang mencatat kenaikan jumlah pengunjung webnya.
Jauh sebelumnya isu PHK, Bukalapak melalui CEOnya  Achmad Zaky sempat mengundang 'protes' dari pendukung kubu Jokowi semasa pilpres 2019.
Ini terkait atas  cuitan Twitter pribadi Achmad Zaky terkait Industri 4.0 yang menyinggung Presiden baru sehingga lahirlah gerakan #uninstallbukalapak yang juga menjadi trending topic di Twitter.Â
Biaya riset dan pengembanannya yang dimiliki Indonesia memang masih dibwah-bawah negara-negara seperti Malaysia, padahal biaya riset dan pengembanyan sudah mencapai $ 2 M dollar tahun 2016.
Lahirnya Bukalapak.
Bukalapak memiliki makna yang sederhana yaitu semua orang bisa menggelar barang dagangan nya tanpa modal yang besar dan melakukan transaksi di sebuah lapak digital.Â