Melihat bagaimana Gubernur Anies mengembangkan transportasi Jakarta mulai membangun konsep OK-OTrip yang berevolusi menjadi Jak-Lingko, yang bisa dibilang adalah sisi liar menaklukan kemacetan Jakarta.Â
Angka kendaraan yang mengaspal menembus 20 jutaan, jumlah ini selain mengalahkan jumlah penduduk Jakarta juga membuat jalan di Jakarta takkan sanggup menampung kendaraan bermotor sebanyak itu, dengan jumlah demikian  kemacetan adalah hal yang pasti terjadi dan menyebalkan.
Transjakarta pun berubah, dari menjadi bahan tertawaan karena mampu mengangkut 86 juta setahun atau 235 ribu sehari hingga sekarang mencapai 800 ribu sehari, mencakup 60 % wilayah Jakarta.Â
Dengan jangkauannya kini Transjakarta menjadi primadona dan andalan warga DKI, Hingga hari ini Tranjakarta mampu melayani bepergian dengan berbagai trayek baru yang dikembangkan dari 13 rute koridor Transjakarta.Â
Belum lagi Tranjakarta mampu menangkap peluang dengan membuat halte di berbagai stasiun seperti di Manggarai dan Di Tebet. Ditambah gabungaan angkot yang terkoneksi Jak Lingko mampu menaikkan penumpang Transjakarta semakin tinggi.
Jakarta mulai berbenah, setelah MRT beroperasi, stasiunnya pun ada yang terhubung langsung dengan Transjakarta yakni di stasiun Bunderan HI. MRT Jakarta kini rata-rata mengangkut 100 ribu orang perhari, dengan 1 juta orang naik Transjakarta dan MRT ditambah 1,4 juta orang naik Commuter Line.
Melihat data di atas harusnya kemacetan Jakarta bisa diurai, tapi kenyataan yang ada Jakarta masih dikepung macet. Maka ada anekdot yaitu menghilangkan kemacetan dari Jakarta adalah salah satu keajaiban dunia.
LRT JAKARTA
Lintas Raya Terpadu begitulah istilah yang diperkenalkan Pemerintahan Daerah DKI Jakarta untuk Light Rail Transit. LRT Jakarta beda dengan LRT Jabodebek, beda rute. Untuk rute LRT Jakarta baru sampai Kelapa Gading-Veleodrome 5,8 KM kalah jauh dengan LRT Jabodebek 44,5 km dari Bekasi Timur-Cibubur hingga ke Dukuh Atas.Â
LRT Jakarta Kelapa Gading-Velodrome sendiri niatnya akan dipamerkan saat Asian Games 2018 namun gagal karena pengerjaan yang belum selesai.
Hingga saat ini LRT Jakarta telah beberapa kali uji coba publik dan secara pengoperasian LRT Jakarta masih belum bisa untuk dilepas ke publik. Jika 2018 memang LRT Jakarta "dipaksakan"beroperasi, maka ia hanya akan menjadi single route tanpa terkoneksi dengan moda transportasi lain seperti Transjakarta.
Selama jembatan penghubung ini tidak dibuat akan membuat LRT Jakarta hanya menjadi "kereta wisata" karena secara jalur yang berdiri sendiri dan tidak memudahkan mobilisasi penumpangnya. Ini yang akhirnya dilihat dan dibenahi oleh pemerintah DKI Jakarta.Â
Pembangunan Skybridge menjadi kunci koneksi LRT Jakarta untuk terhubung dengan bus-bus Transjakarta. LRT Jakarta tidak lagi menjadi single route, melainkan terkoneksi ke MRT melalui Transjakarta. Gubernur Anies pun menghadirkan Jembatan Penyeberangan Orang yang instragramble seperti di kawasan Senayan untuk warga di sekitaran Rawamangun, Jakarta Timur.Â
Ujung rute yang menuju stadion BMW lebih baik dari pada membagi jalur Transjakarta koridor 4 menuju Dukuh Atas mengingat jumlah penumpang koridor 4 tidak mencapai 1 juta penumpang. LRT Jakarta baiknya mencari jalur di mana transportsi seperti Transjakarta belum hadir.
Salam Transportasi Publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H