Beranda
Pembangunan di Indonesia senantiasa stagnan pasca krisis ekonomi 1998, dan sebelum krisis ekonomi tersebut pembangunan infrastruktur cendrung terpusat disatu wilayah, Jawa, ya  pulau Jawa sering menjadi gerbong pembangunan di Indonesia. Jalan-jalan di pulau Jawa dibangun dengan lebar 2 sampai 4 lajur dan beraspal, jalan tolnya menghubungkan seluruh propinsi di pulau Jawa, pelabuhan dibangun hampir setiap propinsi di pulau Jawa hingga bandara berlabel internasional terhampar di pulau Jawa. Hal yang timpang ini memicu kecemburuan di daerah yang tingkat pembangunan relatif rendah dibanding dengan pulau Jawa.  Hal yang paling kronis adalah tumbuh di daerah-daerah yang tertinggal tersebut rasa iri hingga benih-benih untuk merdeka, separatis. Rasa untuk mendirikan negara sendiri serta mengelola kekayaan alam secara mandiri terpikir dibenak, kemandirian untuk tidak melulu dikelola diatur oleh pemerintah pusat yang berada di Jakarta, Pulau Jawa, mereka ingin swakelola, merdeka.
Gerakan separatis tumbuh seiring terusnya ketimpangan pembangunan di Indonesia, di ujung barat, Aceh, yang kaya akan Minyak Bumi dan Gas Alam tapi miskin pembangunan infrastruktur menumbuhkan Gerakan Aceh Merdeka. Di Maluku, propinsi dengan kekayaan alam berupa gas alam dan nikel, merebak Republik Maluku Selatan, serta Papua yang melimpah dengan emas, tembaga dan Minyak Bumi serta gas alam, meronta dengan ambisi untuk merdeka lewat OPM. Pemerintah dahulu menangggapi secara represif, dengan pemikiran militer, maka timbul adu senjata, nyawa pun hilang secara sia-sia.
Daerah perbatasan juga yang paling merana dan paling cepat untuk membuat "keadilan", ketika pembangunan di daerah perbatasan dengan tingkat rasio yang minim ditambah terisolasi dari tanah air sendiri maka warga daerah perbatasan cepat untuk hinggap pada kesuksesan negeri seberang yang membangun infrastruktur hingga ke perbatasannya, Pelabuhan, jalan yang bagus dan beraspal memikat nasionalisme warga perbatasan dari Indonesia. Alhasil warga negara Indonesia di perbatasan pun bahagia dengan sinyal negeri tetangga, ditambah barang-barang kebutuhan pokok dari negeri tetangga yang murah meriah, sebagian "keadilan" itu memaksa untuk pindah kewarganegaraan karena merasakan perhatian dari negara dengan pembangunan infrastrukturnya, ironi.
Waktu berlalu kini pemerintah dibawah komando presiden Jokowi coba menghapus stigma, semua daerah, semua pulau besar, dan daerah perbatasan harus merasakan yang namanya pembangunan infrastruktur, Indonesia Sentris, tak hanya gegap gempita di pulau Jawa tapi disemua daerah, ada Sumatera dengan tol trans Sumatera dan jalur kereta api Aceh- Sumatera Utara, Kalimantan dengan jalan tol Balikpapan-samarinda, jalur kereta api, Pulau Sulawesi dengan jalan tol Manado-Bitung dan jalur rel kereta api Makasar-Pare-pare, Maluku dengan pembangunan Jembatan Merah Putih yang mendekatkan dua sisi teluk Ambon, Papua dengan jalan trans Papua sepanjang 4.300 km mulai dari Sorong, Manokwari, Enarotali, Nabire , Wamena dan Merauke. serta Jalan-jalan yang dibangun pada perbatasan di Papua.
Kinerja Kementrian PUPRÂ
Pembangunan Infrastruktur Indonesia sentris menjadi visi dan misi Kementrian PUPR. Dalam hal ini Kementrian PUPR mempunyai kewajiban akan 3 hal pembangunan yaitu Sumber daya air, Transportasi, dan Pemukiman. Untuk sumber daya air Kementrian PUPR mengupayakan pembangunan jaringan irigasi permukaan sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur, pembanguan jaringan irigasi ini telah dilakukan seluas 429.739 Ha, dengan jaringan  irigasi rawa seluas 202.386 Ha, dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) seluas 14.020 Ha. Selain itu juga dengan upaya rehabilitasi Irigasi permukaan seluas 2.021.439 Ha dan pemeliharaan jaringan irigasi permukaan seluas 2.479.412,37 Ha,Kondisi jaringan  permukaan yang menjadi kewenangan pusat sampai tahun 2014, yang dalam kondisi baik telah mencapai 77,46% dan yang dalam kondisi rusak sebesar 22,54%.
Guna menekan inefiseinsi dalam perdagangan antar pulau, dibangun tol laut. Kementrian PUPR membuat enam trayek tol laut yang disertai pembanguan pelabuhan dan juga pemeliharan serta pengembangan pelabuhan yang sudah ada yaitu:
 Jalur 1. Tanjung Perak (Jawa Timur), Tual (Maluku), Fak-fak (Papua Barat), Kaimana (Papua), Timika (Papua), Kaimana, Fak-fa, Tual, Tanjung Perak
 Jalur 2. Tanjung Perak (Jawa Timur), Saumlaki (Maluku), Dobo (Maluku), Merauke (Papua), Dobo, Saumlak, Tanjung PerakÂ
Jalur 3. Tanjung Perak-Reo (NTT), Maumere (NTT), Lewoleba (NTT), Rote (NTT), Sabu (NTT), Waingapu (NTT), Sab, Rote, Lewoleba, Maumere, Reo, Tanjung PerakÂ
Jalur 4. Tanjung Priok (Jakarta), Biak (Papua), Serui (Papua), Nabire (Papua), Wasior (Papua Barat), Manokwari (Papua Barat), Wasior, Nabire, Serui, Biak, Tanjung PriokÂ
Jalur 5. Tanjung Priok, Ternate (Maluku Utara), Tobelo (Maluku Utara), Babang (Maluku Utara), Tobelo, Ternate, Tanjung PriokÂ
6. Tanjung Priok, Kijang (Kepulauan Riau), Natuna (Kepulauan Riau), Kijang, Tanjung Priok.Â
Potensi Pariwisata dan Ekonomi Dari Pembangunan Indonesia SentrisÂ
Pembangunan infrastruktur di Indonesia mempunyai fungsi ganda selain sebagai syarat sebuah kemajuan bangsa, pembangunan infrastruktur juga mendorong pertumbuhan ekonomi, dan juga pertumbuhan pariwisata untuk menambah berkali lipat pendapatan negara, dari itu munculah pembangunan infrastruktur Indonesia Sentris diberbagai tempat yang berkaitan dengan ekonomi serta pariwisata. Munculah konsep Toba, Monaco of Asia, yang akan membangun pertumbuhan ekonomi dengan pariwisata di sekitar danau Toba. Yang sangat disayangkan pemerintah hanya menunjang beberapa tempat wisata yang sudah punya nama seperti Raja Ampat, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Melupakan beberapa daerah yang perlu konsep istimewa dalam pembangunan infrastruktur karena akan menunjang pariwisata serta pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat Seperti:Â
Masih banyak surga dan keindahan lain di Indonesia yang belum terjamah pembangunan infrastruktur yang memadai, semoga dengan pembangunan yang berwawasan Indonesia sentris keindahan di Indonesia bisa dinikmati banyak orang hingga akhirnya menjadi "mutiara" bagi bangsa dan negara .
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H