Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Balai Latihan Kerja, Harapan Terakhir Tamatan SMA

25 Maret 2013   15:56 Diperbarui: 4 April 2017   17:26 16235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selepas lulus UN (Ujian Nasional) banyak siswa yang mulai merangkai masa depan, terutama sekolah menengah tingkat atas dan sederajat,  Yang SMK karena punya keahlian yang telah terspesifikasi maka bukan hal yang sulit bagi siswa SMK untuk berkecimpung dalam dunia kerja, pendidikan kejuruan yang teraplikasi disekolah serta mampu diserap dengan baik oleh siswanya menjadi hal yang mudah bagi nasib siswa tersebut kedepannya. Yang siswa SMA sudah didik untuk memahami ilmu pengetahuan dasar sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau universitas. Dengan penggambaran ini sepertinya semua sudah tersistematis.

Bagi keluarga yang kurang mampu, biasanya akan mendorong anaknya untuk masuk sekolah kejuruan  (SMK), karena pilihan melanjutkan studi ke universitas merupakan hal yang paling memberatkan keluarga dengan keuangan pas-pasan, tapi dimasa lalu citra SMK sering terlibat pada tawuran yang banyak menelan korban dan bahkan nyawa, menjadi akrab dengan berbagai tindakan kriminal remaja sudah trademark anak SMK saat itu, orang tua manapun pasti akan was-was mendengar kabar tersebut, alhasil menjadi perjudian bagi keluarga yang tak mampu untuk memasukkan ke SMA tanpa memepertimbangkan keahlian apa yang akan dimiliki anak.

Balai Latihan Kerja

Tapi orang tua tak perlu khawatir jika anaknya selepas SMA tak bisa mempunyai keahlian untuk terjun kedunia pekerja karena basic skill yang belum terspesifikasi. Karena ada lembaga yang bernama Balai Latihan Kerja yang dapat memberikan keahlian kepada siswa SMA maupun SMK yang ingin mendalami keahliannya. Dengan pembiayaan cuma-cuma maka hal ini dapat menjadi semacam jalan keluar untuk siswa yang membutuhkan ketrampilan khusus bahkan BLK juga menjadi semacam ujung tombak untuk membuka lapangan pekerjaan.

Pendaftaran BLK biasanya dibuka diawal tahun, syarat-syratnya seperti foto kopi ijazah SLTA/Sederajat, foto kopi SKCK, Foto kopi KTP, Surat keterangan Dokter Asli, dan pas foto menjadi syarat yang harus dilengkapi. Dengan pendaftaran diawal tahun maka siswa tamatan SLTA atau Sederajat yang ingin mendaftar harus menunggu selama 6 bulan, boleh dibilang calon peserta diperistirahatkan sebelum menghadapi jadwal padat.

BLK membuka berberapa bidang kejuruan seperti: Kejuruan Operator Komputer, Kejuruan Teknisi Komputer, Kejuruan Teknik Pendingin, Kejuruan Teknik Sepeda Motor, Kejuruan Tata Busana, Kejuruan Tata Graha,Kejuruan Tata Boga dll. Bahkan BLK  juga memfasilitasi bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang dan Korea Selatan. BLK juga terlibat dalam proses pemagangan siswanya di Jepang dan Korea Selatan yang mendapatkan uang saku hingga 8 juta/ bulan dari negara tempat siswa tersebut magang. Faktor yang tentu sangat dicari siswa pekerja.

Pendidikan BLK juga tak menuntut siswanya untuk menjadi pekerja karena dengan keahlian yang mereka punya, siswa bisa saja membuka usaha hingga bisa membuka juga lapangan pekerjaan, jadi BLK menjadi motor dalam mengurangi pengangguran.

Kekurangan

Program BLK semuanya baik, tidak ada yang salah, namun ada satu yang mengganjal yaitu sosialisasi mengenai BLK tersebut yang justru minim terdengar disekolah-sekolah menengah tingkat atas, skema yang ada justru menunggu bukan menjemput bola, Blk tertinggal dengan perekrutan yang biasanya dilakukan sekolah tinggi dan universitas swasta menjelang ujian nasional dengan mendatangi sekolah-sekolan menengah tingkat atas tersebut

Belum lagi seleksi yang dilakukan melalui ujian tertulis yang justru mengingkari makna harfiah Balai Latihan Kerja tersebut. Karena BLK seharusnya menjadi kepanjangan tangan pemerintah daerah untuk membantu pemerintah mengentaskan penganguran melalui pendidikan yang biayanya sudah ditanggung pemerintah.

Walaupun begitu bukan berarti tak ada perbaikan, Yang Muda Yang Kaya Raya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun