[caption id="attachment_404073" align="aligncenter" width="200" caption="Meet The Labels (Doc.Pri)"][/caption]
Genre adalah jiwa musik, tak bisa dipisahkan dari sebuah konsonan lagu dan juga melodinya. Genre yang membagi musik menjadi beberapa aliran musik membuat masyarakat atau penikmat musik dapat memilih musik mana yang ingin didengar. Genre membuat beberapa perbedaan mana yang ingin menyentuh pasar, mana yang bermusik secara idealis, tapi tetap muaranya hanya satu, yakni memberikan kebahagian pada penikmat musik tersebut.
Musik Indonesia sudah dimulai dari era sebelum kemerdekaan, dimana permulaan musik tanah air tidak bisa dipisahkan dari ritual agama atau kepercayaan. Musik masa itu bersifat spiritual karena dihasilkan dari tepuk tangan, tepuk badan, dan sebagainya. Selanjutnya pengaruh Hindu dan Buddha melahirkan gamelan. Setelah gamelan, Islam masuk, maka irama musik gambus mulai terdengar di bumi Nusantara. Genre Musik kemudian semakin bervariasi sejak masa penjajahan Belanda dan Inggris dengan adanya genre musik klasik yang senada dengan orkestra. Kehadiran Portugis memberi pengaruh lahirnya genre keroncong yang menghinggapi masyarakat. Dan kemudian lahirlah genre pop, blues, jazz, dangdut, rock, R N B dan sebagainya.
Genre musik saat ini mulai beragam, hal ini ditandai berbagai macam nama band dengan aliran musiknya, namun musik pop masih memiliki intensitas sebagai musik yang diminati masyarakat di Indonesia. Musik pop tumbuh pesat sejak tahun 60-an dengan melahirkan sosok Koes Plus bersaudara yag kemudian berganti nama menjadi Koes Plus, ada Rinto Harahap, Betaria Sonata, Pance Pondaag di tahun 80-an, kemudian Nike Ardila, Gigi, Padi, Ungu, Sheila on 7, dan sebagainya di era 90-an sampai awal tahun 2000-an.
Kompasiana Ngulik Bareng Dissa Band
[caption id="attachment_404076" align="aligncenter" width="200" caption="studio Kompasiana (doc.pri)"]
Genre musik Indonesia yang lebih didominasi band sempat diisi duo/grup yang terinspirasi dari boyband atau girlband dari Korea namun band-band pop tetap memiliki pangsa pasar tersendiri. Salah satu band yang memiliki genre pop tapi spesial adalah Dissa band.
Kenapa Dissa Band menjadi spesial, jika anda mengikuti kompasiana ngulik maka anda akan mengerti. Dissa band menjadi spesial karena ketiadaan personil bassist dan drummernya, hal yang tidak biasa didunia musik Indonesia. Ketiadaan personil Bassist dan Drummer tak mengubah niat Dissa band untuk mengarungi belantika musik Indonesia. Walaupun kadangkala mereka bisa menggunakan additional personel untuk manggung.
[caption id="attachment_404078" align="aligncenter" width="200" caption="Dissa Band bersama Nadia (doc.pri)"]
Dissa Band terdiri dari empat personil yaitu Mirkaldi vokal, Agha di Gitar, lalu ada Adit di Gitar juga, terakhir Aris pada Keyboard. Band yang berdiri 12 tahun lalu atau tepatnya pada 21 Maret 2003 berhasil lolos 10 besar ajang kompetisi Meet The Labels 2013, Setelah menjadi 10 besar Meet The Labels, dissa band pun dilirik oleh E-Motion Entertainment dan merilis single Penantian Bodoh yang videonya sudah tersebar di youtube.
Jika ditanya genre apa yang menjadi favorit mereka, maka anggota Dissa band memiliki passionmusik yang relatif sama, menggemari musik-musik pop. Karena easy litsening (enak didengar) dan penggemarnya banyak, sehingga mudah dijual. Seperti vokalis Dissa Band, Mirkal yang merasa cocok dengan suara berlatar pop, namun Aris (personil Dissa Band pada Keyboard) yang awalnya menyukai musik instrumental juga menyukai musik pop. Jadi meskipun memiliki ego dan kecenderungan memainkan musik berbeda namun pada akhirnya mereka berhasil menyatukan karakter bermusiknya didalam band.