“Intervensi” yang paling terasa adalah ketika BJB RUPS luar biasa untuk tentukan direksi. Gub Jabar (kuasa pemegang 38,26% saham) paksakan dua nama meski menurut fit&proper tes mereka bukan yang terbaik bagi BJB. Perlawanan datang dari para bupati, pemilik saham minoritas di BJB. Herman Sutrisno, Walikota Banjar misalnya mengancam akan tarik dana daerahnya jika kedua kandidat terpilih BJB. Tapi para bupati kalah suara. Keduanya terpilih. Kepada Tempo, Herman memberikan kesaksian yang mengejutkan: salah satu direksi yang dijagokan adalah yang setujui kredit Alpindo.
Semua pihak yang dituding dikonfirmasi dan menyangkal cerita Tempo, namun kasus ini sudah masuk KPK. Mari istighfar, wassalam.
Demikianlah resensi yang dibuat majalah Tempo untuk mewarnai kemenangan Ahmad Heryawan. Jika dilihat peran Aher hanya dalam bentuk "intervensi" bukan pengambil keputusan, yang dalam hal ini kewenangan dewan direksi, dalam perbankan masalah seperti ini diperlukan kecakapan manajemen yang handal untuk menetralisir dampak, karena BI pasti mengawasi. Lain halnya jika kredit ini memang sengaja dibuat untuk dimacetkan, bermasalah dan bakal logistik kepentingan kelompok tertentu.
Mungkin dunia sedang jungkir balik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H