"Bagaikan mimpi buruk " itulah kesan dari peristiwa Tsunami yang terjadi tahun 2004 silam, mayat-mayat bergelimpangan, suara tangis bersahut diantara suara histeris mencari keluarga yang hilang. Harta benda yang hilang sudah tak dihiraukan lagi, saat yang terpenting saat itu adalah bagaimana cara untuk menyelamatkan diri sendiri dan juga bagaimana cara untuk berkumpul dengan anggota keluarga yang hilang.
Aceh lumpuh seketika saat itu, tak ada yang diandalkan saat itu selain doa, ya , doa menjadi kekuatan utama disaat manusia tak mampu lagi berbuat sesuatu. Sesaat pun jaringan listrik dan telekomunikasi tak berfungsi, bisa dibayangkan bagaimana Aceh bertransformasi menjadi seperti zaman purba, degradasi energi beserta runtuhnya kekerasan di Aceh.
Runtuhnya kekerasa di Aceh setali 3 uang dengan Tsunami, keamanan yang dirampok oleh bentrokan GAM dan TNI bukan hanya melukai 2 kubu yang berseteru tapi juga korban masyarkat sipil yang tak bersalah dan tak mengerti apa-apa tentang perang ideologi satu bangsa tersebut. Sekian puluh tahun hidup dengan desingan peluru maka hanya dalam satu hari perdamaian langsung terjadi, GAM dan TNI berbaur atas nama kemanusian.
Bertahan Hidup
Di pagi hari yang tak terduga 24 Desember 2004, Tsunami menggulung dan menghempas apapun yang ada, naas seorang bocah yang sedang memakai kaos Timnas Portugal dengan nama punggung Christiano Ronaldo sedang berjalan menuju lapangan untuk bermain sepak bola. Namun nasib buruk membawanya tersapu dari dahsyatnya gelombang tsunami. Martunis si bocah kelas 3 sekolah dasar langsung menyelamatkan diri bersama Ibu, kakak laki-lakinya, dan adik perempuannya. Berempat mereka menumpang sebuah mobil pick up tetangga, sayang pada saat itu bapaknya sedang bekerja ditambak .
Saat Tsunami datang, mobil pick up yang mereka tumpangi tak sanggup berlari kencang, mobil pick up pun ikut tersapu tsunami. Lalu mobil pun terbalik dan Martunis muncul dipermukaan. Saat muncul dipermukaan terdengar suara minta tolong adik perempuannya, saat ingin menarik tangan adiknya, Martunis yang seorang bocah SD tak mampu menolong adiknya, adiknya pun hilang hingga kini.
Nasib baik menghampiri Martunis saat ia mendapati kayu terapung dan ia selamat, selang beberapa lama ia pun pindah ke kasur, naas kasur tersebut tersebut tenggelam, Martunis lalu memanjat pohon dan selamat. Ketika air laut turun dan menimbulkan Tsunami berikutnya, Martunis ikut terseret dan muncul setelah 21 hari di rawa-rawa dekat makam Syiah Kuala.
Kesederhanaan
Ditemukan warga disekitar rawa, Martunis diserahkan kepada wartawan Inggris yang sedang mengadakan peliputan. Jadilah Martunis menjadi headline di media Eropa. Terdampar dan selamat setelah berhari-hari memancing rasa simpati yang luar biasa disana, karena telah masuk berita di Eropa maka dengan mudah Martunis mendunia. Mendunianya Martunis diiringi dengan simpati dari timnas Portugal yang seragam Timnas mereka dikenakan Martunis. Christiano Ronaldo yang seragamnya menjadi 'pakaian sehari-hari' Martunis selama hilang menjadi pionir untuk membawa Martunis lebih intim dengan Timnas Portugal, Ronaldo datang dan Martunis ikut dibawa 'pulang' ke Portugal.
Sambutan hangat dan kekeluargaan diterima Martunis dan ayahnya yang selamat dari Tsunami bahkan tawaran untuk hidup layak dan terhormat pun di Portugal diberikan namun hati kecil Martunis dan sang ayahnya rupanya masih rindu kampung leluhur, mereka tak ingin pergi dari serambi mekkah. Akhirnya Martunis dan ayahnya pulang dengan membawa dana bantuan untuk mereka.
Mimpi
Pertemuan dengan pemain-pemain sepakbola yang sudah terkenal di Eropa ikut menuntun jalan Martunis dalam menempuh cita-cita ketika dia besar nantinya. Perkenalan yang bukan hanya dengan para pemain Timnas Portugal tetapi dengan para selebritas dunia seperti Celine Dion, Madonna meninggalkan kesan yang mendalam ditengah rasa kehilangannya. Pertemuan yang mengantar Martunis pada rasa simpati dan heroik atas perjuangan bertahan hidup selama 21 hari.
Martunis kini ingin sudah besar, minat dan bakatnya sudah terarah yaitu ingin menjadi pemain sepak bola dan klub dari divisi utama menjadi tempat untuknya mengasah bakat. Kini dari apa yang dialami Martunis, telah memberi aspirasi kepada anak-anak Aceh bahwa semua bisa tercapai kalau usaha keras dijalani seperti Martunis yang bertahan hidup selama 21 hari tanpa makan. tempat tinggal yang layak dan harapan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H