Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Money

Citra Politik di "Made In RI"

29 Agustus 2012   19:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:10 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil kunjungan wakil MenHan Sjafrie Syamsudin ke Irak, membawa sebuah kabar menggembirakan dan menyedihkan tentang Iraq yang akan membeli senjata buatan PT.Pindad. Menggembirakan karena produksi PT.Pindad mampu menyentuh pasar luar negeri, menyedihkan karena rata-rata alat utama sistem senjata (ALUSISTA) kita harus impor dari negeri lain.


Senapan Serbu (SS) 2 yang diminati Iraq mempunyai kualitas yang sudah teruji karena sering memenangkan lomba tingkat Asia, desainnya yang sangat kental dengan postur orang Asia ditopang oleh alat bidik yang akurat dan peluru yang ringan membuatnya begitu cocok dipakai satuan darat, kavaleri, dan lintas udara.


Selain itu militer Iraq tertarik dengan kemampuan kendaran tempur ringan lapis baja (Anoa) yang juga diminati oleh negara-negara di Afrika seperti Uganda dan Kongo. Anoa merupakan Kendaraan tempur yang dipergunakan untuk mengangkut personel atau dikenal dengan nama APC (Armoured personnel carrier).


Pesawat CN 235 selaras dengan senjata, mungkin kita sudah sering mendengar tentang negara lain yang menjadikan CN 235 Made In RI sebagai pesawat untuk perjalanan dinas para pejabat Malaysia dan Korea, berbeda untuk pesawat para pejabat di RI yang bangga dengan Made In USA. Dan Nasib Pejabat RI pengguna pesawat made in USA dan pengimpor ALUSISTA untuk cendrung dicap tak nasionalis serta tak mendapat simpati publik.


Cerita tak nasionalisnya para pejabat RI coba di netralisir oleh dua sosok yaitu Jokowi dan Dahlan Iskan. Jokowi dan Dahlan Iskan yang tengah menggalakkan cinta produk dalam negeri justru mendapat tanggapan miring dari beberapa orang, mobil esemka dan mobil listrik DI justru dituduh menjadi kendaraan politik mereka berdua untuk membuat citra positif.


Segelintir pemikiran yang menilai para pejabat pengguna Made in RI sebagai pencitraan untuk menuju kekuasaan serta penuh nuansa membohongi publik agak terlihat naif, beberapa pejabat publik itu ingin menjadi pionir untuk mengerakkan sanubari kita, bahwa produk karya anak bangsa tak kalah kualitas dengan produk luar. Cara ini suka atau tidak akan mendulang simpati atau caci maki publik.


Berita pun menjadi semakin 'seru' akan cerita cinta produk dalam negeri yang membingungkan publik karena tak tahu mana yang sungguh-sungguh atau retorika belaka.....


Epilog


Mungkin bangsa ini terlalu sering bangga kepada segala hal yang berbau barat. Menegakkan kepala untuk sekedar memberi ekspresi harga diri pun terkadang kita sungkan karena kesantunan atau mental warisan jajahan kolonial yang selalu menomorsatukan ras kulit putih. Alhasil tekad kemandirian selalu didikte oleh bangsa lain yang hanya memberikan gertak sambal, hal ini membuat kita ragu untuk kemampuan sendiri. Ya, kita akan selalu takut dan berada dalam jangkauan bangsa "Super power" untuk memendamkan sikap inovatif dan kreatif, negeri ini pun ingin selalu meniru tanpa keinginan untuk menjadi teladan bangsa lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun