[caption id="" align="aligncenter" width="178" caption="Fabrice Muamba "][/caption] Fabrice Muamba telah melewati masa kritisnya, ia dikabarkan sudah mampu bicara. Dukungan dari seluruh dunia telah membuat Fabrice Muamba mampu bertahan dari fase kritis yang dijalani. Fabrice Muamba telah memantik begitu haru biru ketika dia terjatuh tak sadarkan diri sambil kakinya terlihat mengejang di White Hart Line ketika babak perempat final piala FA Tottenham Spurs melawan Bolton Wanderes, laga yang berakhir 1-1 itu pun akhirnya ditunda setelah permintaan dari Scott Parker kepada Howard Webb (wasit) yang kemudian berdiskusi dengan Harry Redknapp (pelatih Tottenham) dan Owen Coyle (pelatih Bolyon Wanderes) untuk menghentikan pertandingan. Akhirnya pertandingan pun dihentikan pada menit ke 41. Fabrice Muamba adalah pejuang, sebelum diungsikan ke Inggris, Muamba adalah saksi bagaimana kekejaman perang saudara yang terjadi di Zaire (sekarang Rep. Demokratik Kongo), Muamba sendiri tinggal di Kinshasha, ibukota Zaire, disana ia berjuang menyelamatkan diri agar bisa bertahan hidup dan bermain sepakbola. [caption id="" align="aligncenter" width="174" caption="perang saudara di Zaire yang menyebabkan 5,4 juta manusia mergang nyawa"][/caption] Perang sipil Zaire diyakini sebagai salah satu perang yang paling mematikan setelah perang dunia ke dua. Sekitar 5,4 juta orang meregang nyawa akibat perang tersebut. Keadaan kacau dan tak menentu membuat PBB mengirim pasukan perdamaian untuk menetralisir kondisi disana. Dan Kontingen Garuda yang berisikan para Tentara Nasional Indonesia terpilih oleh PBB untuk bertugas menjaga perdamaian di bumi Zaire tahun 2003. "Peluru-peluru akan menghentikan kami agar tidak keluar bermain bola. Kami takut terbunuh. Satu atau dua teman kami terbunuh karena tetap nekat keluar rumah. Saya melihat perang. Saya melihat orang mati didepan saya. Saya tumbuh besar dengan kekuatan." ujar Muamba ketika diwawancarai Sportsmail, empat tahun lalu. Ayah Muamba, Marcel, yang merupakan penasihat Perdana Menteri, Kengo Wa Dondo, pergi ke Inggris mencari suaka dan meninggalkan Muamba serta Ibunya hidup dalam kekejaman konflik perang saudara. Muamba bertahan untuk sekedar hidup ditengah perang, akhirnya Muamba dijemput ayahnya saat usianya 11 tahun untuk tinggal dikota London. Di London Muamba bersekolah di kelmscott School yang hanya beberapa kilometer dari Whit Hart Lane. Muamba perlu waktu yang lama untuk beradaptasi karena penguasaan bahasa Inggrisnya yang masih kurang. Tapi Muamba tidak merasa minder karena pandai dalam bidang matematika dan sepakbola. Tahun 2004 Muamba yang beranjak remaja masuk ke akademi Arsenal, pada usia 17 tahun Muamba diberi kepercayaan Arsene Wenger untuk melakukan debutnya di tim senior ketika melawan Sunderland di piala Carling. Permainanya memukau dan langsung dianggap new "Vierra". Muamba pun langsung ditawari untuk memperkuat timnas Inggris u21. Kini Muamba telah mengajari bahwa dibalik hiburan yang disajikan oleh permainan sepakbola ternyata mengancam jiwa setiap pelaku yang memainkannya. Muamba beruntung, reaksi yang cepat dari pemain-pemain disekitarnya serta tim medis mampu memberinya kehidupan yang baru. Setelah perang sipil di Zaire, Muamba pun bertahan hidup dari serangan jantung di lapangan sepakbola. Ya, Fabrice Muamba menjaga asa dari medan perang sampai lapangan hijau.... twiiter : @haendy_busman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H