9 Maret 2012 menjadi hari yang dibanggakan bagi negeri diujung utara pulau Kalimantan, Brunei Darussalam, si 'anak bawang' yang kini sedang menjadi perbincangan karena menjadi juara pada ajang yang dihelat di negeri sendiri, Hasanah Bolkiah Trophy. Ya, Brunei sedang meretas asa walaupun masih dilabel junior , Asa yang akan memberi efek jangka panjang untuk diperhitungkan calon lawan.
Mengalahkan timnas Indonesia yang selama ini selalu memberikan "pelajaran sepakbola" kepada Brunei merupakan hal yang patut dicermati, ditambah pendanaan yang tak terbatas, asa Brunei untuk unjuk gigi minimal di level Asia Tenggara bukanlah hal yang mustahil.
Kisruh Sepakbola Brunei
Sebelumnya sepakbola Brunei di suspensi FIFA karena masalah dalam negeri mereka terkait dengan PSSInya Brunei yang bernama BAFA. Brunei DarussAlam Football Association (BAFA) didalam laporan keuangannya tak mampu untuk mempertanggung jawabkan secara legal didepan ROS (Registrar Of Society) semacam lembaga pemerintah yang memonitor lembaga profesional disana. BAFA dituding mangkir serta disinyalir banyak menggelapkan dana penjualan tiket yang mengendap entah kemana. Laporan pertanggung jawaban keuangan tak dibuat, dan tudingan korupsi makin menguat, akhirnya BAFA dibekukan.
Setelah itu masyarakat sepakbola,bersama Permerintah di Brunei membentuk lembaga baru yaitu Football Federation of Brunei Darussalam (FFBD), hal ini langsung direspon FIFA, FIFA melihat adanya intervensi oleh pemerintah terhadap asosiasi disana. Jadilah per 29 September 2009, Brunei resmi disanksi FIFA, (sanksi dicabut jika pemerintah Brunei Darussalam memulihkan BAFA).
FIFA mengutus Thieery Regnas (Direktur Asosiasi Anggota dan Pengembangan) untuk membantu menormalisasi sepak bola Brunei, dibentuk juga Komite Normalisasi yang diketuai H. Sufri Bolkiah, kasus ini dimonitor juga oleh AFC yang memberikan dua pilihan untuk sepakbola Brunei agar kembali ke sepakbola internasional, yaitu memulihkan BAFA atau membentuk lembaga baru.
Walaupun Thieery Regnass mengusulkan untuk memulihkan BAFA tapi masyarakat disana terlanjur antipati terhadap BAFA , jadilah dibentuk lembaga baru yang bernama NFABD ( Nastional Football Asosiation of Brunei Darussalam).
Perlu proses hingga satu setengah tahun untuk FIFA agar menerima lembaga baru sepakbola Brunei Darussalam. Akhirnya per 30 Mei 2011, sanksi terhadap Brunei Darussalam dicabut dan Brunei Darussalam diperbolehkan mengikuti ajang internasional.
Sanksi yang diterima Brunei membuat mereka tak dapat berpartisipasi diajang internasional, lalu ketika kembali, mereka menghadirkan sepakbola yang mampu berbicara diajang internasional yang mereka gelar, walaupun baru turnamen pemanasan tapi sanksi FIFA yang didapat ternyata mampu dijawab untuk pembenahan dan pembinaan dalam negeri.
Bagaimana Dengan Kisruh Sepakbola Indonesia?
Indonesia juga mempunyai masalah yang pelik mengenai induk olahraga sepakbolanya, PSSI ketika diketuai Nurdin Halid tak mampu berbicara banyak diajang internasional, sempat memberi harapan pada gelaran piala asia 2007 dan juga AFF 2010, Nurdin tetap dilengser karena tindak tanduk di sepakbola nasional yang menguntungkan kelompok tertentu. Belum lagi status dia yang dua kali menjadi terpidana atas dugaan korupsi, Nurdin tetap "sakti" sampai memimpin PSSI dari balik jeruji.
Satu suara seluruh masyarakat sepakbola pro revolusi yang menginginkan Nurdin turun, namun Nurdin tak ingin turun, sampai akhirnya situasi sepakbola nasional tak menentu akibat dualisme liga, situasi kacau karena unjuk rasa suporter, PSSI butuh penormalisasian.
Thierry Regnas menjadi "aktor" dari FIFA untuk penormalisasian situasi, pelarangan 4 calon yang dianggap FIFA mendalangi ketidaknormalan situasi sempat membuat berang sekelompok orang, namun setelah waktu berlalu, PSSI pun berwajah baru.
Lolos dari sanksi FIFA karena kongres yang tak kunjung digelar, PSSI baru pun terpilih melalui kongres yang dipercaya. PSSI yang baru, dipercaya akan membawa situasi dan kondisi kearah lebih baik serta merekonsiliasi semua kubu, namun ternyata situasi makin kisruh dengan banyak dagelan sana-sini.
Gambaran dari prestasi akan membawa ke sebuah kepercayaan dari semua lapisan masyarakat, kepercayaan bahwa PSSI baru bisa membawa timnas menjadi kesebelasan yang disegani bukan hanya regional tapi internasional.
Perlu waktu dan kesabaran untuk mewujudkan prestasi dikawasan regional tapi kesabaran juga memakai waktu untuk batasan, dan kembali kepada masyarakat yang mengukur prestasi hanya dengan menjadi juara tanpa melihat apapun alasannya......
@haendy_busman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H