Masa remaja merupakan perkembangan yang panjang setelah masa kanak-kanak, ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Secara psikologis, usia perkembangan pada remaja berkisar antara 11 hingga 20 tahun.Â
Pada masa remaja terdapat perubahan fisik yang menonjol (pubertas) dan perkembangan secara kognitif yang pesat ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak dan penalaran yang lebih kompleks.Â
Dengan perubahan ini menjadikan banyaknya krisis identitas di masa remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana banyak remaja yang mulai berfikir tentang masa depan. Untuk itu pada masa ini remaja perlu bimbingan seseorang untuk menuntun dan membantu mereka dalam membentuk identitas diri. Sehingga remaja tidak kehilangan arah terhadap identitas mereka.
Baca juga :Mencari Identitas Guru Perempuan Abad 21
Pencarian identitas pertama kali dikemukakan oleh Erikson. Erikson (2017) mendefinisikan identitas sebagai konsepsi koheren tentang diri, membuat tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan keyakinan saat individu berkomitmen kuat.Â
Proses pencarian jati diri dapat membawa remaja kepada penundaan psikososial, yaitu remaja pada akhirnya akan mencari komitmen kepada siapa saja, meskipun hal-hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang ada pada dirinya.Â
Baca juga : Di Ruang Tunggu, Mencari Identitas Budaya Indonesia
Biasanya remaja menaruh kepercayaannya kepada mentor atau orang yang dicintainya. Dikarenakan pada masa ini remaja mengalami intimasi yang dilandaskan pada komitmen, pengorbanan, dan kompromi.
Sementara itu James Marcia (Papalia & Feldman, 2017) menyatakan bahwa perkembangan identitas remaja didasarkan pada dua hal yaitu krisis dan komitmen. Krisis didefinisikan sebagai pembuat keputusan secara sadar dan komitmen didefinisikan sebagai sistem keyakinan atau ideologi individu tersebut. Berikut status identitas yang dikemukakan oleh Marcia :
- Pencapaian Identitas: remaja sudah menghadapi krisis pilihan dan sudah menentukan komitmen akan masa depannya sehingga mereka dikatakan sudah mendapatkan pencapaian identitas.
- Pengambilalihan: remaja membuat komitmen bukan berdasarkan krisis tetapi akibat dari rencana orang lain terhadap kehidupannya. Contoh seseorang berkuliah di jurusan psikologi bukan karena kemauannya tetapi dari pilihan orang tuanya.
- Penundaan: remaja masih dihadapkan kepada krisis dan belum berkomitmen. Seseorang dapat mencapai keadaan pencapaian identitas apabila sudah memiliki komitmen. Contoh seseorang masih bingung ingin masuk kuliah di jurusan ekonomi atau matematika.
- Penyebaran identitas: remaja belum mengalami krisis dan membuat komitmen. Mereka belum serius terhadap pencarian identitas dan cenderung tidak kooperatif. Pada akhirnya mereka akan menyesal dan merasa tidak bahagia.
Baca juga : Mencari Identitas Diri
Proses pencarian identitas yang dilakukan oleh remaja memang berliku-liku. Untuk itu orang lain disekitarnya wajib membantu dan menuntun mereka dalam pencarian identitas tersebut.Â
Hal ini dapat dilakukan dengan bertukar pikiran kepada remaja tentang pilihan-pilihan yang dihadapinya, berupa dampat positif dan negative dari pilihan-pilihan yang sudah ditentukan oleh remaja.Â
Walaupun pada masa ini, remaja cenderung merasa diri mereka sudah dewasa sehingga mereka ingin menentukan segala sesuatunya secara mandiri. Para orangtua dianjurkan untuk membimbing secara perlahan agar remaja merasa bebas dan tidak terbenani serta jangan memaksakan keinginan orangtua dalam pilihan-pilihan yang diambil oleh remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H